Senin, 01 Desember 2008
BERSEKUTU DENGAN RAJA DEMIT
Pada tahun 2000 penulis mempunyai seorang teman dari Sidoarjo. Sebut saja namanya Fahrullah. Sang teman adalah salah satu contoh seseorang yang belajar ilmu gaib, tetapi mempunyai keimanan yang tipis sehingga terjerumus bujuk rayu setan yang menyesatkan. Berikut kisahnya….
Pertengahan tahun 2000 itu aku (Penulis) bergabung dengan salah satu perguruan ilmu gaib yang ada di Solo. Pada waktu itu, ilmu gaib memang sedang ramai diperbincangkan orang, sehingga banyak sekali bermunculan perguruan-perguruan ilmu gaib. Aku memilih perguruan di Solo itu, karena waktu itu aku sendiri membacanya di salah satu majalah.
Mereka, maksudnya anggota perguruan ini, menginap di padepokan sampai berminggu-minggu lamanya untuk mengikuti pelatihan fisik berupa olah kanuragan maupun mental. Salah satu bentuk latihan tersebut adalah pada malam hari mereka pergi ke kuburan atau tempat-tempat angker untuk latihan terawangan.
Penasaran dengan cerita di majalah, aku pun menyambangi pedepokan perguruan ilmu gaib tersebut. Ternyata benar, apa yang telah diceritakan dalam majalah yang sempat kubaca. Di perguruan ini, aku memang bertemu dengan banyak orang dari berbagai daerah. Ada yang baru datang, ada yang sudah beberapa hari, beberapa minggu bahkan ada yang sudah sebulan, namun mereka mengaku masih kerasan tinggal di padepokan yang terletak di luar kota Solo itu.
Salah seorang murid lama di perguruan tersebut adalah Farullah. Dia mengaku berasal dari Sepanjang, Sidoarjo. Fahrullah adalah sosok lelaki muda, berusia sekitar 30 tahun, bertubuh gemuk pendek, kepala sedikit botak. Namun yang paling menarik, lelaki ini sosok yang sangat pemberani, sekaligus pula ambisius.
Mungkin karena sifatnya yang ambisius itu, maka Fahrullah termasuk pula sebagai seorang yang sangat rajin wirid. Wirid utamanya adalah surat Al-Fatihah. Menurut pengakuannya, dia sudah mewiridkan surah Al-Fatihah sebanyak 100.000 kali. Prestasi yang menurutku sangat luar biasa. Hal ini bisa dimaklumi karena memang kalau dia wirid, maka bisa sampai lima atau enam jam.
Untuk urusan terawangan, Farullah termasuk jempolan. Hingga pada suatu malam, sewaktu terawangan di Taman Pramuka Solo, Fahrullah bertemu dengan sosok bangsa halus yang mengaku bernama Siti. Dia adalah penghuni alam gaib Taman Pramuka yang wajahnya cantik jelita (Hal ini pernah penulis ceritakan dalam; “Penghuni Gaib Kota Solo”).
Melihat kecantikan Siti, sang penunggu alam gaib Taman Pramuka tersebut, Fahrullah tergoda imannya. Hingga tanpa sadar, dia melakukan hubungan biologis dengan makhluk halus tersebut. Anehnya, setela hubungan perzinahan itu, Fahrullah di datangi orang tua Siti, yang bermaksud meminta pertanggungjawaban darinya. Fahrullah mau bertanggungjawab, tapi harus di depan gurunya.
“Siapa gurumu itu?” Tanya orang tua Siti.
Fahrullah menyebutkan nama gurunya.
Setelah mendengar nama guru Farullah, orang tua Siti yang sudah tentu juga makhluk halus itu akhirnya bingung. Sepertinya dia tidak berani meneruskan perkaranya lagi.
Pada malam berikutnya, ditemani Penulis dan di tempat yang sama, Fahrullah kembali melakukan terawangan. Waktu itu, Fahrullah bertemu dengan apa yang disebutnya sebagai Raja Demit. Dia sangat ketakutan dan berniat mau lari, tetapi dicegah oleh si Raja Demit.
“Jangan takut. Saya akan membantu kesulitanmu,” kata Raja Demit.
Mendengar perkataan mahluk gaib tersebut mau membantu kesulitannya, Fahrullah tidak jadi lari. Bahkan, mereka kemudian berdialog.
Setelah dialog dengan makhluk itu, akhirnya Fahrullah bersedia bersekutu dengannya dengan syarat, apabila Fahrullah minta sesuatu ada syaratnya dan syarat itu harus dipenuhi.
Menurut cerita Fahrullah, pernah pada suatu malam, dia pulang ke Sidoarjo menumpang bus, tetapi tidak mempunyai uang. Di tengah perjalanan, dia diturunkan oleh kondektur karena tidak punya tiket dan tidak punya uang buat bayar ongkos. Setelah itu, dia minta bantuan Raja Demit agar bisa mengantarnya pulang.
Apa yang terjadi? Oleh Raja Demit, Fahrullah diminta mencari tempat yang gelap dan tidak ada orang. Perintah tersebut diikuti oleh Fahrullah. Di tempat yang gelap dan sepi tersebut, Fahrullah disuruh memejamkan mata dan jangan sesekali membukanya, kecuali diperintahkan buka oleh si Raja Demit.
Suatu keajaiban memang terjadi. Setelah diperintah membuka mata, dan Fahrullah pun membuka matanya, maka dia sudah ada di belakang rumahnya di Sidoarjo.
Kejadian yang Penulis dan teman-teman lainnya sering saksikan adalah, ketika Fahrullah membutuhkan uang. Setelah dia berkomunikasi dengan Raja Demit dan menyanggupi syarat yang diajukan oleh si Raja Demit, maka dalam waktu kurang dari lima menit, uang lima puluh ribu atau seratus ribu sudah ada di tangan Fahrullah.
Pada mulanya, syarat yang diminta oleh Raja Demit itu hanya hal-hal biasa saja, seperti harus mandi di WC, tidak boleh mandi di kamar mandi. Namun, lama-kelamaan syarat yang diajukan oleh si Raja Demit mulai menyalahi aturan-aturan agama. Misalkan saja, Fahrullah harus kencing di depan teman-teman yang sedang santai di lapangan olah raga, atau tindakan lain yang cenderung melanggar adapt dan etika kesopanan.
Menurut pengamatan Penulis, uang yang dibuat oleh Fahrullah lewat bantuan Raja Demit adalah sihir makhluk gaib. Karena uang tersebut tidak bisa bertahan lama. Setelah Fahrullah membelanjakannya, tidak berapa lama kemudian, uang tersebut kembali ke ujud semula. Ya, kalau semula Fahrullah memegang kertas atau daun, kemudian berubah menjadi uang, maka setelah uang tersebut dibelanjakan maka beberapa menit kemudian, uang tersebut berubah lagi menjadi kertas atau daun.
Salah seorang teman Penulis dari Lampung, pernah diajak oleh Fahrullah nonton bioskop dengan memakai uang yang disulap dari bungkus permen. Seusai pertunjukan, Fahrullah beli satu bungkus rokok dengan menggunakan sobekan karcis bioskop. Terus langsung naik taxi dengan uang yang juga hasil sihir si Raja Demit.
Ketika di tengah perjalanan, ada warung sate kambing, tiba-tiba Fahrullah minta berhenti. Mereka masuk warung itu, namun anehnya, Fahrullah memesan buat dia sate kambing mentah. Sedangkan untuk teman penulis sate kambing bakar.
Pada mulanya tukang sate menganggap pesanan Fahrullah hanya bercanda, namun Fahrullah meyakinkan bahwa memang dia memesan sate kambing mentah. Tentu saja tukang sate kambing menjadi terheran-heran setelah sate kambing mentah disediakan Fahrullah dengan lahap menyantapnya.
Anehnya lagi, setelah sampai di Padepokan, Fahrullah langsung menuju dapur kemudian makan nasi sama lauk pauk seadanya. Teman penulis dari Lampung ini karuan heran melihat Fahrullah makan lagi. Namun Fahrullah bilang, yang makan sate kambing mentah tadi bukan dia, tapi si Raja Demit sahabatnya, sedangkan yang sekarang makan nasi dan sayur, adalah Fahrullah sendiri.
Kisah unik lainnya seperti ini….
Kalau biasanya uang bikinan Fahrullah hanya bertahan beberapa menit setelah dibelanjakan, maka lain lagi halnya jika Fahrullah butuh uang banyak dan agar tahan lama. Caranya yaitu dengan memakai satu uang asli ditambah beberapa lembar kertas atau daun sesuai kebutuhannya.
Waktu itu, Fahrullah tertarik dengan iklan di salah satu koran yang menyatakan bahwa ada satu cara agar uang di ATM bertambah dengan sendirinya. Kemudian Fahrullah meminjam uang lima puluh ribu pada salah seorang teman Penulis.
Setelah itu, uang tersebut digabung dengan sobekan-sobekan koran. Aneh, tidak lama kemudian di tangannya sudah tergenggam sejumlah uang lima puluh ribuan, sama persis dengan uang lima puluh ribuan yang asli. Uang yang asli dikembalikan sedangkan uang sihir Raja Demit dibawa ke bank untuk ditansfer ke rekening orang yang pasang iklan.
Menurut Fahrullah, uang tersebut bisa bertahan sampai tiga hari, setelah itu baru berubah seperti semula.
Kisah lain yang aneh bin ajaib seperti ini….
Fahrullah bukan hanya bisa bikin uang dari kertas atau daun untuk dirinya saja, tetapi dia juga bisa menurunkan ilmunya pada orang lain. Hal ini pernah dia lakukan pada teman-teman Penulis. Sebut saja seperti kepada Fahri dari Sintang dan Fahran dari Pontianak, Kalimantan Barat, Ferdi dari Bandung, Jawa Barat, dan Gunawan dari Negara Ratu, Lampung.
Caranya, tiap orang teman Penulis itu diberi 7 biji gotri kecil yang sudah dimanterai oleh si Fahrullah. Gotri tersebut harus ditelan dengan air putih yang sudah dicampuri dengan setetes darah Fahrullah. Hanya Fery yang bersedia meminum air bercampur setetes darah Fahrullah itu, sedangkan Fahran, Ferdi dan Gunawan tidak mau meminum air yang bercampur darah, mereka hanya minta minum dengan air biasa.
Akhirnya, hanya Fery yang berhasil. Katanya, yang ikut Fahry bukan Raja Demit, tetapi anak bajang, yang permintaannya juga tidak aneh-aneh seperti permintaan Raja Demit jiak dia memberikan sesuatu sebagai imbalan.
Memang, persekutuan antara Fahrullah dengan Raja Demit berlangsung cukup lama dan tidak terkontrol oleh guru Penulis, yang waktu itu memang sedang tidak ada di Solo. Karena beliau sedang menunaikan ibadah haji. Sepulang beliau dari ibadah haji, maka Fahrullah dipanggil olehnya agar jangan lagi melakukan perbuatan yang merugikan orang lain dengan cara membuat uang sihir atas bantuan Raja Demit.
Di depan guru kami, Fahrullah berjanji untuk tidak berbuat seperti itu lagi. Namun, setelah dia pulang ke Sidoarjo, perbuatan tersebut diulangi lagi. Hal tersebut berlangsung sampai tiga kali.
Setelah peringatan ketiga tidak diindahkan, maka guru kami akhirnya bertindak tegas. Dengan paksa, Raja Demit teman Fahrullah dipasung kemudian ditanam di gunung Galunggung.
Setelah Raja Demit tidak mendampingi Fahrullah, maka hilanglah kesaktiannya. Dia tidak bisa lagi membikin uang dari kertas atau daun.
Demikianlah salah satu contoh orang yang belajar ilmu gaib tetapi tidak mempunyai iman yang kuat. Oleh sebab itu, pesan kami kepada semua Pembaca, kalau ingin belajar ilmu gaib terlebih dahulu harus belajar ilmu-ilmu Fiqh, Tauhid, Akhlaq dan lain-lainnya agar jangan sampai tersesat dijalan yang tidak dibenarkan oleh agama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar