Sabtu, 29 Maret 2008

ABU KIRIMAN DARI NEGARA JIN AZRAK

Seorang kyai yang juga paranormal asal Cirebon, dan konon bekas kepercayaan Cendana mendapat kiriman abu dari negara jin Azrak yang memiliki beragam kegunaan. Penulis sendiri pernah mencoba, rasanya mirip jamu. Tetapi berbau wangi ....

Kyai Satori, 52, demikian sapaan akrabnya, berasal dari salah satu desa di wilayah Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sosok ini dikenal memiliki ilmu yang pilih tanding dan banyak menguasai ilmu-ilmu hikmah. Bahkan menurut kabar yang berhasil diendus oleh Penulis, Kyai Satori pernah menjadi salah satu paranormal Cendana di era Orde Baru atau saat Pak Harto memegang kekuasaan di rentang tahun 1985 - 1995. Perkenalan dengan Kyai Satori berawal dari kedatangan Ustadz Abdul Lathif mantan pengajar sewaktu Misteri menjadi salah seorang santri di Pondok Pesantren Hidayaturrahman, Desa Sukra Barat, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Kedatangan beliau ke rumah adalah untuk mengundang Penulis untuk meliput acara istigosah rutin tiap bulan yang dilakukan pada tiap-tiap tanggal 12 Hijriah oleh keluarga besar MANAQIB SYEIKH ABDUL QODIR JAELANI yang beralamat di Desa Sukahaji, Kecamatan Sukra.

Pada mulanya hati merasa berat untuk menerima undangan Kang Latif, demikian Penulis biasa memanggilnya. Tetapi setelah Kang Latif memaparkan isi acaranya di mana usai istigosah akan diijazahkan beberapa ilmu di antaranya adalah; Baiat Asma Sungai Raje (ajian Nabi Khidir), ijazah Asma Qurun (rangkaian Asmaul Husna), ijazah Hizib Maghrobi (ajian Syeikh Magelung Sakti), dan pengisian badan dengan menggunakan abu jin dari negara Azrak --- suatu negara atau kawasan yang sudah tak asing lagi bagi kalangan penghayat spiritual. Dan menurut tutur dari para sesepuh kepada Penulis, tak banyak manusia yang mampu untuk mencapainya. Pasalnya, kesucian hati dan cobaan yang demikian berat adalah godaan yang biasanya tak kuat diterima oleh si pelaku yang kadar keimanannya masih tanggung. Dapat dibayangkan, betapa beratnya perjuangan untuk mencapai tempat atau negara Azrak yang legendaris ini. Dengan kata lain, hanya yang terpilih saja yang dapat mencapainya!
Akhirnya, Penulis pun jadi tertarik. Dan setelah mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari kamera, tape recorder dan notes, Penulis pun membonceng di motor yang sengaja Kang Lathif bawa dari Desa Sukahaji. Sungguh benar-benar beruntung, setibanya di sana, ternyata, acara istigosah belum dimulai. Dan seperti biasa, setelah sejenak berbasa-basi, Kang Lathif memperkenalkan Penulis kepada KH. Nurkani yang ternyata adalah sahabat karib ayah sewaktu muda. Tepatnya, saat keduanya mukim di salah satu pondok pesantren. Dan pada saat yang sama, Penulis juga diperkenalkan kepada Kyai Satori dan salah seorang santrinya yang berasal dan mukim di bilangan Brebes, Jawa Tengah.
Setelah mengikuti acara istigosah yang berlangsung sekitar kurang lebih empat jam, kami pun kembali berkumpul di rumah KH. Nurkani untuk berbincang-bincang tentang berbagai hal. Khusunya yang berkaitan dengan agama Islam. Dan pada saat itulah, Kang Lathif mencoba mengorek keterangan dari Kyai Satori tentang asal muasal abu gaib yang berasal dari negara jin Azrak. Seperti biasa, karena tak kuasa menghindar dari kepungan pertanyaan yang bertubi-tubi, dengan nada tetap merendah, Kyai Satori pun memaparkan pengalamannya. Menurutnya, kiriman abu gaib dari negara jin Azrak berawal dari ritualnya mengamalkan Hizib Asror yang dilakukan sebanyak empat puluh satu kali selama empat belas hari tanpa putus. Dan di akhir ritual itulah Kyai Satori mendapat abu gaib dari Ashif bin Barkiya yang mengaku berasal dari negara jin. Azrak! Waktu itu, hanya satu kalimat yang didengarnya dengan jelas, "Abu ini amat berguna untuk menolong masyarakat. Dan gunakan sebagaimana mestinya!"
Lebih lanjut, kyai yang berbadan tambun itu mengungkapkan, "Abu gaib ini bisa dipakai untuk berbagai keperluan. Mulai dari pengobatan segala macam penyakit baik medis maupun non medis, keselamatan, pengasihan, kewibawaan, pelarisan, dan bahkan mendapatkan atau mengekalkan jabatan. Pokoknya tergantung pada kebutuhan si pemakainya. Yang pasti, abu gaib ini tidak boleh dipakai untuk mencelakakan sesama. Bisa kena tulah!"
Dan setelah merenung beberapa saat seolah meminta izin dari gaib yang mengirimkan abu tersebut, kembali Kyai Satori melanjutkan penuturannya, "Jika abu ini dipakai oleh seorang calon Kepala Desa, maka, tiap perempatan jalan di desanya harus dipendami wifik yang telah diolesi dengan abu gaib itu. Begitu juga di kerobong tempat penusukan, harus diselipkan wifik yang telah diolesi dengan abu yang sama."
"Bagaimana hasilnya?" Potong Penulis penasaran.
Sambil tersenyum, Kyai Satori pun menjawab mantap, "Atas izin Allah, semuanya berjalan seperti yang direncanakan. Artinya, orang itu menang terus dan bahkan mampu meninggalkan suara lawan-lawannya lumayan jauh. Dan salah satu contohnya yang berhasil adalah Bapak Muhaimin, Kepala Desa Lempuyangan. Saat itu, pak Muhaimin bisa meraih suara jauh lebih tinggi ketimbang lawan-lawannya."
Menurut tutur yang beredar di tetangganya, kemenangan mutlak pada saat pemilihan Kepala Desa baru-baru ini juga terjadi di Subang, Bojong, Gintung, Kaliwedi dan Bunder. Sungguh tak dinyana, saat perhitungan terjadi, ternyata mereka yang menggunakan abu gaib itu berhasil memperoleh suara mutlak dari penduduk desanya.
Salah seorang tetangga yang tinggal bersebelahan dengan rumah Kyai Satori bahkan menambahkan, "Atas izin Allah, sebenarnya sudah banyak orang yang berhasil tercapai maksudnya bahkan tersembuhkan dari penyakitnya setelah diobati oleh beliau. Yang jelas-jelas saya tahu adalah penderita stroke yang berasal dari Cirebon. Mulanya datang dengan digendong. Dan di minggu kedua dia datang dengan dipapah dan pada minggu yang ketiga, si sakit sudah mulai bisa berjalkan walau tertatih-tatih."
"Bahkan sekarang, sudah bisa berjalan seperti semula," imbuhnya mantap.
Menurut pak Kiyai, sudah banyak orang yang ditolong dengan abu gaib miliknya ini. Yang paling aneh adalah, jumlah abu gaib ini selalu tetap. Alias tidak pernah berkurang walaupun dipakai terus menerus. Dan abu gaib yang lembut dan berwarna abu-abu mirip dengan serbuk jamu, hanya saja, baunya wangi. Wangi seakan aroma surgawi! Benarkah abu gaib ini kiriman dari jin yang mukim di negara Azrak? Hanya Allah yang Maha Tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar