Orang Bunian, Mahluk Halus atau Hominid?
Suku-suku di wilayah-wilayah yang berlainan di Indonesia memiliki mitos, pendapat dan pandangan yang berbeda-beda terhadap orang-orang bunian. Ada yang berpendapat bahwa mereka adalah mahluk halus, ada yang menganggap mereka jenis kera yang belum diketahui dan ada juga yang menganggap mereka jenis manusia yang berbeda.
Pengertian "Orang Bunian" atau sekedar bunian di daerah Minangkabau adalah mitos sejenis makhluk halus. Berdasar mitos tersebut, orang bunian berbentuk menyerupai manusia dan tinggal di tempat-tempat sepi, di rumah-rumah kosong yang telah ditinggalkan penghuninya dalam waktu lama.
Istilah orang bunian juga kadang-kadang dikaitkan dengan istilah dewa di Minangkabau, pengertian "dewa" dalam hal ini sedikit berbeda dengan pengertian dewa dalam ajaran Hindu maupun Buddha.
"Dewa" dalam istilah Minangkabau berarti sebangsa makhluk halus yang tinggal di wilayah hutan, di rimba, di pinggir bukit, atau di dekat pekuburan. Biasanya bila hari menjelang matahari terbenam di pinggir bukit akan tercium sebuah aroma yang biasa dikenal dengan nama "masakan dewa" atau "samba dewa". Aroma tersebut mirip bau kentang goreng. Hal ini dapat berbeda-beda namun mirip, berdasarkan kepercayaan lokal masyarakat Minangkabau di daerah berbeda. "Dewa" dalam kepercayaan Minangkabau lebih diasosiasikan sebagai bergender perempuan, yang cantik rupawan, bukan laki-laki seperti persepsi yang umum di kepercayaan lain.
Selain itu, masyarakat Minangkabau juga meyakini bahwa ada peristiwa orang hilang disembunyikan dewa/orang bunian. Ada juga istilah "orang dipelihara dewa", yang saat bayi telah dilarikan oleh dewa. Mitos ini masih dipercaya banyak masyarakat Minangkabau sampai sekarang.
Di daerah Bengkulu, orang Bunian disebut juga sebabah yang merupakan satu bentuk yang mirip dengan manusia hanya saja mereka bertubuh kecil dan berkaki terbalik. Lebih kedaerah pedalamannya lagi ada juga kisah tentang mahluk Gugua, yang mempunyai perawakan berbulu lebat, pemalu dan suka menirukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Konon pada zaman dahulu mahluk ini bisa ditangkap. Masyarakat dahulu menangkap mahluk ini dengan menyiapkan sebuah perangkap. Ada juga kisah tentang perkawinan mahluk ini dengan penduduk lokal dan mempunyai keturunan.
Selain itu, masyarakat Minangkabau juga meyakini bahwa ada peristiwa orang hilang disembunyikan dewa/orang bunian. Ada juga istilah "orang dipelihara dewa", yang saat bayi telah dilarikan oleh dewa. Mitos ini masih dipercaya banyak masyarakat Minangkabau sampai sekarang.
Di daerah Bengkulu, orang Bunian disebut juga sebabah yang merupakan satu bentuk yang mirip dengan manusia hanya saja mereka bertubuh kecil dan berkaki terbalik. Lebih kedaerah pedalamannya lagi ada juga kisah tentang mahluk Gugua, yang mempunyai perawakan berbulu lebat, pemalu dan suka menirukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Konon pada zaman dahulu mahluk ini bisa ditangkap. Masyarakat dahulu menangkap mahluk ini dengan menyiapkan sebuah perangkap. Ada juga kisah tentang perkawinan mahluk ini dengan penduduk lokal dan mempunyai keturunan.
Di gunung Sebelat (Taman Nasional Kerinci), Orang bunian dipercaya merupakan komunitas manusia hutan. Masyarakat setempat menyebutnya Uhang Pandak. Salah satu peniliti asing yang bernama Deborah Martyr begitu sangat tertarik dengan legenda ini dan melakukan penelitian, namun hingga saat ini penelitian tersebut belum menunjukkan hasil.
Istilah Uhang pandak adalah pengertian dari orang yang bertubuh pendek. Mereka merupakan mahluk yang keberadaannya telah diketahui sejak puluhan tahun yang lalu, namun hingga saat ini sulit menemukan bukti fisik dan otentik tentang keberadaan mahluk ini. Keberadaan mereka sendiri sering dilaporkan oleh orang-orang yang secara tidak sengaja bertemu dengan mereka, banyak dari wisatawan dan peneliti mancanegara yang melakukan riset tentang alam Gunung Sebelat secara tidak sengaja bertemu dengan kumpulan mahluk ini.
Istilah Uhang pandak adalah pengertian dari orang yang bertubuh pendek. Mereka merupakan mahluk yang keberadaannya telah diketahui sejak puluhan tahun yang lalu, namun hingga saat ini sulit menemukan bukti fisik dan otentik tentang keberadaan mahluk ini. Keberadaan mereka sendiri sering dilaporkan oleh orang-orang yang secara tidak sengaja bertemu dengan mereka, banyak dari wisatawan dan peneliti mancanegara yang melakukan riset tentang alam Gunung Sebelat secara tidak sengaja bertemu dengan kumpulan mahluk ini.
Informasi yang berhasil dikumpulkan mampu memberikan gambaran tentang Uhang Pandak ini. Mereka adalah mahluk yang hidup di atas tanah, berjalan dengan kedua kakinya dengan tubuh yang diselimuti oleh bulu pendek (abu-abu hingga coklat) dan tinggi tubuh sekitar 80 cm hingga 150 cm. Beberapa ahli bahkan mengklasifikasikan Uhang Pandak sebagai bagian dari rantai evolusi yang mereka sebut “kera misterius”.
Selama tiga tahun terakhir, para peneliti lokal dan mancanegara telah menjelajah hutan dengan harapan dapat menemukan bukti keberadaan masyarakat Uhang Pandak. Mereka telah melakukan banyak cara dari mulai memasang kamera trapping di wilayah hutan terutama daerah dimana sering terjadi laporan penampakan para mahluk tersebut sampai dengan pembuatan perangkap untuk menangkap salah satu dari mahluk itu. Para ahli merasa kawatir jika memang eksistensi keberadaan Uhang Pandak ini ada, bukan tidak mungkin mereka sedang terancam kepunahan sebagai akibat dari aktivitas penebangan dan penghancuran lingkungan mereka.
Selain uhang pandak banyak komunitas orang bunian lain yang dipercaya oleh masyarakat di berbagai daerah. Sebagian kepercayaan tersebut bahkan mengatakan bahwa komunitas masyarakat orang bunian itu bukan komunitas mahluk halus, namun suatu mahluk yang mirip manusia yang memiliki sedikit perbedaan dengan mahluk manusia, ada yang beranggapan mereka adalah ras manusia tersendiri dan merupakan bagian dari ras mahluk manusia kuno.
Selama tiga tahun terakhir, para peneliti lokal dan mancanegara telah menjelajah hutan dengan harapan dapat menemukan bukti keberadaan masyarakat Uhang Pandak. Mereka telah melakukan banyak cara dari mulai memasang kamera trapping di wilayah hutan terutama daerah dimana sering terjadi laporan penampakan para mahluk tersebut sampai dengan pembuatan perangkap untuk menangkap salah satu dari mahluk itu. Para ahli merasa kawatir jika memang eksistensi keberadaan Uhang Pandak ini ada, bukan tidak mungkin mereka sedang terancam kepunahan sebagai akibat dari aktivitas penebangan dan penghancuran lingkungan mereka.
Selain uhang pandak banyak komunitas orang bunian lain yang dipercaya oleh masyarakat di berbagai daerah. Sebagian kepercayaan tersebut bahkan mengatakan bahwa komunitas masyarakat orang bunian itu bukan komunitas mahluk halus, namun suatu mahluk yang mirip manusia yang memiliki sedikit perbedaan dengan mahluk manusia, ada yang beranggapan mereka adalah ras manusia tersendiri dan merupakan bagian dari ras mahluk manusia kuno.
