Cilacap merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Jawa Tengah, dengan nomor kode telepon 0282 dan 0280. Daerah di bagian Selatan merupakan dataran rendah, sedangkan di Utara merupakan daerah perbukitan, dengan kawasan hutan berada di bagian Utara, Timur, dan Selatan.
Cilacap berbatasan dengan Kabupaten Brebes dan Banyumas di Utara, Kabupaten Banyumas dan Kebumen di Timur, Samudra Hindia di Selatan, serta Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di sebelah Barat, karenanya Cilacap merupakan daerah pertemuan Budaya Jawa Banyumasan dengan Budaya Sunda, sehingga sebagian penduduk Kabupaten Cilacap bertutur dalam bahasa Sunda.
Wisata Cilacap
[spoiler]Air Panas Cipari Cilacap
Cilacap berbatasan dengan Kabupaten Brebes dan Banyumas di Utara, Kabupaten Banyumas dan Kebumen di Timur, Samudra Hindia di Selatan, serta Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di sebelah Barat, karenanya Cilacap merupakan daerah pertemuan Budaya Jawa Banyumasan dengan Budaya Sunda, sehingga sebagian penduduk Kabupaten Cilacap bertutur dalam bahasa Sunda.
Wisata Cilacap
[spoiler]Air Panas Cipari Cilacap
Curug Cipari memiliki ketinggian sekitar 20 meter. Debit air yang mengucur di air terjun ini tergantung dari kondisi musim, dimana pada musim kemarau tidak bisa mencukupi kebutuhan obyek tersebut, karena sungai sebagai pusat utama air ke obyek tersebut dibendung warga setempat guna mencukupi kebutuhan rumah tangga. Meskipun demikian setiap hari libur obyek wisata ini tetap ramai dikunjungi wisatawan.
Didekat curug ini juga terdapat dua curug yang bernama Curug Geulis Cisuru dan Curug Pengantin di Desa Segaralangu.[/spoiler]
[spoiler]Benteng Pendem Cilacap
Didekat curug ini juga terdapat dua curug yang bernama Curug Geulis Cisuru dan Curug Pengantin di Desa Segaralangu.[/spoiler]
[spoiler]Benteng Pendem Cilacap
Wisata Cilacap seluas 6,5 ha, 500 m dari Pantai Teluk Penyu, dibangun Belanda secara bertahap pada 861-1879, dilengkapi barak, klinik, penjara, ruang amunisi, lubang tembak dan terowongan,tertimbun tanah sedalam 1-3 m.[/spoiler]
[spoiler]Goa Bendung
Ditemukan oleh penjajah Belanda pada sekitar abad ke 16 konon pernah di gunakan sebagai tempat ibadah umat Kristiani pada saat Belanda menduduki Pulau Jawa termasuk Pulau Nusakambangan.
Untuk mencapai goa tersebut dapat melalui Pelabuhan Lomanis atau Pelabuhan Sleko dengan naik perahu atau compreng dengan menelusuri sungai dan selat Segara Anakan menuju goa atau Desa Klaces . Dari Klaces kemudian berjalan kaki selama kurang lebih satu jam menuju ke arah goa atau dapat melalui Dermaga Sodong dengan naik kendaraan roda dua atau angkutan lainnya melalui jalan darat sambil menikmati keindahan alam dan hutan serta bangunan lembaga pemasyarakatan menuju Goa Bendung sekitar 45 menit.
Goa Bendung yang ditemukan Belanda tanpa sengaja ketika penjajah Belanda meluaskan jajahannya di tanah jawa termasuk Pulau Nusakambangan mempunyai lorong sepanjang kurang lebih 150 meter dengan lebar 10 meter, didalam goa tersebut terdapat stalakmit yang menyerupai anjing dan seorang perempuan yang sedang menyusui. Karena didalamnya terdapat tempat khotbah dan stalakmit yang bentuknya seperti Bunda Maria, sehingga ada sebagian masyarakat yang menyebut Goa Maria, juga di dalamnya terdapat parit yang dibangun oleh Belanda yang galian tanahnya untuk membendung badan parit yang luas seperti pelataran dan digunakan untuk para jemaat untuk melakukan ibadah, karena pelataran yang digunakan untuk membendung air tersebut maka goa ini dikalangan masyarakat disebut Goa Bendung.
Untuk menuju gunung selok dapat dicapai dengan kendaraan penumpang bus atau angkutan pedesaan atau kendaraan pribadi dari terminal Adipala .
Gunung selok merupakan wisata yang nyaman mengasyikan dan unik, karena lokasi ini menyajikan perpaduan keindahan alam berupa hutan bukit goa-goa alam Benteng peninggalan jepang yang konon ada 25 benteng dan pantai laut selatan .
Wisatawan yang datang berkunjung biasanya mempunyai minat bersiarah atau ingin bersemedi di petilasan atau makam atau di goa-goa yang ada . Petilasan yang banyak di kunjungi dan dianggap keramat adalah Padepokan Jambe Lima dan Padepokan Jambe Pitu.
Padepokan Jambe Lima atau Cemara Seta yang di ketemukan oleh Eyang Mara Diwangsa yaitu saudara Patih Cakraningrat yaitu ayah kandung Cakrawerdaya Bupati Cilacap Pertama, padepokan yang terdapat di puncak bukit sangat baik untuk bersemedi .
Menurut legenda masyarakat setempat konon Padepokan Jambe Lima dahulu dahulu merupakan markas pendekar-pendekar sakti pengawal bunga sakti Kembang Wijaya Kusuma yaitu sekuntum bunga lambang kebesaran raja-raja Jawa dimasa lampau .
Untuk mendapat bunga tersebut harus orang harus mendapat ijin dari ketua pengawal yang bernama Kyai Jambe Lima .
Kyai Jambe Lima mempunyai empat anggota seorang diantaranya sebagai wakil ketua yaitu Pak Cilik Sukmoyo Renggo sedang yang tiga anggota lainnya adalah Kyai Kampret Ireng (Tunggul Wulung ), Kyai Sambung Langu (Anggaswati ) Kyai Wesi Putih (Sang Hyang Jati ).
Alkisah suatu hari pada tahu 1676 kerajaan Mataram jatuh ke Trunajaya . Kemudian Pangeran Adipati Anom mengangkat diri sebagai raja menggantikan ayahnya yaitu Sunan Amangkurat I yang meninggal di Ajibarang dan di makamkan di Tegal Arum .
Adipati Anom bergelar Amangkurat II yang mengutus seorang kepercayaannya bernama Ki Suropati untuk mencari kembang wijayakusuma untuk mengukuhkan kedudukanya sebagai raja mataram .
Selain Adipati Anom, Pangeran Puger (adik Adipati Anom) yang mengangkat dirinya sebagai raja Mataram mengutus tokoh sakti Ki Tambak Yudo Selain Adipati Anom dan Pangeran Puger juga Trunojoyo yang sudah merebut tahta kerajaan juga mengutus seorang yang bernama Gedug Gandamana untuk mendapatkan kembang Wijayakusuma
Ketiga utusan tersebut datang dan di tolak oleh Kyai Jambe Lima dengan alasan belum waktunya, ketiga utusan tidak mau menerima keterangan Kyai Jambe Lima terjadi pertempuran yang menewaskan kelima pengawal bunga tersebut termasuk tiga utusan tersebut juga tewas, sebagai penghormatan dan peringatan maka oleh penduduk sekitar Gunung Selok dibangunlah Padepokan Jambe Lima, dan Jambe Pitu.
Padepokan Jambe Pitu (pertapan Ampel Gading ) yang di renovasi oleh Presiden Soeharto dan banyak di kunjungi peziarah karena dianggap sangat keramat karena ada 3 petilasan Sang Hyang Wisnu Murti dan dua pusakanya yaitu Kembang Wijayakusuma atau Eyang Lengkung Kusuma dan Cakra Baskara atau Eyang Lengkung Cuwiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar