Sabtu, 28 Desember 2013
Alas Bonggan dan cerita kota gaib
Pasca kejadian bus Pahala Kencana dan dua truk PT Varia Usaha, Semen Gresik nyasar di hutan Bonggan, Blora, Jawa Tengah, beragam cerita mistis terkuak satu persatu. Dikabarkan Alas Bonggan merupakan kota gaib yang ditinggali banyak mahluk gaib.
Kisah mistis itu mulai dari penyedia hiburan video yang mengaku disewa oleh warga, padahal warga mengaku tidak menyewa mereka, kelompok seniman yang seolah-olah menghibur warga di dalam hutan, hingga polisi yang nyasar hingga ke kuburan, bukan hal yang aneh bagi warga.
Peristiwa aneh yang menimpa bus Pahala Kencana dan dua truk terjadi pada Kamis (22/6) lalu. Awalnya ketiga kendaraan sedang melaju di Jalur Pantura berjalan lancar tanpa ada hambatan. Saat memasuki jalur Rembang-Juwana-Pati, jalanan macet total, sopir bus yang melihat ada truk di depannya berhenti, mencoba menyalip.
Namun karena kondisi jalan yang menanjak, kernet bus meminta sopir bus agar membiarkan truk mendaki. Setelah truk berhasil melalui tanjakan, sopir bus pun mencoba mendaki. Namun tiba-tiba mesin bus yang didominasi warna putih itu mendadak mati.
Karena mesin mati, sopir dan kernet memutuskan untuk turun dari bus. Ketika turun, keduanya terkejut, karena mereka sudah berada di tengah hutan yang di sekelilingnya dipenuhi pohon jati. Keduanya baru sadar kalau mereka sudah berada sekitar 35 kilometer jauhnya dari Jalur Pantura.
Dari cerita leluhur, Alas Bonggan merupakan kota gaib yang ditinggali banyak mahluk gaib. Hanya orang tertentu saja yang bisa melihat kota yang digambarkan besar dan megah itu. Selain itu, banyak orang yang kerap menggunakan daerah Alas Bonggan sebagai tempat mencari pesugihan.
Cerita mistis tentang Alas Bonggan juga dibenarkan oleh petugas Polsek Todanan Briptu Trio. Menurutnya, banyak cerita kendaraan yang tiba-tiba nyasar ke Alas Bonggan.
"Mereka pikir masih berada di jalur pantura. Tetapi yang terjadi justru berada di tengah hutan. Pohon jati besar di sekeliling bus. Sementara jalan tempat bus berada adalah jalan kecil, jalan kampung," kata Briptu Trio.
Kisah nenek misterius di terowongan Casablanca
Bercerita tentang keangkeran Jakarta seakan tidak ada habisnya. Fenomena misterius menjadi cerita sehari-hari yang diterima masyarakat. Bahkan, sampai zaman modern, masih banyak yang mempercayai kisah-kisah mistis.Salah satu cerita mengenai sebuah keangkeran itu adalah Terowongan Casablanca yang menghubungkan Jalan Casablanca dan Jalan Prof Dr Satrio. Lokasi terowongan ini terletak di Kuningan, Jakarta Selatan dan merupakan salah satu jalan tersibuk.
Banyak cerita mistis yang dipercaya masyarakat menjadi penyebab jalan tersebut menjadi sangat angker. Jauh sebelum adanya pembangunan jalan Layang Non Tol yang dibangun Pemprov DKI, setiap memasuki tengah malam lokasi ini menjadi sosok menakutkan bagi sebagian orang.
Informasi yang dihimpun merdeka.com, di lokasi ini pernah beberapa kali terjadi kecelakaan yang dialami kendaraan bermotor, terutama roda dua. Bahkan, cerita mistis lokasi ini sempat difilmkan oleh Indika Entertainment yang disutradarai Nanang Istiabudi dengan judul yang sama.
Warga setempat, Sabran mengatakan, lokasi ini sudah semakin ramai sehingga tidak banyak masyarakat lagi yang mengetahui keangkeran tempat ini. Sepanjang jalur Casablanca menuju Tanah Abang selalu mengalami kemacetan parah.
Pria yang sehari-harinya menjaga perkuburan di TPU Karet Kuningan ini mengatakan sudah hampir tidak ada kejadian aneh di sekitar terowongan. Terutama kasus-kasus kecelakaan yang terjadi di dalam terowongan tersebut seperti yang terjadi jauh-jauh hari sebelumnya.
"Sudah tidak ada lagi yang mistis mas, apalagi jalanan sudah semakin ramai," kata dia kepada merdeka.com, Jumat (29/6).
Meski demikian, dia mengetahui ada beberapa cerita yang dapat membuat bulu kuduk merinding. Salah satunya mengenai keberadaan seorang nenek dan sosok anak kecil yang muncul di dalam terowongan itu.
Kira-kira empat abad lalu, sosok nenek itu masih berusia sangat belia dan mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari sejumlah pria. Tidak puas, beberapa orang menyeretnya dan memperkosanya di sebuah tempat. Usai melakukan perbuatannya, para pelaku lantas membuangnya di tempat kosong yang kini dibangun menjadi terowongan.
"Nenek ini lantas menyimpan dendam dan sangat benci sekali sama pria. Dalam benaknya, dia menganggap manusia adalah makhluk yang nista," cerita dia.
Tak sendirian, setiap kali menunjukkan keberadaannya, sosok misterius ini ditemani seorang anak kecil yang tidak diketahui penyebab kematiannya. "Dia muncul sama anak kecil," kata Sabran singkat.
Senin, 02 Desember 2013
Beragam Kisah Mistik Pendaki Gunung Semeru
Mereka sengaja mendirikan tenda di kawasan Arcapadha agar lebih dekat menuju puncak Mahameru. Selama perjalanan ke Arcapadha, tidak ada hal-hal yang menonjol. Bahkan, sampai tengah malam dan beberapa anggota kelompok menuju puncak, tinggal tiga orang yang berada di tenda. Salah satunya adalah Nita.
Ia berada di tenda bersama seniornya. Hingga dini hari suasana masih khas hutan pinus di malam hari. Hewan malam juga sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sampai sekira pukul 04.00 WIB, sayup-sayup Nita mendengar suara gamelan Jawa dari kejauhan atau dari kedalaman jurang Blank 75. Terdengar jauh, namun cukup jelas di telinga dengan durasi yang lumayan lama. Nita dan seniornya memilih diam di dalam tenda sambil menunggu rombongan turun dari puncak.
Namun, peristiwa lain terjadi ketika ada salah satu rombongan yang turun duluan berteriak ke tenda minta bantuan. Ia minta bantuan karena salah satu anggota perempuan kesurupan ketika melewati vegetasi terakhir atau daerah Kelik. Di Kelik, memang sering terjadi pendaki terjatuh, hilang, atau tersesat. Beberapa batu penanda in memoriam terpasang di sana.
Setelah sampai di Arcapadha, perempuan asal Kalimantan itu kesurupan dua jin dan mengenalkan dirinya dengan dua nama, laki-laki dan perempuan. “Satu mengaku bernama Pratiwi, satunya lagi lupa tapi selalu mau dipanggil Ganteng,” kata Nita kepada Okezone.
Seramnya, dua makhluk yang ‘masuk’ itu meminta raga temannya untuk ikut bersamanya. Mereka memberikan pilihan, perempuan itu atau Nita yang ikut. Nita mengaku langsung merinding, bergetar, dan belum berani lagi mendaki ke Semeru hingga sekarang.
Nita melanjutkan, setelah semua barang dan tenda dikemas, mereka akhirnya memilih untuk secepatnya turun menuju Kalimati. Sepanjang perjalanan, dia masih kerasukan, dan kembali sadar di Kalimati karena kelelahan.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Ranu Kumbolo. Di tengah-tengah perjalanan, perempuan tadi kesurupan lagi dan lari kencang serta meloncati pohon besar yang tumbang. Pendaratan dilakukan dengan dua kaki dan dua tangannya seperti kijang. Ia kemudian terkejar oleh rombongan lainnya. Mereka lalu mempercepat perjalanan ke Ranu Kumbolo.
Di Ranu Kumbolo, mereka memutuskan untuk bermalam lagi. Meski kelihatan sadar, kondisi perempuan tadi seperti masih dirasuki. Teman-temannya yang jaga di dalam satu tenda merasakan hawa panas. Bahkan, saat foto-foto di pagi harinya juga tatapan matanya tidak seperti biasa.
Perjalanan dilanjutkan ke Ranu Pane, tapi di tangah jalan, tepatnya setelah pos 1, perempuan itu kembali lepas dan berlari kencang seperti kijang, melompati pohon besar yang melintang di tengah jalan. Anggota rombongan laki-laki mengejar semampunya karena khawatir hilang. Beruntung, dia akhirnya bisa terkejar dan dipegang oleh teman-temannya.
Menurut Nita, temannya tersebut masih kerasukan meski sudah di dalam kereta api menuju Jawa Barat, bahkan ia akhirnya diantar teman sesama daerahnya untuk pulang ke Kalimantan dan disembuhkan di tanah kelahirannya. Nita juga menceritakan jika saat temannya kesurupan di sekitar kawasan Kelik, dirinya sempat berpapasan dengan pendaki lain yang mengurungkan niat mendaki ke puncak.
Pendaki itu bilang jika ada yang mengancam kalau dirinya naik akan tewas di atas dengan tertimpa batu besar yang menggelinding dari atas. Ia memutuskan untuk kembali turun bersama rombongan Nita dan membatalkan ke puncak.
“Memang benar ada batu besar yang menggelinding dari atas,” ujar Nita.
Dari cerita teman-temannya, kemungkinan temannya yang kesurupan itu mempuncai ‘pegangan’ dan ingin dimiliki penghuni hutan Semeru, ada juga yang bilang temannya itu sering bengong, juga karena faktor haid.
Namun, semua gunung mempunyai misteri tersendiri, hendaknya mendaki dengan sopan dan tidak mengganggu apapun yang ada di setiap gunung yang didaki. Alam, jin, manusia, serta semua ekosistem di pegunungan adalah ciptaan Yang Maha Kuasa. Seyogyanya, selalu berdo’a dan ingat kepada-Nya, tidak berbicara kotor, serta tidak sombong tatkala sampai ke puncak gunung.
Browser anda tidak mendukung iFrame
Langganan:
Postingan (Atom)