Minggu, 16 Maret 2014

Kisah Mistis Saksi Hidup 2 Tragedi Bintaro






Kecelakaan di perlintasan kereta Pondok Betung, Jakarta Selatan, antara kereta dan truk BBM, menyisakan kesedihan. Di balik Tragedi Bintaro II yang menewaskan 7 orang itu, terselip kisah mistis.

Warga setempat, Mahfud (39) mengungkap, malam sebelum peristiwa yang terjadi Senin 9 Desember siang itu, ada penampakan 3 anak kecil bermain dan berlari-lari melintasi rel. Ketiganya bermain tak jauh dari perlintasan kereta Pondok Betung.

"Saya nongkrong sampai jam 03.00 WIB dinihari. Penampakan anak-anak kecil bermain sudah jadi mitos di sini. Sudah biasa kalau besoknya mau ada kejadian. Ditongolin begituan mah dah sering," kata Mahfud saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (10/12/2013).

Peristiwa itu juga mengingatkan Mahfud pada tragedi 26 tahun silam, yang dikenal dengan Tragedi Bintaro, sebuah kecelakaan antar kereta yang merenggut ratusan jiwa. Sehari sebelum tragedi itu terjadi, ia juga melihat penampakan anak kecil yang bermain di rel.

"Sudah sering di sini kecelakaan. Mulai dari motor keserempet, Metro Mini lah. Nah yang terbesar kan Tragedi Bintaro I, kalau dulu jam 07.15 hari Senin pagi. Dan yang sekarang kan Senin juga, cuma siang jam 11.15 WIB," ungkap Mahfud yang mengaku duduk di kelas 2 SMP saat Tragedi Bintaro I terjadi.

Dirinya juga berujar, di usia 13 tahun ia sudah harus melihat jenazah dievakuasi ke rumahnya saat Tragedi Bintaro I. Tak kalah penting juga saat Tragedi Bintaro II terjadi, dirinya juga membantu evakuasi korban dari dalam gerbong dan melihat jatuhnya korban.

"Jam 11.00 WIB alarm dah bunyi, saya lihat truk itu dah masuk. Saya langsung tutup kuping saja. Petugas udah benar ambil tindakan bendera merah. Nggak lama, ada ledakan terus korban pada teriak panas," terang Mahfud.

Seketika itu juga korban yang berhasil dikeluarkan dibawa dan dinaikkan ke atas motor untuk dibawa ke RS Dr Suyoto.

Tragedi Ketiga

Saat Liputan6.com hendak menyudahi perbincangan, cerita baru malah diungkapkan Mahfud. Cerita itu didapatnya dari Rojak (91) yang tidak lain adalah ayah Mahfud.

Kata Mahfud, ayahnya mengatakan, dalam sejarah kecelakaan besar kereta yang terjadi, peristiwa Pondok Betung adalah tragedi yang kali ketiga. Menurutnya, sebelum Tragedi Bintaro I, ada kecelakaan kereta pada 1948 yang menewaskan para pejuang dari Banten. Namun saat itu berbeda, para pejuang tersebut sedang menuju markas para penjajah Belanda.

"Persisnya pembantaian ya. Ada pejuang dari Banten naik kereta semua (menuju) ke markas Belanda yang kini jadi Stasiun Kebayoran Lama atau Tangsi. Ditembakin di sepanjang jalan perlintasan sini. Nggak ke ekspose aja," cerita Mahfud.

Setelah itu, sambungnya, jenazah para pejuang tersebut dibiarkan terlantar dan tidak langsung dimakamkan. "Jenazah itu tergeletak di sepanjang rel dari Bintaro ke Pondok Betung. Dulu, rel kereta api itu posisinya di bawah rumah," ucap Mahfud menirukan cerita pria kelahiran 1922 itu. (Mut/Yus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar