Halo juragan… Berikut ini adalah kisah nyata yang terjadi di kecamatan Garum, Blitar, seorang penghulu mayat atau biasa disebut “modin” yang ikut memakamkan makhluk halus yang meninggal dunia. Cerita mistis ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama yang diposting di koran Jawa Pos terbitan beberapa tahun yang lalu, namun kini saya muat ulang lagi di blog ini dalam bentuk cerita.Silakan simak baik-baik ceritanya ya, agar anda lebih berhati-hati jika menghadapi tamu di rumah anda pada malam hari. Karena tamu pada malam hari bisa saja berasal dari makhluk manusia, malaikat, jin, maupun syetan dkk. Hiiii ngeriii..!!
” Nama saya maksun, umur saya 55 tahun. Saya sudah lebih dari 30 tahun menjabat sebagai modin di desa saya. Setiap ada orang meninggal dunia saya yang menjadi penghulu jenazah atau yang mengkoordinir prosesi pemakaman mulai dari rumah hingga selesai di pemakaman. Kemudian malamnya saya menjadi imam tahlil di rumah duka selama 7 hari. Saya pernah tanpa sengaja menjadi penghulu jenazah di alam jin.
Pada suatu hari ketika selesai melangsungkan acara prosesi pemakaman seorang warga desa yang meninggal, saya pulang terlalu petang. Maklum hari itu ada orang meninggal dunia terlalu sore sehingga pemakaman selesai ketika hari menjelang gelap.
Saya tiba di rumah sekitar pukul 7 malam jum’at dalam keadaan hujan gerimis. Bersamaan dengan itu tiba-tiba ada sebuah mobil sedan warna putih berhenti di depan rumah saya. Lalu keluar dua orang lelaki dengan menggunakan busana muslim dan memakai topi hitam (kopyah) seperti yang saya kenakan. Mereka berlari kecil menghampiri saya dan mengatakan ingin bertamu di rumah saya karena ada satu keperluan mendadak. Lalu saya mempersilakan mereka masuk ke rumah. Bersama saya, mereka masuk dan langsung duduk di ruang tamu.
Kemudian kedua tamu saya ini memperkenalkan diri bahwa mereka adalah warga dari wilayah lain di kota. Lalu mereka menyampaikan suatu keperluannya kepada saya. Ternyata mereka adalah orang yang juga sedang berduka. Salah satu keluarganya meninggal dunia dan mereka meminta bantuan saya untuk menjadi penghulu jenazah untuk mengantarkannya ke pemakaman malam ini.
Saya merasa keberatan untuk memenuhi permintaannya karena di desa mereka tentunya sudah ada petugas modinnya tersendiri. Selain itu, saya juga baru saja pulang dari mengurus acara prosesi pemakaman warga di desa ini. Lalu saya meminta maaf dan mengatakan kalau saya tidak bisa membantu mereka mengingat malam ini saya juga akan menjadi imam tahlil di desa ini, yaitu dirumah keluarga orang yang baru saja meninggal dunia tadi siang.
Namun dua orang ini memohon kepada saya dan mengatakan bahwa modin di desanya sedang berhalangan sehingga tidak ada orang yang menjadi penghulu jenazah. Sementara acara memandikan jenazah serta mengkafani sudah selesai semua, kuburan juga sudah siap. Mereka mengatakan bahwa keluarga mereka sedang menunggu kedatangan saya malam ini juga.
Mendengar permintaan mereka yang sangat penting dan darurat sekali, maka akhirnya saya bersedia memenuhi permintaannya. Sementara tugas saya menjadi imam tahlil di desa ini saya wakilkan kepada orang lain.
Tanpa mandi maupun cuci muka, saya berangkat bersama dua orang tamu ini menuju ke rumah duka dengan mengendarai mobil sedan mewah warna putih. Rupanya rumah mereka jauh sekali, sampai-sampai perjalanan ini keluar dari wilayah kabupaten Blitar. Kemudian melewati hutan lebat yang cukup jauh, lalu masuk ke sebuah kota yang ramai dan saya belum pernah melihat kota itu.
Setelah berputar-putar di kota yang ramai maka tibalah kami bertiga di rumah duka. Rupanya yang meninggal dunia ini adalah orang kaya, karena rumahnya megah dan ada taman bunga cantik di depan rumahnya.
Dan benar apa yang dikatakan oleh dua tamu saya ini, ternyata sudah banyak orang melayat yang berkumpul di rumah duka. Sementara terdengar suara tangisan para anggota keluarga yang meninggal dunia. Jenazah saya periksa sudah selesai dikafani dan sudah berada di dalam keranda mayat. Semua perlengkapan pemakaman juga sudah disiapkan. Dan mereka benar-benar hanya menunggu kedatangan saya sebagai penghulu jenazah.
Akhirnya langsung saja seperti biasanya, saya menyampaikan pidato mewakili atas nama keluarga yang berduka menyampaikan terima kasih kepada para pelawat yang ikut berbelasungkawa. Setelah selesai, jenazah langsung diberangkatkan malam itu juga dan kami beramai-ramai berjalan menuju ke pemakaman umum di desa itu.
Tidak lama rombongan jenasah tiba di pemakaman umum yang ternyata tidak jauh dari rumah duka. Liang kubur sudah di persiapkan sejak tadi dan keranda jenazah langsung diletakkan disamping liang kubur.
Seperti biasa, saya langsung masuk ke liang kubur untuk mengumandangkan adzan. Dari sini mulai timbul keanehan. Ketika saya mengumandangkan suara adzan, tiba-tiba orang-orang yang melayat terlihat seperti orang kebingungan. Lalu mereka menjauh satu persatu. Semakin kencang suara adzan, mereka semakin menjauh dan pergi. Setelah adzan selesai, tidak ada orang sama sekali. Semua pelayat dan juga keluarga yang berduka pergi entah kemana.
Akhirnya saya bingung bagaimana cara mengangkat mayat ke liang kubur seorang diri, dan lalu menimbunnya dengan tanah. Mana bisa? Sementara menguburkan mayat sampai selesai adalah wajib bagi seorang muslim. Namun tidak masalah biarpun para pelayat pergi semua dan tidak ada seorangpun yang membantu.. Saya bisa menyelesaikannya sendiri pelan-pelan.
Namun ada kejadian aneh yang mencengangkan saya ketika saya mencoba membuka tali keranda mayat. Ternyata keranda mayat yang tadinya diletakkan disamping saya di dekat liang kubur itu hanyalah tumpukan pohon singkong yang diikat dengan tali. Dan tali keranda yang saya buka tersebut ternyata tali rafia yang digunakan untuk mengikat bentelan kayu singkong.
Kemudian saya tengak-tengok ke sekeliling, dan saya melihat ada pohon-pohon singkong sangat banyak dan lebat berdiri di sekeliling saya. Betapa terkejutnya saya. Ternyata saya sedang berada di tengah-tengah ladang singkong sendirian malam hari.
Saya langsung tersadar bahwa ternyata orang yang hendak saya makamkan tadi adalah makhluk halus. Dan orang-orang menjadi pelayat itu ternyata semuanya juga makhluk halus. Rupanya saya telah dikerjai oleh sekelompok makhluk halus. Saya ternyata telah mengumandangkan adzan sendirian di tengah-tengah ladang singkong. Dan ketika saya berpidato di depan rumah duka tadi ternyata saya hanya berpidato kepada pohon singkong.
Seketika itu bulu kuduk saya berdiri tegak. Tanpa pikir panjang lagi, saya langsung kabur ambil langkah seribu sekencangnya agar bisa keluar dari kebun singkong sialan itu.
Akhirnya dengan terjatuh-jatuh dan menabrak-nabrak semak belukar, saya berhasil keluar dari ladang singkong dan tiba di sebuah kampung. Ternyata kampung itu adalah tetangga desa saya. Dan ketika saya naik mobil sedan putih tadi ternyata saya hanya berjalan kaki saja ke desa sebelah. Untungnya kini malam sudah larut tengah malam, sehingga tidak ada seorangpun yang melihat saya kesasar di kebun singkong malam-malam sendirian.
Secepatnya saya pulang menuju rumah. Sesampai dirumah saya terbengong dan tak habis pikir, seakan saya tidak percaya kalau saya baru saja menghadiri acara pemakaman orang mati di alam jin. Lalu mengapa para jin itu mengerjai saya? Sudah tahu ada orang capek-capek pulang kemalaman dari acara pemakaman, masih dikerjai lagi oleh makhluk jin. Dasar hantu kurang ajar!
Besoknya saya langsung pergi ke kantor desa dan meminta pengunduran diri sebagai modin.”
Ilustrasi: travel.detik.com |
Pada suatu hari ketika selesai melangsungkan acara prosesi pemakaman seorang warga desa yang meninggal, saya pulang terlalu petang. Maklum hari itu ada orang meninggal dunia terlalu sore sehingga pemakaman selesai ketika hari menjelang gelap.
Saya tiba di rumah sekitar pukul 7 malam jum’at dalam keadaan hujan gerimis. Bersamaan dengan itu tiba-tiba ada sebuah mobil sedan warna putih berhenti di depan rumah saya. Lalu keluar dua orang lelaki dengan menggunakan busana muslim dan memakai topi hitam (kopyah) seperti yang saya kenakan. Mereka berlari kecil menghampiri saya dan mengatakan ingin bertamu di rumah saya karena ada satu keperluan mendadak. Lalu saya mempersilakan mereka masuk ke rumah. Bersama saya, mereka masuk dan langsung duduk di ruang tamu.
Kemudian kedua tamu saya ini memperkenalkan diri bahwa mereka adalah warga dari wilayah lain di kota. Lalu mereka menyampaikan suatu keperluannya kepada saya. Ternyata mereka adalah orang yang juga sedang berduka. Salah satu keluarganya meninggal dunia dan mereka meminta bantuan saya untuk menjadi penghulu jenazah untuk mengantarkannya ke pemakaman malam ini.
Saya merasa keberatan untuk memenuhi permintaannya karena di desa mereka tentunya sudah ada petugas modinnya tersendiri. Selain itu, saya juga baru saja pulang dari mengurus acara prosesi pemakaman warga di desa ini. Lalu saya meminta maaf dan mengatakan kalau saya tidak bisa membantu mereka mengingat malam ini saya juga akan menjadi imam tahlil di desa ini, yaitu dirumah keluarga orang yang baru saja meninggal dunia tadi siang.
Namun dua orang ini memohon kepada saya dan mengatakan bahwa modin di desanya sedang berhalangan sehingga tidak ada orang yang menjadi penghulu jenazah. Sementara acara memandikan jenazah serta mengkafani sudah selesai semua, kuburan juga sudah siap. Mereka mengatakan bahwa keluarga mereka sedang menunggu kedatangan saya malam ini juga.
Mendengar permintaan mereka yang sangat penting dan darurat sekali, maka akhirnya saya bersedia memenuhi permintaannya. Sementara tugas saya menjadi imam tahlil di desa ini saya wakilkan kepada orang lain.
Tanpa mandi maupun cuci muka, saya berangkat bersama dua orang tamu ini menuju ke rumah duka dengan mengendarai mobil sedan mewah warna putih. Rupanya rumah mereka jauh sekali, sampai-sampai perjalanan ini keluar dari wilayah kabupaten Blitar. Kemudian melewati hutan lebat yang cukup jauh, lalu masuk ke sebuah kota yang ramai dan saya belum pernah melihat kota itu.
Setelah berputar-putar di kota yang ramai maka tibalah kami bertiga di rumah duka. Rupanya yang meninggal dunia ini adalah orang kaya, karena rumahnya megah dan ada taman bunga cantik di depan rumahnya.
Dan benar apa yang dikatakan oleh dua tamu saya ini, ternyata sudah banyak orang melayat yang berkumpul di rumah duka. Sementara terdengar suara tangisan para anggota keluarga yang meninggal dunia. Jenazah saya periksa sudah selesai dikafani dan sudah berada di dalam keranda mayat. Semua perlengkapan pemakaman juga sudah disiapkan. Dan mereka benar-benar hanya menunggu kedatangan saya sebagai penghulu jenazah.
Akhirnya langsung saja seperti biasanya, saya menyampaikan pidato mewakili atas nama keluarga yang berduka menyampaikan terima kasih kepada para pelawat yang ikut berbelasungkawa. Setelah selesai, jenazah langsung diberangkatkan malam itu juga dan kami beramai-ramai berjalan menuju ke pemakaman umum di desa itu.
Tidak lama rombongan jenasah tiba di pemakaman umum yang ternyata tidak jauh dari rumah duka. Liang kubur sudah di persiapkan sejak tadi dan keranda jenazah langsung diletakkan disamping liang kubur.
Seperti biasa, saya langsung masuk ke liang kubur untuk mengumandangkan adzan. Dari sini mulai timbul keanehan. Ketika saya mengumandangkan suara adzan, tiba-tiba orang-orang yang melayat terlihat seperti orang kebingungan. Lalu mereka menjauh satu persatu. Semakin kencang suara adzan, mereka semakin menjauh dan pergi. Setelah adzan selesai, tidak ada orang sama sekali. Semua pelayat dan juga keluarga yang berduka pergi entah kemana.
Akhirnya saya bingung bagaimana cara mengangkat mayat ke liang kubur seorang diri, dan lalu menimbunnya dengan tanah. Mana bisa? Sementara menguburkan mayat sampai selesai adalah wajib bagi seorang muslim. Namun tidak masalah biarpun para pelayat pergi semua dan tidak ada seorangpun yang membantu.. Saya bisa menyelesaikannya sendiri pelan-pelan.
Namun ada kejadian aneh yang mencengangkan saya ketika saya mencoba membuka tali keranda mayat. Ternyata keranda mayat yang tadinya diletakkan disamping saya di dekat liang kubur itu hanyalah tumpukan pohon singkong yang diikat dengan tali. Dan tali keranda yang saya buka tersebut ternyata tali rafia yang digunakan untuk mengikat bentelan kayu singkong.
Kemudian saya tengak-tengok ke sekeliling, dan saya melihat ada pohon-pohon singkong sangat banyak dan lebat berdiri di sekeliling saya. Betapa terkejutnya saya. Ternyata saya sedang berada di tengah-tengah ladang singkong sendirian malam hari.
Saya langsung tersadar bahwa ternyata orang yang hendak saya makamkan tadi adalah makhluk halus. Dan orang-orang menjadi pelayat itu ternyata semuanya juga makhluk halus. Rupanya saya telah dikerjai oleh sekelompok makhluk halus. Saya ternyata telah mengumandangkan adzan sendirian di tengah-tengah ladang singkong. Dan ketika saya berpidato di depan rumah duka tadi ternyata saya hanya berpidato kepada pohon singkong.
Seketika itu bulu kuduk saya berdiri tegak. Tanpa pikir panjang lagi, saya langsung kabur ambil langkah seribu sekencangnya agar bisa keluar dari kebun singkong sialan itu.
Akhirnya dengan terjatuh-jatuh dan menabrak-nabrak semak belukar, saya berhasil keluar dari ladang singkong dan tiba di sebuah kampung. Ternyata kampung itu adalah tetangga desa saya. Dan ketika saya naik mobil sedan putih tadi ternyata saya hanya berjalan kaki saja ke desa sebelah. Untungnya kini malam sudah larut tengah malam, sehingga tidak ada seorangpun yang melihat saya kesasar di kebun singkong malam-malam sendirian.
Secepatnya saya pulang menuju rumah. Sesampai dirumah saya terbengong dan tak habis pikir, seakan saya tidak percaya kalau saya baru saja menghadiri acara pemakaman orang mati di alam jin. Lalu mengapa para jin itu mengerjai saya? Sudah tahu ada orang capek-capek pulang kemalaman dari acara pemakaman, masih dikerjai lagi oleh makhluk jin. Dasar hantu kurang ajar!
Besoknya saya langsung pergi ke kantor desa dan meminta pengunduran diri sebagai modin.”