Homo Floresiensis (kiri) Homo Sapien (kanan)
Pada tahun 2003 tim peneliti memutuskan untuk mengeksplorasi dan melakukan penggalian di Gua Liang Bua di Pulau Flores yang merupakan bagian dari rantai kepulauan Indonesia. Disana mereka menemukan kerangka yang hampir lengkap dari hominid (manusia purba) kecil. Tinggi dari kerangka wanita dewasa adalah sekitar 3 kaki 6 in dan dari karakteristiknya menunjukkan bahwa spesies baru manusia telah ditemukan. Ini diperkuat oleh penemuan alat dan artefak yang konsisten dengan ukuran kerangka tersebut. Ada juga indikasi bahwa "Orang-orang kecil" telah menggunakan api dan telah berburu berbagai hewan yang sekarang telah punah, termasuk tikus raksasa dan gajah mini yang dikenal sebagai Dwarf Stegodon. Tengkorak mereka memiliki dahi yang miring dan tidak ada tulang dagu spesifik meskipun memang memiliki gigi dan berjalan tegak seperti manusia. Meskipun masih ada beberapa kontroversi mengenai apakah Homo floresiensis adalah spesies baru atau mungkin hanya variasi dari manusia modern atau Homo Erectus, tidak ada keraguan bahwa populasi makhluk aneh mirip manusia pernah hidup di pulau itu.
Tengkorak Homo Floresiensis (kiri) & Homo Sapien (kanan)
Bahkan, menurut legenda setempat masih ada suku "orang kecil" yang hidup jauh di dalam hutan. Tengkorak mereka jauh lebih kecil daripada manusia modern, tetapi korteks prefrontal masih berukuran sama dengan manusia modern yang menunjukkan tingkat kecerdasan tinggi dan kesadaran diri (self-awareness). Banyak peneliti berpendapat bahwa Homo floresiensis ini bukanlah pigmi, kerdil, atau cebol, mereka adalah sesuatu yang unik. Dengan demikian, mereka diberi julukan - hobbit - atau Halfling, tokoh terkenal dari novel trilogi Lord of the Rings yang ditulis oleh JRR Tolkien (1954).
Apakah Homo Floresiensis ini ada hubungannya dengan orang bunian atau uhang pandak? Ataukah uhang pandak dan orang bunian adalah turunan homo floresiensis yang masih hidup? Mungkin andalah yang ingin menelitinya.
Apakah Homo Floresiensis ini ada hubungannya dengan orang bunian atau uhang pandak? Ataukah uhang pandak dan orang bunian adalah turunan homo floresiensis yang masih hidup? Mungkin andalah yang ingin menelitinya.
Artikel Terkait Legenda ,Misteri
- Nada Dering Dari Ponsel Milik Penumpang MH17 Yang Misterius
- Terungkap Misteri Wafatnya Pasien Setiap Jumat Pagi di Rumah Sakit Terkenal di Jakarta
- Babi Ngepet Berkepala Anjing Tertangkap di Bogor
- Fakta dan Misteri Seputar Jatuhnya MH17 di Ukraina
- Serba Kebetulan Misteri Angka 7 di #MH17
- Kembang Wijaya Kusuma Dan Penguasa Laut Selatan
- Ungkap Misteri Segitiga Bermuda Melalui Data Satelit
- Orang-Orang Indonesia yang Paling Misterius
- Seramnya Monster Lembah Huairou Beijing
- Curug Kodok dan Misteri Penjaga Yang Sakti
- Warga Batam Mengaku Mengetahui Keberadaan Malaysia Airlines MH370
- Misteri Pagar Berduri Air Panas Semurup Kerinci
- Maung dan Legenda Siliwangi
- Kisah-Kisah Kapal Hantu Paling Terkenal
- Nama Candi dan Kisah Dibaliknya
- Misteri Lenyapnya 50 Ribu Tentara Persia Terungkap Lewat Tulisan Kuno Ini
- Misteri dan Keunikan Jembatan Setan Rakotzbrücke
- Pagoda dan Candi yang Tenggelam dan Terungkap oleh Tsunami
- Gapura Wringin Lawang, Jejak Kejayaan Majapahit
- Struktur Misterius di Dasar Laut Galilea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar