Sabtu, 30 Maret 2013

Kepala Dengan Rambut Api Yang Melayang


Published under ,
Ini cerita pengalaman kakek saya (almarhum) sewaktu masih aktif di POLRI. Kakek saya tinggal di suatu desa di pedalaman kabupaten Semarang dekat sungai Tuntang. Pada jaman dahulu daerah itu kalau malam sangat gelap, belum banyak lampu penerangan.

Suatu malam, kakek saya bersama anak buahnya (sebut saja pak M) hendak pergi ke suatu tempat sebut saja desa P karena urusan dinas yang tidak dapat ditunda. Untuk mencapai desa P ada 2 jalur, yang pertama melewati hutan menyusuri pinggir sungai, jalannya sangat sempit dan rusak tetapi jalur ini lebih dekat. Sedangkan jalur kedua lewat jalan yang cukup besar dan ramai (melewati banyak rumah penduduk), tetapi jalur ini memutar sehingga perlu waktu yang lebih lama.

Karena mendesak, kakek saya dan pak M memutuskan untuk melewati jalur pertama yang lebih dekat. Waktu itu kakek menggunakan kendaraan roda dua vespa. Perjalanan pun dimulai dengan lancar. Namun sampai di tengah perjalanan di dekat sebuah sendang pinggir hutan yang oleh masyarakat di sebut "sendang buk", tiba-tiba vespa kakek macet dan tidak mau hidup. Sudah di cek dari busi hingga mesin tidak ada masalah. Berkali2 dicoba starter tapi tetap saja mesin vespa bergeming tidak mau hidup.

Lalu tiba-tiba dari arah hutan muncul cahaya obor yang perlahan mendekat ke arah kakek dan pak M. Makin lama makin dekat... Saat sudah dekat, nampaklah wujud asli dari cahaya obor tersebut yang ternyata adalah sebuah kepala dengan rambut api yang melayang!!

Melihat hal itu pak M langsung panik teriak2 minta tolong. Seandainya tidak dipegang oleh kakek, pak M pasti sudah lari entah kemana dan bisa tersesat mengingat mereka berada di pinggir hutan tanpa penerangan sama sekali.

"Bos gimana ini??", Pak M panik melihat "obor" itu makin dekat. "Udah, berdoa sebanyak2nya" kakek berusaha tenang. Si obor makin mendekat ke arah mereka berdua, memperlihatkan seringai lebar menyeramkan kepada kakek ane.

Namun tiba-tiba.. "srrr..." terdengar bunyi orang buang air kecil. Kakek langsung menoleh ke M yang ternyata sedang ngompol saking takutnya..

Tak disangka, setelah kejadian mengompol ini, setan api itu tiba-tiba terbang pergi meninggalkan mereka berdua. Setelah setan pergi, vespa kakek dengan sekali starter langsung bisa hidup lagi dan mereka pun segera menuju desa P.

Setan di Sumur Sekolah Ku


Published under ,
Hy all.. ketemu lagi bareng Boris, si anak SMPN 1 pkp. Masih ingat kan? kalau gk ingat keterlaluan kalian, masa ama penulis paling muda disini dilupakan? hehehe.. langsung aja deh.

Kejadian nya masih pagi2 banget di sekolah ku. Waktu itu, cuma ada aku, pacar ku (Sri), sama tukang bersih2 sekolah. Aku dan Sri keliling sekolah buat jalan2. Awal nya sih gk ada yang aneh, tapi waktu kami lewat sumur yang ada dibelakang sekolah, aku merasakan ada hawa dingin menusuk. Awal nya sih ku kira cuma aku aja yang ngerasa, cz aku cuma pake jaket tipis.. tapi aku ngeliat Sri kedinginan nya lebih parah dari aku. Jujur aja, jaket nya itu tebel banget lho.

Truss, aku tanya "Ngerasa juga ya?". "Iya nih, kok tiba-tiba dingin banget yah?" jawab nya. Tapi kami belum terlalu memikirkan sampai jauh. Trus, gk tau kenapa si Sri tiba-tiba gemetaran luar biasa banget. Dia lalu mengajak aku buat balik ke gerbang bareng tukang sapu. Tapi aku menolak karena aku masih penasaran dengan hawa dingin itu, yah Sri ngikut aja.

Awal nya pas kami ngelewatin sumur belum ada apa2, tapi tiba-tiba, nama kami berdua dipanggil. Aku noleh kebelakang, gk ada apa2. Truss, aku ngedengar ada orang minta tolong. Ku tanya sama Sri dia ada dengar apa gk, ternyata dia juga dengar. Itu suara setelah kami cari ternyata berasal dari sumur itu, kami pun langsung menuju kesitu, dan kami melihat ada seseorang yang sedang duduk di atas sumur.

Secara gk sengaja, kaki Sri menginjak botol... "treek", dan suara botol itu menyebabkan seseorang tadi langsung menoleh ke arah kami. Awal nya dia hanya menunjukkan wajah nya yang jelek kaya bekas kena tusuk berkali2. Tapi, setelah dia melihat kami terpaku agak lama, dia langsung menunjukkan taringnya.

Awal nya kami mencoba untuk berteriak, tapi suara kami tertahan. Setelah itu dia kembali masuk kedalam sumur, dan baru lah kami dapat berteriak lalu kemudian lari. Si tukang sapu heran melihat kami berlari2 kaya dikejar setan (bukan dikejar sih, tapi ngeliat) langsung nanya "Kok kaya abis dikejar setan gitu?". "Gk pak, bukan dikejar", kata ku. "Lalu?", si tukang sapu pun makin heran. "Abis ngeliat setan pak, di sumur belakang", kata Sri.

Kemudian si tukang sapu pun bercerita kalau di sumur itu ada seorang cewek yang meninggal mengenaskan karena diperkosa orang tak bertanggung jawab. Karena dia terus meronta, dia langsung dilempar ke kawat berduri dan muka nya tersangkut, ia kemudian meninggal. Lalu para orang tadi langsung membuang nya ke sumur tersebut. Mungkin arwah nya penasaran ingin membalas dendam.

Kamis, 28 Maret 2013

Ritual Pesugihan Omyang Jimbe


ilustrasi
Namaku Yogi, sebut saja begitu, umurku 52 tahun. Aku tinggal di sebuah perumahan di Jakarta Selatan bersama isteri dan dua orang putraku. Sampai penghujung tahun 2007, rumah tanggaku tak menemui masalah yang berarti. Kami hidup rukun dengan segala kebutuhan rumah tangga yang selalu bisa aku penuhi. Dua orang putraku pun bisa bersekolah dengan layak, salah satunya sudah duduk dibangku perguruan tinggi dan adiknya masih di bangku SLTP.
Tapi suatu ketika musibah datang beruntun dan langsung membuatku ambruk hingga tenggelam ke dasar lumpur kenistaan. Padahal baru saja dua bulan aku mengambil kredit di sebuah bank swasta nasional yang nilainya 700 juta rupiah. Untuk mendapatkan kredit sebesar itu, aku mengagunkan rumah yang aku tempati bersama isteri dan anak-anakku. Uang sejumlah itu aku gunakan untuk modal usaha karena aku sudah lama mendapatkan klien dari Singapura mengirim hiasan rumah tradisional.
Seperti disambar petir di siang bolong, hari itu aku mendapat kabar bahwa barang yang kupesan dari para pengrajin di Tasikmalaya tidak bisa dikirimkan. Alasan mereka belum mendapatkan bayaran sejak 3 bulan lalu. Para pengrajin itu menuntut pembayaran semua barang yang mereka kirim senilai hampir setengah milyar. Padahal aku sudah membayarkan semua hak mereka tanpa ada yang aku tunda-tunda. Pembayaran itu aku lakukan melalui kasir dan orang kepercayaanku.
Tak hanya itu, masalah lain timbul dari klienku yang di Singapura, dia menuntut aku untuk segera mengirimkan barang pesanannya. Panik bukan kepalang, di satu sisi aku harus membayar uang kepada para pengrajin di Tasikmalaya. Di sisi lain aku dituntut untuk mengirim barang ke Singapura atau kontrak yang telah kubangun akan segera diputuskan. Artinya aku akan kehilangan klien sekaligus harus membayar utang yang segunung jumlahnya.
Yah, tentu saja bukan aku tidak berusaha mencari jalan keluar. Aku sudah melaporkan penggelapan uang, penipuan dan korupsi pada Kepolisian. Tapi apa pun itu, tidak membuat usahaku lancar. Aku kehilangan klien karena ulah karyawanku yang membawa kabur uangku. Aku tak tahu ke mana harus mencarinya lagi. Alamat yang ditinggalkannya ketika melamar pekerjaan 4 tahun lalu ternyata palsu. Aku sudah menelusuri semua jejak yang pernah dia tinggalkan, tapi semua nihil.
Singkat cerita, aku benar-benar terpuruk, usahaku hancur dan rumahku disita bank karena aku tak mampu membayar hutang. Aku ngontrak di sebuah rumah petakan di Cinere. Tapi itu belum bisa membuat hidupku tenang. Karena para pengrajin di Tasikmalaya masih terus memburuku karena aku masih mempunyai hutang pada mereka sejumlah hampir 400 juta rupiah. Nyaris setiap hari aku didatangi orang yang menagih hutang ke rumah kontrakanku. Dan hampir setiap jam telepon genggamku berdering oleh orang-orang yang menagih hutang.
Keterpurukanku itu berlangsung hingga tahun 2009. Sepanjang dua tahun, hidupku benar-benar hancur, untuk mencari makan saja aku harus meminta bantuan ke mana-mana. Anak sulungku terpaksa harus berhenti kuliah karena aku tak sanggup lagi membiayainya. Isteriku setiap hari harus ikut mencari nafkah dengan berjualan gorengan dan makanan kecil di depan kontrakan. Sementara hutangku masih menggunung dan aku hanya mampu menjanjikan pada para pengrajin di Tasik, bahwa suatu hari aku pasti akan melunasi semua hutang-hutangku.
Hari itu temanku Haris memperkenalkan aku pada seorang temannya yang bernama Edi. Menurut Haris, temannya yang bernama Edi itu bisa membantu menyelesaikan masalahku dengan kekuatan gaib. Tertarik dengan hal itu, aku mengajak Haris bertemu dengan Edi di suatu tempat di bilangan Bekasi. Dan hari itu pula aku diajak Edi bertemu dengan seorang spiritualis yang bernama Wisnu. Dari mas Wisnu inilah aku diberitahu bahwa aku bisa menggelar sebuah ritual untuk mendapatkan sejumlah uang dari gaib.
Menurut Wisnu, spiritualis yang berusia sekitar 45 tahun itu, ritual menarik uang gaib ini menggunakan kekuatan keris Omyang Jimbe. Sebuah keris keramat yang umurnya sudah ratusan tahun. Di rumah Mas Wisnu, aku diperlihatkan sebuah keris yang di kepalanya berhias dua orang yang nampak sedang semedi. Itulah yang disebut Mpu Omyang Jimbe pembuat keris pusaka yang kekuatan gaibnya bisa digunakan untuk menarik uang dari alam gaib.
Aku semakin antusias karena menurut Mas Wisnu tak perlu tumbal untuk mendapatkan uang dari alam gaib itu. Meski dengan ritual yang teramat sakral tapi gaib penghuni keris itu tidak meminta tumbal pada pelaku ritual. Gaib itu hanya menuntut agar pelaku ritual itu berlaku jujur. Sebab uang yang bisa ditarik dari alam gaib itu hanya boleh dipergunakan untuk membayar hutang atau pelakunya benar-benar dalam keadaan terdesak. Selain itu jumlah uang yang bisa didapatkan pun terbatas sesuai dengan kebutuhan pelaku itu sendiri.
Yah, dengan bermodalkan keyakinan aku menghadap Mas Wisnu untuk mengadakan perjanjian ritual. Aku diminta untuk menyediakan sejumlah sesajian lengkap untuk menggelar ritual itu. Aku harus menyediakan kembang setaman lengkap dengan kemenyan dan uborampe lainnya. Kemudian aku juga diminta untuk menentukan di mana lokasi ritual itu akan digelar. Menurut Mas Wisnu, lokasi ritual itu boleh ditentukan oleh pelaku sendiri. Bisa digelar di tempat keramat atau di mana saja bahkan juga bisa digelar di rumah pelaku sendiri. Tapi karena rumah kontrakkanku terlalu sempit, maka aku memilih menggelar ritual di sebuah tempat keramat di Bogor, Jawa Barat.
Sesuai dengan kesepakatan dan perhitungan primbon Mas Wisnu, siang itu aku berangkat ke rumahnya di Bekasi, Jawa Barat. Hari itu Kamis malam Jumat, berdasarkan perhitungan Mas Wisnu, hari itu adalah hari baik untukku dan keluargaku. Aku berangkat dari rumah Mas Wisnu sekitar pukul 4 sore menuju sebuah tempat keramat di perbatasan antara Jasinga, Bogor dengan Tangerang Banten. Ritual itu sendiri baru akan digelar menjelang tengah malam.
Sesuai perhitungan, kami baru tiba di keramat itu sekitar pukul 8 malam. Setelah meminta ijin pada juru kunci, kami langsung menuju lokasi keramat untuk mengenali situasinya. Ternyata keramat ini memang nampak menyeramkan. Pohon-pohon besar berdiri tegak bagaikan raksasa yang tengah berkacak pinggang. Di bawah pohon-pohon besar itu berdiri sebuah gubuk kecil yang gelap gulita. Hanya ada sebuah lampu minyak yang kadang redup tertiup angin malam.
Beberapa saat aku ngobrol dalam gubuk itu bersama 5 orang yang ikut dalam ritual itu. Aku sendiri ditemani seorang saudaraku yang ingin ikut menyaksikan ritual itu. Selama kami ngobrol, aku merasakan banyak getaran gaib yang menyelimuti tempat keramat itu. Aku yakin tempat itu pasti dihuni oleh banyak makhluk halus yang tak kasat mata. Dan setelah ngalor ngidul kami ngobrol akhirnya waktu yang telah ditentukan untuk menggelar ritual itu pun tiba.
Pukul 11 malam, Mas Wisnu mulai memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan segala sesajian yang kami bawa. Berbagai uborampe digelar dalam cungkup yang luasnya sekitar 10 meter persegi itu. Kembang setaman digelar di atas sehelai kain putih. Perapian mulai dibakar dan sesaat kemudian api mulai menyala membakar arang dalam bokor tembaga. Beberapa batang hio mulai mengepulkan asap yang baunya khas menusuk hidung. Terakhir Mas Wisnu mencabut sebuah keris yang bernama Omyang Jimbe. Keris itu berdiri tegak di atas sehelai kain putih di depan sesajian.
Ritual itu mulai digelar, aku duduk bersila di belakang Mas Wisnu. Berjejer di samping kiriku adalah saudaraku dan seorang anak buah Mas Wisnu. Lalu di samping kananaku dua orang lain yang diajak Mas Wisnu. Segala syarat perlengkapan untuk memanggil kekuatan gaib keris Omyang Jimbe telah siap digelar. Asap hio dan kemenyan pun telah mengepul sejak beberapa menit lalu. Memanggil segala jenis makhluk halus untuk memberi kekuatan pada ritual itu.
Tepat tengah malam, Mas Wisnu mulai membacakan mantera dan jampi-jampi yang aku tak mengerti. Beberapa bait mantera dan jampe-jampe dari bahasa Jawa kuno meluncur dari mulutnya. Sebelum itu Mas Wisnu juga membacakan beberapa Ayat Suci Al Qur’an, maksudnya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada para peserta ritual. Sebab menurutnya di tempat seperti itu resiko gangguan makhluk halus pasti sangat besar.
Setelah pembacaan mantera itu selesai, lalu Mas Wisnu memerintahkan seorang asistennya yang masih sangat muda untuk duduk di depan sesajian itu. Sesaat kemudian asisstennya yang masih anak muda itu menutupi sebuah kardus dengan kain putih. Kemudian dia pun membacakan beberapa ayat Suci Al Qur’an sambil duduk bersila di depan sesajian dan kardus itu.
Suasana mulai terasa mencekam manakala anak muda itu usai membacakan manteranya. Bulu kuduku terasa lebih merinding dibandingkan beberapa saat lalu. Aku merasa seperti ada makhluk halus yang tengah memperhatikan gerak-gerikku. Mataku mulai melirik ke kiri dan ke kanan memperhatikan seluruh ruangan cungkup itu. Tapi tak ada apapun di sana, hanya kegelapan malam yang kulihat. Sesekali aku mendengar suara burung hantu dan binatang malam yang membuat suasana makin mengerikan. Aku yakin di situ pasti ada makhluk halus yang tengah memperhatikanku. Aku merasakan itu karena hampir seluruh bulu dalam tubuhku berdiri. Dadaku pun berdebar makin keras. Naluriku memastikan ada makhluk lain yang ikut dalam ritual itu.
Sedang diliputi rasa takut itu, tiba-tiba blaaarrrr. Kardus yang ditutup kain putih itu seperti meledak menimbulkan suara gaduh. Jantungku seperti mau copot, aku kaget bukan kepalang hingga posisi duduku berubah sedikit mundur bahkan nyaris lari lantaran kaget dan rasa takut.
“Tenang-tenang. Tidak ada apa-apa. Itu hanya sebuah pertanda bahwa ritual kita direstui gaib dan kita nyaris berhasil,” ujar Mas Wisnu manakala melihat keadaanku yang sangat ketakutan.
“Tetap konsentrasi dan jangan bertindak yang bukan-bukan,” lanjutnya.
Sesaat kemudian Mas Wisnu mengambil alih ritual dari anak muda itu. Kembali Mas Wisnu membacakan beberapa bait mantera sambil menaburkan kemenyan ke atas bokor yang arangnya masih terlihat membara merah. Tak seorang pun yang berani membuka mulut, suasana makin hening mencekam.
“Nah, ritual ini telah selesai. Mari kita lihat apa yang ada dalam kardus itu,” tiba-tiba Mas Wisnu bersuara sambil menunjuk kardus yang tertutup kain putih.
“Silahkan buka kardus itu, Mas Yogi,” tuturnya sambil menatap ke arahku. “Atau kalau sampeyan takut, biar aku saja yang membukanya,” lanjutnya melihat aku yang nampak ragu dan ketakutan.
“Silahkan, mas saja yang membukanya,” jawabku singkat.
Perlahan Mas Wisnu mulai menyingkap kain putih yang menutupi kardus itu. Dadaku masih berdebar, benakku terus bertanya-tanya apa yang ada dalam kardus kosong itu. Sesekali aku bisa melihat raut wajah Mas Wisnu yang nampak was-was. Entah apa yang ada dalam benak lelaki itu. Tapi sedetik kemudian, raut wajah Mas Wisnu nampak berubah. Ada rasa sumringah tatkala dia mulai membuka tutup kardus itu.
“Alhamdulillah, ternyata ritual kita dikabulkan. Silahkan lihat apa isi kardus ini,” tutur Mas Wisnu dengan senyum penuh kebahagiaan.
Dan betapa terkejutnya aku manakala melihat apa yang ada dalam kardus itu. Setumpuk uang pecahan seratus ribuan memenuhi kardus itu. Dengan penuh kebahagiaan dan rasa tak percaya, aku mengambil segepok uang itu. Setelah kuperhatikan, ternyata benar itu adalah uang yang selama ini aku dambakan untuk melunasi hutang-hutangku.
“Ingat Mas Yogi, pertama kali yang sampeyan lakukan dengan uang ini adalah membayar hutang. Jika hutangmu sudah lunas semua, maka sisanya boleh digunakan untuk apapun,” jelas Mas Wisnu mengingatkanku.
Yah, singkat cerita, kami pulang dengan membawa hasil yang kami harapkan. Dengan uang itu aku membayar seluruh hutangku pada para pengrajin di Tasikmalaya. Aku juga melunasi hutang-hutang kecilku pada teman-teman dan tetangga yang telah membantuku. Anehnya uang itu memang hanya cukup untuk membayar hutang. Hanya tersisa tak lebih dari 2 juta saja dari sisa pembayaran hutang-hutangku itu. Tapi syukur, aku bisa melunasi hutang-hutangku meski kini aku harus mulai kembali usahaku dari nol.

Makhluk Penghuni Danau dan Anak Kecil Yang Malang


Entahlah apa yang ada dibenak ku. Setiap kali aku menatap jalan setapak itu seolah-olah ada kekuatan yang masuk dan mengendalikan pikiranku untuk mengajakku melaluinya. Jalan setapak itu cukup jauh dan gelap. Disisi kanan dan kirinya hanya ada pohon-pohon besar yang jika ada desiran angin, membuat gesekan antara daun-daunnya terdengar seperti suara orang yang sedang merintih. Bulu kuduk ku pun sampai merinding.
Jalan setapak itu adalah jalan yang menuju ke sebuah danau kecil yang tidak jauh dari tempat tinggal kami. Biasanya pada waktu sore hari banyak warga sini yang suka memancing atau sekedar bersantai bersama keluarganya dipinggiran danau itu. Namun sejak kejadian tahun lalu, kini danau tersebut nyaris tidak pernah dikunjungi oleh warga sini lagi. Seorang anak laki-laki hilang tanpa jejak disana ketika sedang berenang bersama teman-temannya. Hingga sekarang masih menjadi misteri bagi kami yang tinggal didaerah sini. Dan konon menurut cerita orang-orang, setiap malam hari mereka mendengar suara tangisan anak kecil dari arah danau. Tapi tak seorang pun pernah menemukan wujudnya.
Karena hari semakin gelap dan ditambah dengan cuaca yang terlihat mendung, jadi kuputuskan saja untuk mempercepat langkah kaki ku. Sepatu kets ku terdengar berdebam-debam diatas tanah yang bercampur kerikil-kerikil tajam. Mungkin kalian pikir bahwa aku takut. Ya, benar sekali. Siapa sih yang tidak takut dengan cerita seperti itu? Mana suasana disini sudah mulai tampak sepi lagi.
Belum sampai sepuluh langkah, tiba-tiba Aku mendengar sesuatu. Aku memelankan langkah ku dan memasang telinga lebar-lebar. Mendadak bulu kuduk ku berdiri lagi ketika hembusan angin menyapuku dari arah belakang.
Ah, mungkin cuma suara angin saja. Aku bergumam didalam hati. Tapi ternyata Aku salah.
Suara itu semakin jelas terdengar dari arah belakangku. Suara tangisan. Tangisan yang sangat menyayat hati. Kecil tapi terdengar jelas di telinga ku. Perasaan ku bercampur aduk antara takut dan penasaran. Akhirnya Aku putuskan untuk berhenti dan menoleh kebelakang.
Benar saja! Seorang anak kecil laki-laki sedang berdiri membelakangiku. Kira-kira ada sepuluh langkah dari tempatku berdiri sekarang. Aku teringat dengan cerita orang-orang sini. Entah ada kekuatan apa yang sedang merasuki ku yang membuatku mendekati anak tersebut.
“Dik!” Aku menepuk punggung anak laki-laki tersebut. “Kau tidak apa-apa?” lanjutku menanyakannya.
Dia tidak menjawab. Aku tidak bertanya kenapa dia menangis. “Ayolah, anak laki-laki itu harus jadi jagoan dan mana boleh menangis.” Baru saja Aku ingin memegang pundaknya dengan kedua tanganku tapi anak itu sudah berbalik duluan.
“Tolong Aku, Kak!” Pinta anak laki-laki itu sambil menarik bajuku. Tubuhku pun sontak tertarik kedepan. Kemudian dia melingkarkan tangannya memeluk ku. Dia menangis tersegan-segan.
Jantungku berdegup kencang. Dalam hati aku bertanya-tanya ada apa ini. Kenapa anak ini menangis dan meminta tolong kepada ku? Aku mencoba untuk menenangkan diri. Kemudian aku melepaskan kedua tangannya yang kecil yang sedang memeluk ku.
“A… ada apa, dik??” Tanyaku terbata-bata. Aku merendahkan tubuhku dan memegang kedua tangannya. Anak kecil ini tampak lucu sekali. Rambutnya pendek dan ikal. Mirip waktu ku kecil. Dia memakai T-Shirt berwarna putih polos. Tampak serasi dengan celanya yang pendek berwarna hitam. Tubuhnya gemuk. Mungkin usianya kurang lebih tujuh tahun.
Air matanya terus mengalir deras. Aku jadi kasihan kepadanya. “Kenapa kamu sendirian disini?” Lanjutku. “Dan orang tuamu kemana?”
“Ayo, tunjukkan kepada kakak dimana tempat tinggalmu.” Aku berdiri dan mengajaknya untuk menunjukkan dimana dia tinggal.
“Tolong bawa aku pergi dari sini Kak, sebelum dia datang!” Anak itu memelas sambil menarik-narik tanganku.
“Di… dia siapa??” Tanyaku terbata-bata. Aku penasaran bercampuk aduk dengan rasa takut dan gugup. Pikirku, pasti ini ada yang tidak beres. “Di… dia siapa?? Apa ada orang yang menganggumu??” Lanjutku kemudian.
“LEPASKAN ANAK ITU, MANUSIA!!” Sontak suara itu mengejutkan ku. Suaranya terdengar sangat berat dan lantang dari samping kiri kami yang mengarah ke jalan setapak. Belum sempat aku menoleh, badanku sudah didorong dan terpental ke tanah yang banyak kerikilnya. Posisi jatuhnya pun sangat tidak enak. Aku jatuh dengan posisi tengkurap.
Rasa sakitnya menjalar keseluruh tubuh. Aku memejamkan mata ku selama beberapa detik. Menunggu rasa sakitnya hilang. Kemudian dengan susah payah aku perlahan-lahan berdiri.
Aku membalikkan badanku lagi. Tapi belum sempat Aku berkata-kata, mata ku terbelalak dan mulutku terngangah melihat sosok seram yang sedang berhadapan denganku sekarang. Hari sudah sangat gelap ditambah dengan hembusan angin yang kencang. Membuatku tidak dapat berkata apa-apa. Jantungku terpompa sangat cepat, dan perutku terasa seperti diaduk-aduk. Namun untungnya Aku masih bisa berpikir sehat. Dalam hati aku terus membaca do’a.
Badannya tinggi besar. Tubuhnya kekar dipenuhi dengan bulu-bulu hitam. Dia terus memelotot menatapku dengan mata yang bersinar terang seperti mata kucing dimalam hari. Makhluk itu seperti menghipnotisku. Tubuhku gemetar hebat dan terpaku.
Makhluk itu mencoba mencengkeram tubuhku dengan kuku-kukunya yang panjang. Akhirnya dengan do’a dan lindungan dari Yang Maha Kuasa aku dapat juga menggerakkan tubuhku. Aku masih sepenuhnya sadar. Kulihat anak kecil tadi sudah tidak ada lagi. Lenyap begitu saja seperti ditelan bumi. Tanpa pikir panjang, aku bergegas dari tempat itu dan berlari sekencang-kencangnya. Untunglah Makhluk menyeramkan itu tidak sampai mengejarku. Mungkin dia juga berpikir dua kali karena Aku dibentengi oleh ayat-ayat suci.
Sesampainya didepan rumah, aku mengedor pintu sekuat-kuatnya. Ibu ku membukakan pintu dan kaget dengan keadaanku yang kacau balau.
“Ada apa nak. Kenapa kau terlihat seperti ketakutan sekali? Dan kenapa bajumu sampai kotor begini??” Tanya ibu keheran-heranan. Aku tidak dapat menjawab apa-apa, karena masih syok dengan apa yang baru saja Aku alami. Kemudian Ibu menyodorkan ku segelas air.
Aku membaringkan badanku di atas ranjang. Rasa sakitnya masih menggerogoti tubuhku. Sambil menyilangkan kedua tangan dibawah kepala ku, Aku mengingat kembali kejadian yang baru saja ku alami tadi. Diluar kamar nampak terdengar suara rintik hujan diiringi suara petir yang bersahut-sahutan. Mungkinkah anak tadi adalah anak laki-laki yang hilang di danau itu?? Tanyaku dalam hati. Dan Makhluk tadi pasti ada kaitannya dengan hilangnya anak laki-laki tersebut. Air mata ku mengalir. Mungkin karena iba dengan nasib anak tersebut. Tak dapat kubayangkan dia tinggal di danau yang gelap pekat tiap malam bersama Makhluk yang sangat menyeramkan. Aku melirik ke arah jam dinding yang tepat berada diseberangku. Jarumnya sudah hampir menunjuk ke arah angka dua belas.
Esok harinya, Aku baru menceritakan semua kejadian yang Aku alami kemarin kepada Ayah dan Ibu ku. Ayah dan Ibu seolah tidak percaya dengan apa yang didengar oleh mereka. Meskipun begitu, mereka tetap memperingatkan ku untuk tidak melewati jalan itu lagi setelah pulang kuliah. Meskipun jalan tersebut adalah jalan pintas menuju rumah kami.
Aku pun tidak pernah lagi melewati jalan tersebut meskipun pada siang hari.
Hari ini pulang kuliah lebih cepat. Cuaca pun sangat bagus sore ini. Langit tampak cerah dan berwarna kemerah-merahan menandakan matahari sudah melayang rendah. Aku melewati jalan lain yang lebih jauh dari jalan pintas itu. Lagi asik-asik bersiul tiba-tiba saja ada anak kecil berlari memotong jalanku dari belakang. Rambutnya ikal, memakai T-Shirt warna putih dan celana pendek berwarna hitam. Sepertinya Aku pernah melihat anak laki-laki ini sebelumnya??

" MENGAPA LIDAH KELU DISAAT AJAL MENJEMPUT ?? " ☪══════════════­═­­­­­­══════════════­═­­­­­­════☪


Mengapa kebanyakan orang yang hampir ajal tidak dapat berkata apa-apa.
Lidahnya kelu, keras dan hanya mimik mukanya yang menahan kesakitan 'sakaratul maut' ...

Diriwayatkan sebuah hadist.

“Hendaklah kamu mendiamkan diri ketika adzan. Jika tidak Allah akan kelukan lidahnya ketika maut menghampirinya”

Ini jelas menunjukkan bahwa kita disarankan agar mendiamkan diri.
Jangan berkata apa-apa pun sewaktu adzan berkumandang.
Sebagai orang beragama Islam kita wajib menghormati adzan.

JIKA LAGU KEBANGSAAN NEGARA BERKUMANDANG, K­ITA DIAJARKAN AGAR BERDIRI TEGAK DAN DIAMKAN DIRI.
Lantas Mengapa ketika adzan kita tidak bisa mendiamkan diri ?

“Barang siapa yang berkata-kata ketika adzan, Allah akan kelukan lidahnya ketika sakaratul maut”

Na'udzubillahim­­ indzalik.

Kita takut dengan kelunya lidah kita saat ajal hampir tiba, maka kita tidak dapat mengucap kalimat “Lailahaillalla­h”

Yang mana siapapun yang dapat mengucapkan kalimat itu ketika nyawanya akan dicabut, Allah degan izin-Nya menjanjikan syurga untuk kita.

Karena itu, mari kita sama-sama menghormati adzan dan mohon kepada Allah supaya lidah ini tidak kelu sewaktu nyawa kita hendak dicabut.

Ya Allah ...
Anugerahkanlah kematian kami dengan kematian yang baik lagi mulia.
Lancarkan lidah kami mengucapkan kalimah “Lailahaillalla­h” sewaktu sakaratul maut menghampiri kami.

Aamiin ... Aamiin ... Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin.

" 11 GOLONGAN AHLI NERAKA " ☪═══════════════­­­­­­════☪


Firman Allah SWT dalam surah al-Naba ayat 18:
"Yaitu hari (yang pada waktuitu) ditiup sangkakala lalu
kamu datang berkelompok-kelompok."

Adalah diriwayatkan bahwa ayat yang tersebut diatas
pernah ditanyakan olehSaidina Muaz bin Jabal,
katanya, "Ya Rasulullah, apa maksudnya ayat ini?" Maka Rasulullah SAW menangis sebelum menjawab pertanyaan tersebut karena inilah yang
selalu dibimbangkan oleh baginda.

Lalu baginda menjawab:

"Ya Muaz, umatku kelak apabila bangkit dari kubur
akan menjadi 12 golongan.
Sebanyak 11 golongan akan memasuki neraka dan hanya 1
golongan sahaja yang akan memasuki syurga. Adapun 11
golongan yang memasuki neraka adalah seperti berikut:

1.Mereka yang tidak mempunyai kaki dan tangan.
Ini adalah kerana mereka suka menyakiti hati jiran tetangga.

2.Mereka yang menyerupai babi.
Ini adalah balasan bagi orang yang suka meninggalkan solat lima waktu.

3.Mereka yang perutnya besar seperti gunung dan dipenuhi dengan ular dan kala.
Inilah balasan bagi mereka yang enggan mengeluarkan zakat.

4.Mereka yang keluar darah dari mulutnya.
Inilah balasan mereka yang berdusta.

5.Mereka yang berbau busuk seluruh badannya.
Ini adalah balasan mereka yang mengaut keuntungan dalam jual beli atas penipuan.

6.Mereka yang dicincang-cincang pada tengkuk dan bahu.
Ini adalah balasan mereka yang menyaksikan maksiat atau perbuatan jahat namun diam saja.

7.Mereka yang keluar dengan tidak berlidah dan keluar nanah dan darah dari mulut.
Ini balasan mereka yang tidak mau mengatakan kebenaran.

8.Mereka yang keluar dalam keadaan terbalik iaitu kepala
dibawah dan kakinya keatas.
Ini adalah balasan mereka yang berzina serta mati sebelum bertaubat.

9.Mereka yang berwajah hitam, bermata biru dan
perutnya penuh api.
Ini balasan mereka yang memakan harta anak yatim secara zalim.

10.Mereka yang kulitnya penuh kudis dan penyakit2 lain yang menjijikan.
Ini adalah balasan mereka yang berani melawan kedua ibu
bapanya.

11.Meraka yang buta matanya dan hatinya, giginya seperti
tanduk, bibirnya berjuntai hingga keperut, dari perut dan
pehanya keluar kotoran.
Ini adalah balasan mereka minum minuman keras.

Dan satu golongan yang masuk ke syurga ialah:

12.Mereka yang wajahnya bagaikan bulan purnama,
berjalan di atas titian Mustaqim pantas seperti kilat.
Ini balasan orang yang beramal salih dan menjauhi maksiat serta mendirikan
solat lima waktu dan mati dalam keadaan bertaubat."

" 7 KEAJAIBAN DUNIA (NEW!) " ☪════════­═­­­­­­­­═­═­­­­­­­═­­­­­­­­═­═­­­­­­­══­══ ☪


Seorang guru memberikan tugas kepada siswa-siswanya untuk menuliskan 7 keajaiban dunia. Tepat sebelum kelas usai, siang itu semua siswa di minta untuk mengumpulkan tugas mereka masing-masing.

Seorang gadis kecil yang paling pendiam di kelas itu mengumpulkan tugasnya paling akhir dengan ragu-ragu. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan hal itu.

Malamnya sang guru memeriksa tugas siswa-siswanya.­Sebagian besar siswa menulis seperti ini:

7 Keajaiban Dunia:
1. Ka'bah
2. Candi Borobudur
3. Tembok Besar Cina
4. Menara Pisa
5. Menara Eiffil
6. Taj mahal
7. Piramida

Lembar demi lembar memuat hal yang hampir sama. Beberapa perbedaan hanya terdapat pada urutan penulisan daftar 7 keajaiban tersebut. Tapi guru itu terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir.

Saat memeriksa lembar yang paling akhir itu, sang guru terdiam. Lembar terakhir milik gadis kecil pendiam.
Isinya seperti ini:

7 Keajaiban Dunia:
1. Bisa Melihat
2. Bisa Mendengar
3. Bisa Berbicara
4. Bisa Menyentuh
5. Bisa Berjalan
6. Bisa Tertawa
7. Bisa Merasakan

Setelah duduk diam beberapa saat, sang guru menutup lembaran tugas siswa-siswanya.­Kemudian menundukkan kepalanya sambil berdo'a. Mengucap syukur untuk gadis kecil pendiam di kelasnya yang telah mengajarkan sebuah pelajaran berharga, yaitu:

''Tidak perlu mencari sampai ke ujung bumi untuk menemukan keajaiban. Karena keajaiban itu ada di sekeliling kita''

-=|[ PENDETA MASUK ISLAM SETELAH BERHASIL MEMURTADKAN 1000 ORANG ISLAM ]|=-



  1. [Mohon Di Baca]
    Jonathan Arnold lahir dikota Malang, Jawa Timur, anak seorang anggota militer AD. Sebagai seorang kristiani yang ditokohkan, ayah Arnold termasuk yang sangat tidak bersahabat dengan umat Islam. Arnold masih ingat betapa hebat orang tuanya menanamkan kebencian-keben­cian dalam hatinya terhadap Islam. Menurut penuturan ibunya, hal itu bermula dari tingkah laku oknum-oknum orang Islam yang banyak membuat sakit hati ayahnya*.

    (*IM comment : seandainya orang muslim berbuat baik pada non-muslim, maka akan semakin mudah untuk berdakwah pada mereka. Karena jika mereka sudah benci pada orang Islam, maka semakin sulit untuk mengajak mereka masuk Islam, seperti yang dicontohkan Rosulullah saw dalam berdakwah)

    Arnold dibabtis di gereja GPI Malang. Ia begitu lancar menyampaikan nas-nas suci bible, sehingga ia disekolahkan di universitas leiden belanda untuk menjadi pendeta. Setelah lulus Arnold diangkat menjadi pendeta dan ditugasi untuk kristenisasi umat Islam. Sebelum operasi benar-benar mulai, Arnold meneliti kehidupan orang muslim. Ternyata, ada tiga kelemahan. Pertama, banyak orang Islam yang ikut-ikutan, Islamnya hanya Islam ktp dan tidak paham tentang Islam. Kedua, sering terjadi perpecahan antar umat Islam. Ketiga, banyak umat Islam yg serakah, tamak, dan bakhil tidak mau menolong fakir miskin dan yatim piatu.

    Arnold menyebut misi kristenisasi dengan sebutan ‘Operasi Simpati”, yaitu agar memperoleh simpati orang-orang Islam dengan jalan menolong fakir miskin. Dana yang diperoleh cukup besar karena bersumber dari belanda, amerika dan Australia. Yang kesulitan biaya untuk sekolah diberi beasiswa, yang sakit diberi obat-obatan, yang susah dihibur, yang lapar diberi makan, yang lemah ekonomi diberi modal, bahkan yang keluarganya mati pun ditolong dengan biaya dan pelaksanaan pemakaman.

    Hasilnya sangat mengagumkan, dalam waktu singkat ia dapat memurtadkan hampir 1000 orang. Belum puas dengan hasil ini, Arnold pun membuat formula baru, yaitu mengembangkan pergaulan bebas muda-mudi ala barat. Arnold memperkenalkan VALENTINE DAY, pakaian serta kesenian barat, kebudayaan hingga olahraga yang mencuri waktu sholat hingga banyak anak-anak tidak sholat dan mengaji.

    Kemudian Arnold menikahi gadis berkerudung putih dengan berpura-pura telah masuk Islam dengan surat palsu. (salah satu cara kristenisasi). Karena berbeda akidah, maka sering terjadi pertengkaran. Setiap kali Arnold marah, istrinya tak pernah melawan, yang dilakukannya yaitu langsung sholat danmembaca Al-Qur'an. Dari sinilah timbul keinginan Arnold untuk mengetahui kandungan Al-Qur'an.

    Pada suatu malam, terjadi sesuatu yang aneh. Al-Qur'an ia buka. Tubuh Arnold seolah gemetar. Ketika ia buka persis pada halaman surat Ar-Rahman. Arnold terpana pada keindahan bahasa Al-Qur'an yang diulang-ulang walau kalimatnya sederhana, “Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?” Lembar demi lembar ia buka. Sampailah pada QS Maryam. Didalam surat itu, Maryam, ibunda Yesus, dikisahkan lebih terhormat, suci, luhur, dan mulia daripada kisah Maryam dalam Al Kitab.

    Begitu juga dengan sifat Tuhan dalam Al-Qur'an. Tuhan itu Esa. Ini berarti tidak boleh ada alternative lain selain ALLAH SWT. Berbeda dengan alkitab yang menyatakan Tuhan itu tiga yang amat tidak logis, apalagi doktrin tuhan trinitas tersebut baru ada 325 tahun setelah Yesus diangkat ke langit. Al-Qur'an mengisahkan ALLAH itu kekal, yang membedakan antara makhluk dan Tuhan, tetapi dalam Al Kitab dikisahkan tuhan telah mati disalib dan Tuhan dikisahkan kalah berkelahi dengan Yakub. Masih banyak lagi hal-hal logis yang tidak dijumpai Arnold dalam Al Kitab yang membuat imannya mulai goyang.

    Arnold mulai membeli buku-buku Islam dan belajar perbandingan agama. Arnold bertekad mencari kebenaran. Ia tidak ingin membohongi hati nurani. Banyak sekali kebenaran hakiki yang ia jumpai dalam Al-Qur'an. Semakin lama semakin tampak kejanggalan-kej­anggalan alkitab. Dalam Al Kitab banyak sekali pertentangan antara ayat yang satu dan ayat yang lain. Banyak juga berkisah tentang pornografi dan mensifati Tuhan dengan sifat yang mustahil. Belum lagi Al Kitab tidak ditulis dalam bahasa Yesus. Pada akhirnya Arnold keluar dari gereja dan masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat sahadat dibimbing istrinya. Sejak itu Arnold diusir dari rumah oleh orang tua dan meninggalkan rumah dinas gereja. Untungnya Arnold sekeluarga dibantu orang-orang Islam, kemudian ia berdakwah keliling Indonesia dan diundang raja Fadh Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. (Kisah Para Mualaf merengkuh Hidayah, 2010)

    Subhanallah...
    ALLAH selali mengetahui apa yang hamba-Nya alami...
    Tetap Ikhtiar & tawakkal

10 LANGKAH SEORANG ISTERI MENUJU SURGA ALLAH



1. Seorang Isteri harus menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa laki-laki adalah pemimpin kaum wanita
2. Seorang Isteri harus menyadari bahwa hak (kedudukan) suami satu tingkat lebih tinggi dari isteri.
3. Seorang Isteri harus taat kepada suami selama bukan kemaksiatan.
4. Seorang Isteri tidak boleh keluar rumah dengan alasan apapun tanpa izin suami..
5. Seorang Isteri wajib memenuhi keinginan suami dalam nafkah batin (kecuali dengan suatu alasan yang kuat terpaksa menolaknya)
6. Seorang Isteri harus mendahulukan kepentingan suami dibanding apapun. Termasuk kepentingan orang tua.
7. Seorang Isteri harus menjaga kehormatan dirinya jika suami tidak ada.
8. Seorang Isteri harus menjaga harta juga kehormatan suami baik saat ada ataupun sedang tidak di rumah.
9. Seorang Isteri harus senantiasa mempercantik dirinya di depan suami.
10. Seorang Isteri berusaha menyenangkan hati suami dengan raut wajah yang tampak berseri.
Wahai saudariku, kami mengingatkan sebuah pesan dari nabi kita, Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam tentang hijab

Jangan menyesal kelak di hari Kiamat, bila anda tidak mau membaca dan mentaati nasehat ini...

1. azab buat perempuan yang membuka rambut kepalanya selain suaminya adalah: Rambutnya akan digantung dengan api neraka sehingga mendidih otaknya dan ini terjadi sampai berapa lama ia di dunia semasa hidupnya belum menutup rambut kepalanya.

2. perempuan yang suka berpakaian seksi dan menonjolkan dadanya adalah: "Digantung dengan rantai api neraka di mana dada dan pusatnya diikat dengan api neraka serta betis dan pahanya diberikan panggangan seperti manusia memanggang kambing di dunia dan api neraka ini sangat memedihkan perempuan ini."

3. azab buat perempuan yang suka menjadi penggoda dan berusaha menggairahkan pria lain dengan tubuhnya yang aduhai adalah "perempuan ini mukanya akan menghitam dan memakan isi perutnya sendiri."

(Hadits diriwayatkan imam Bukhari dan Musli?m)

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahriim: 8)

==Pembuat Batu Nisan==



Posted By : @rezkibagues

 Batu nisan merupakan batu penanda yang diletakkan sebagai penanda di pusara orang yang telah meninggal dunia. Cerita ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang bekerja sebagai seorang pembuat batu nisan kubur. ikuti kisah di bawah ini. Aku mau berbagi pengalaman kakek ku yang terkena gangguan gara-gara batu nisan lama. kakek ku seorang pembuat batu nisan di daerah rumbai,pada suatu hari Jum’at sekitar pukul lapan malam. Sebuah motor berhenti di hadapan rumah kakek ku. seorang laki-laki berumur sekitar 30- an tahun datang bersama isterinya dengan menaiki sebuah motor. Kakek ku bertanya, “Ada apa datang malam- malam begini?” Lelaki itu meminta pertolongan daripada kakek ku. Katanya, “Abang boleh tolong saya baiki nisan ini?” Kakek pun melihat dua batu nisan yang dibungkus dengan kain putih . kakek terkejut, usang betul bentuk dan rupanya sehinggakan tulisan Jawi
pada batu nisan itu susah dibaca. kakek pun bertanya kepada lelaki itu, “Siapa punya nisan ini?” Dengan tegas lelaki itu menjawab, nisan itu milik ibunya yang bernama dot dot dot binte dot dot dot. Kakek mengatakan bahawa batu nisan itu terlalu usang. Daripada membaikinya lebih baik menempah yang baru saja. “Saya tak mau nisan baru bang, saya mau nisan ini jugak…” kata lelaki itu. Kerana kasihan dengan lelaki tersebut, kakek ingin membaikinya, dan lelaki itu dan isterinya ingin pulang segera ke dumai, Untuk menyelesaikan urusan kerja, dan dia meninggalkan nombor teleponnya. Ketika lelaki tersebut pulang, kakek mengambil batu nisan yang dimiliki oleh ibu lelaki tadi dan mengelapnya dengan kain . Sesudah mengesat segala kotoran dan lumut yang ada, tulisan Jawi itu sudah sudah bisa dibaca. Memang nama pemiliknya itu dot dot dot binte dot dot dot. Meninggal pada 20 maret 1992. Sedang kakek melihat rekahan- rekahan yang ada pada batu nisan tersebut, ia merasakan sedih melihat batu nisan yang sumbang-sumbing. Setahu beliau tidak pernah dia menerima permintaan seperti ini sejak menjadi pembuat batu nisan sejak sepuluh tahun lalu. Sadar tak sadar, jam sudah menunjukkan jam 12 malam. Terus Kakek tinggalkan batu nisan itu di luar rumah dan terus masuk tidur.
Ketika kakek ingin memejamkan mata, tiba-tiba ada bau harum dan menusuk hidung. Kata kakek baunya seperti bau bunga cempaka… Tidak lama kemudian… KKKKRRRRRAAAASSSSSSSS!!!
DUMMMMM!!! Bunyi kaki diseret dan selepas itu kedengaran bunyi berdentum. Kakek saya mau bangun, ingin melihat apakah ada pencuri. Sedang ingin bangun, tiba-tiba kedua-
dua belah bahu kakek ku seperti ditimpa benda berat. Badan tak bisa bangun. kakekseperti terpaku di atas ranjang. Dia membuka mata perlahan- lahan dan nampak cahaya terang- benderang. Di hadapan kakek ada bayang-byang hitam yang amat besar.kakek membuka mata lagi, terlihat seorang wanita yang tinggi sedang melayang dan di tangan kiri wanita itu memegang batu nisan. Wanita berbaju hitam sobek-sobek itu menatap tepat ke muka kakek. Dia memberitahu ku,wanita itu berambut panjang dan menutup hampir separuh mukanya. Kakek menatap ke muka wanita itu dan tidak jelas kerana mukanya ditutup oleh rambutnya, dan ketika itulah bau busuk menyelubungi kamar, bau busuknya teramat sangat busuk. wanita itu semakin dekat dengan kakek dan mengangkat tangannya yang memegang batu nisan seperti ingin memukul kepala kakek. Hampir saja batu nisan itu menghampirinya, kakek berbisik di dalam hati, “Habislah kepala aku akan hancur berkecai…”dia memejamkan mata dan berdoa, dan Alhamdulillah,wanita tersebut hilang. Setelah itu, seketika kakek teringatkan pada batu nisan yang dibawa oleh pasangan suami isteri tadi. Adakah “dot dot dot binte dot dot dot” wanita yang menjelma di dalam kamar tadi dan mungkin ‘dia’ marah kakek kerana mencoba membaikinya? Setelah azan Subuh berkumandang, kakek menelepon pasangan suami isteri yang datang untuk membaiki nisan buruk itu tadi. Kakek meminta lelaki tersebut datang untuk mengambil Kembali nisan itu. Lelaki itu berkata, “Eh kenapa bang?” Kakek tidak sanggup untuk memberitahu lelaki tersebut tentang apa yang dialaminya, “Maaf saya tidak bisa memperbaiki nisan ini…” Lelaki itu menjawab, “Lah… Abang sajalah yang bisa tolong saya, saya kirim batu nisan ni kepada semua pembuat nisan tetapi
semua mengirim balik.” kakek menolak juga permintaan lelaki itu… kakek memberitahu ku, mungkin gangguan itulah juga yang menyebabkan orang lain enggan membaiki batu nisan tersebut.

==Mayat nenek bangkit==



Posted By : @rezkibagues

dengan secangkir teh manis saya menikmati dingin nya cuaca dimalam hari sambil melihat ayah saya yang sedang sibuk dengan radio antik nya, saya jadi teringat akan cerita ayah saya dan saudara-saudara nya serta ibu saya. ayah saya seorang keturunan suku dayak asli yang mungkin sudah banyak di ketahui orang, sedangkan ibu saya keturunan china asli yang biasa-biasa saja.
tapi yang saya ceritakan disini bukan ayah maupun ibu saya, melainkan nenek saya sendiri (ibu nya ayah saya).
nenek saya ini adalah keturunan asli dari suku dayak pedalaman, yang bisa
kalian ketahui sendiri kebanyakan suku dayak pedalaman mempunyai berbagai macam ilmu tapi bukan di gunakan untuk kejahatan.
dulu sewaktu ayah saya masih kecil sekitar berumur 7tahun, nenek saya ini lagi sakti-sakti nya.
dia dapat menyembuhkan penyakit apapun dan dapat membuat pasangan suami istri yang awal nya sudah bercerai menjadi berkumpul kembali.
walau mempunyai banyak ilmu tapi dia tidak pernah menggunakan ilmu itu untuk kejahatan, bahkan pernah ada teman nenek saya yang kalah dengan lawan bisnis nya dan meminta nenek saya menguna-gunai lawan bisnis nya.
namun nenek saya menolak mentah- mentah sambil mengancam “kalau kamu ingin bantuan ku untuk niat baik dan cara yang baik aku bantu, tapi untuk kejahatan tidak!! apalagi dalam hal mengguna-gunai,apa kamu mau terkena karma?!”
teman nenek saya pun tidak berani berkata apa-apa lagi dan mengurungkan niat nya. namun ilmu tetap lah ilmu, setelah nenek saya mencapai umur 80 tahun nenek saya seperti orang mati yang tidak mati, seperti hidup juga tidak hidup.
anak-anak nya sangat menyayangi nenek saya, mereka menangis setiap hari karna tidak tega melihat ibu mereka sendiri tersiksa seperti itu.
salah satu saudara ayah saya sempat mencoba untuk membunuh nenek saya/ibu nya sendiri karna tidak tahan
untuk melihat nenek saya tersiksa, namun ayah beserta saudara-saudara nya yang lain berhasil mengagalkan niat buruk nya itu.
hingga suatu ketika nenek saya sempat berbicara kepada ayah saya dengan suara seperti orang yang terbata-bata. “tam, bilangin sama saudara-saudara mu, sebentar lagi ibu
mau nyusul ayah mu”(kakek saya meninggal karna penyakit diabetes)
seketika itu juga air mata ayah saya mengucur deras.
setelah ayah saya memberitahukan amanat ibu/nenek saya itu kepada saudara-saudara nya yang lain, tepat jam 12.00 malam setelah anak-anak nenek saya berkumpul, nenek menghembuskan nafas terakhir. disini inti dari cerita nya.
1. sewaktu mayat nenek saya di mandikan badan nya menjadi kaku tidak bisa di gerak kan, dan tiba-tiba mata nya terbuka serta seperti berdehem
2. sewaktu mau di masukan peti, tiba- tiba 2 tangan nenek saya bergerak dan mencengkram sisi dari peti tersebut seakan-akan tidak mau masuk (untung pas kejadian dari memandikan sampai yang satu ini ayah dan saudara ayah saja yang melakukan sendiri)
3. dalam adat ayah saya dulu mayat sebelum tiga hari di diam kan tidak boleh di makamkan kecuali setelah melalui tiga hari kematian (sekarang masih atau tidak saya tidak tau). saat peti mau ditutup tiba-tiba peti tersebut bergoncang hebat sekali hingga membuat ayah dan saudara-saudara nya terkejut hebat. mungkin karna nenek saya mempunyai berbagai ilmu sehingga tidak di terima langit dan bumi, saat malam terakhir mayat di diam kan karna besok mau di makam kan. pada awal nya terdengar seperti suara tangan memukul-mukul pintu, namun sumber dari suara tersebut di dalam peti dan Brakkk..!! peti yang sudah tertutup tadi hancur.
serentak itu juga ayah dan saudara- saudara nya terkejut sangat hebat. tamu yang pada awal sudah berdatangan untuk menghadiri malam sebelum pemakaman nenek pun, serentak berteriak dan berlari pulang.
bagaimana tidak berteriak dan berlari ketakutan, dengan setengah badan seperti terbakar serta mata menyala seperti bola lampu, nenek saya bangun dari peti nya.
ayah dan saudara-saudara nya yang saat itu panik memberanikan diri untuk menangkap mayat nenek saya dan memasukan nya kembali kedalam
peti, namun ternyata mayat nenek saya itu lebih kuat dari mereka. “ambil jarum emas yang di tas ku, bawa kesini” terdengar suara saudara tertua dari ayah saya.
setelah jarum emas tersebut sudah di tangan saudara tertua ayah saya, saudara yang lain pun menggenggam kaki dan tangan mayat nenek saya.
jarum yang awal nya di tangan saudara tertua ayah saya, tiba-tiba dia menusuk kan jarum tersebut ke jempol kaki mayat nenek saya dan mayat nenek saya tersebut langsung terkulai lemas seperti mayat pada mesti nya. kata kakak nya ayah saya sih, mayat nenek saya itu jadi bangun lagi gara- gara jin pengikut nenek saya ga rela di tinggal sama nenek.
terus dia masuk ke dalam mayat nenek saya dan mencoba mengganggu keluarga nenek saya, lagian kata kakak nya ayah saya ilmu nenek belum di turun kan makanya jin tersebut berontak dan tidak rela di tinggalkan nenek. sekian dulu, malam jumat malah inget cerita ini

Rabu, 27 Maret 2013

-=|[ HANTU NENEK-NENEK PENUH DARAH ]|=-



Post By @rezkibagues
Sore itu panggil saja pak Badu (bukan nama sebenarnya) pulang dari sawah, kira-kira sekitar jam 18.30 atau sore menjelang azan magrib. pak Badu dengan tergesa-gesa melewati jalanan kampung menuju rumahnya. Nah, pada saat pak Badu melewati *TPU* (*Tempat Pemakaman Umum*), dia mendengar suara nenek-nenek yang memanggil namanya. "Woihhhhh, tulaong akau. Akau nuk balek mininlah...!!! (Hei, tolong aku. Aku mau pulang sekarang juga...!!!)" kata nenek itu ke pak Badu. pak Badu pun menoleh dan mencari dimana sumber suara tersebut.

Setelah diteliti, pak Badu akhirnya melihat suara nenek-nenek berasal dari sebuah kuburan yang kebetulan ada nenek itu di atasnya. Dia langsung menghampiri nenek hantu itu. "Apo kayao munao siniek...??? maoh akau nganta kayao balek, umuh kayao manao...??? (Kenapa nenek ada disini...??? Ayo aku antar pulang, rumah nenek dimana...???). Setelah menawarkan pertolongan ke nenek hantu itu, pak Badu merasa bulu kuduknya merinding.

Pak Badu yang polos itu menghampiri nenek itu, tapi alangkah terkejutnya pak Badu setelah mengetahui bahwa nenek hantu itu memiliki wajah yang penuh darah, sampai2 matanya tidak kelihatan sama sekali. Dan akhirnya pak Badu lari tunggang langgang.

Kejadian aneh ini tak hanya dialami oleh pak Badu. Sepasang muda mudi yang sedang memadu kasih juga tak luput dari gangguan nenek hantu ini. Kejadian ini dialami saat kegiatan Persami. Kebetulan bumi perkemahan kecamatan terletak beberapa meter dari pekuburan. Sekitar jam 10.45 muda mudi sebut saja Dio dan Lia (bukan nama sebenarnya) memadu kasih tepat di dekat dinding pembatas antara pekuburan dengan jalan desa. Entah apa yang dilakukan Dio dan Lia ini sehingga mereka diganggu.

Saat mereka ngobrol, si Lia ini melihat ada sosok seperti nenek-nenek duduk pas di sebelah Dio. Dio tak melihat, tapi dio mencium bau amis... Beberapa menit kemudian, karena Lia penasaran dengan sosok aneh itu, dengan lantang Lia menghampiri nenek hantu. Alangkah terkejutnya Lia setelah mengetahui bahwa wajah nenek hantu itu berlubang2 dan darah yang menetes di bajunya. Dio dan Lia pun lari terbirit-birit.­..

Rabu, 20 Maret 2013

Mustika Ular Pemberian Datu Amin Kelaru (Oleh:Goenawan WE)


mustika ular
Suku Dayak Benuag dan Tunjung meyakini betapa mereka berasal dari leluhur yang dikenal dengan sebutan Tamerikukng — karena keturunannya melakukan suatu kesalahan, akhirnya, mereka pun berubah ujud dan tersebar di beberapa tempat di seantero Pulau Borneo. Dan mereka inilah yang sering disebut sebagai “Roh” atau makhluk halus yang memiliki tugas serta fungsi masing-masing dan mukim di seluruh alam, seperti di langit, bumi, air dan sebagainya.
Walau hidup di alam yang tak kasat mata, namun, mereka memiliki kebutuhan yang sebagian besar sama dengan yang dibutuhkan manusia pada umumnya. Dalam kepercayaan lama inilah, sejatinya, hubungan dua alam yang bersanding dan hanya terpisahkan oleh kabut misteri terjalin dengan erat — dan keadaan itu hanya terasakan oleh manusia yang masih alami, atau manusia yang masih memanusiakan manusia dan masih menghargai alam semesta. Dan tak dapat dipungkiri, pengejawantahan dari sikap menghargai itulah yang dapat membuka tabir dimensi misteri tersebut yang oleh sebagian besar masyarakat Dayak diyakini sebagai Dunia Ilmu Magis.
Masyarakat Dayak meyakini, wujud ketaatan dan kesetiaan mereka terhadap “roh” akan mendapatkan berkah dan imbalan dalam berbagai bentuk. Sebaliknya, ketidaktaatan akan membawa mereka ke jurang kehancuran. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk bisa berkomunikasi dengan “roh-roh” tersebut lewat cara-cara yang seringkali tidak bisa diterima dengan akal sehat.
Menurut pakar kebudayaan Tanah Borneo, Dalmasius Madrah T, pada dasarnya, ilmu magis dibagi menjadi dua bagian; Yakni; Ilmu Magis Panas; ilmu yang dipakai atau dapat mencelakakan orang yang disukai. Contoh dari ilmu ini adalah rasutn dan bongkaaq eqaau yang sangat mematikan. Sedang yang tidak membahayakan namun digolongkan dalam ilmu magis panas adalah ilmu kebal. Sementara, Ilmu Magis Dingin; ilmu yang berfungsi untuk mengantisipasi, menangkal, dan mengobati ilmu magis yang dipasang atau dikirim oleh pihak lawan. Bahkan, bisa juga digunakan untuk pengobatan penyakit madis.
Seperti biasa, bagi seseorang yang berniat mendapatkan ilmu tersebut di atas, maka, ia harus mencari sumber (guru-pen) yang tepat atau yang sesuai dengan keinginannya. Yang paling menarik adalah, walau berbagai kajian ilmiah telah dilakukan dan banyak bukti nyata di dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, tetapi, konsep magis yang memang sulit untuk diterima dengan akal sehat itu tetap saja tak bisa terungkap dengan sejelas-jelasnya.
Selain dari mencari sumber (guru-pen), ada pula yang ingin mendapatkan ilmu magis dengan cara “betapa” (bertapa-pen) sebagaimana yang dilakukan oleh leluhur Bung Dani-i-Dani yang mendapatkan warisan berupa batu berbentuk mirip telur yang terlilit oleh seekor ular. Dan sampai sekarang mereka meyakini, inilah yang disebut sebagai mustika ular.
Bermula, ketika itu, daerah Tumbang Samba terserang oleh wabah penyakit yang mematikan. Tak ada yang mereka bisa lakukan di desa yang demikian terpencil itu kecuali hanya berharap dan berdoa — keadaan inilah yang membuat kakek Bung Dani bertekad untuk betapa (bertapa-pen) di Sungai Kahayan untuk mendapatkan pencerahan guna mengatasi penyakit yang kian hari kian merajalela itu.
Pada saatnya, sang kakek pun berendam di Sungai Kahayan. Waktu terus berlalu hingga suatu hari, ia ia ditemui oleh penguasa Sungai Kahayan yang mengaku bernama Datu Amin Kelaru. Dan dari pertemuan dua makhluk yang berbeda alam itulah, ia pun mendapatkan sebuah batu mirip telur yang dililit oleh seekor ular. Singkat kata, dengan daya magis batu tersebut, akhirnya, sang kakek pun berhasil menyembuhkan masyarakat di desanya yang terkena penyakit aneh tersebut.
Meski mustika ular itu didapat dengan jalan betapa (bertapa-pen), tetapi, benda yang oleh suku dayak diyakini memiliki kekuatan atau kesaktian itu pada waktu-waktu tertentu biasa meminta imbalan berupa makanan dan minuman sebagaimana yang kita kenal dengan sebutan sesaji.
Sudah barang tentu, silang pendapat akan hal tersebut di atas selalu terjadi di tengah-tengah masyarakat. Namun, masyarakat suku Dayak melakukan hal tersebut sebagai (meminjam istilah Khanjeng Joko-pen) “tali asih” antara sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut kadang berkebalikan. Seharusnya manusia yang diciptakan lebih sempurna ketimbang makhluk lain diptaanNya itu memberi “sesaji” sebagai sedekah bagi mahkluk yang lebi rendah — bukan sebaliknya.
Setelah sang kakek meninggalkan dunia nan fana ini, akhirnya, mustika ular tersebut diwariskan kepada cucunya, Bung Dani-i-Dani. Pemuda inilah yang akhirnya menjadi penerus sang kakek dalam memberikan pelayanan pengobatan baik medis maupun non medis di daerahnya. Tumbang Samba.
Sampai sekarang, tiap malam Jumat, Bung Dani-i-Dani selalu memberikan sesaji berupa bunga 3 atau 7 macam — dan salah satu di antaranya harus bunga melati, serta kopi manis dan kopi pahit masing-masing segelas, sementara, mustika ular itu diletakan di sebuah piring yang sebelumnya telah ditaburi dengan segenggam beras.
Kini, ditangan Dani-i-Dani, mustika ular yang berdaya gaib tinggi itu berhasil dioptimalkan untuk  berbagai hal. Selain pengobatan, mustika ular ini berhasil juga mendongkrak nilai guna dalam hal ekonomi. Di antaranya, penglarisan dagang, memperlancar usaha dan keperluan pagar gaib yang dikenal dengan sebutan kamaat (penjaga gaib yang setia). Yang terakhir ini memang dapat diperoleh dengan cara nemaai (diperoleh dengan pembayaran dan tata cara tertentu). Singkat kata, untuk membeli kamaat bukanlah suatu pekerjaan yang mudah — karena diperlukan kesungguhan, selain harus berhasil meyakinkan si pemilik kamaat agar mau berbagi. Pada dasarnya, kamaat bukan barang dagangan, hanya saja, bagi yang serius ingin mendapatkannya harus mau berbagi.
Demikian sekelumit legenda, tetapi nyata, dan sampai tulisan ini diturunkan masih bisa ditemui di Desa Tumbang Samba.

Gara-Gara Terjerat Hutang Anak Sendiri Ditumbalkan


ilustrasi: tumbal anak
Sesungguhnya, kemiskinan yang menimpa hidup manusia adalah bagian dari cobaan dan ujian. Karena itu kita tidak perlu merasa sedih dan putus asa. Yang terpenting adalah menghadapinya dengan penuh kesabaran dan tetap berikhtiar atau berusaha melalui jalan yang diridhoi Tuhan.
Ingatlah, tak ada makhluk di dunia ini yang tidak dijamin rejekinya oleh Allah. Lagi pula Allah juga tidak akan membebani manusia dengan kesuliatan hidup yang melebihi kemampuannya. Berusaha dengan sungguh-sungguh disertai dengan doa yang khusuk kepada Allah niscaya akan diberikan jalan kelapangan dan kemudahan.
Mungkin itulah yang seharusnya dilakukan oleh Sugiyanto saat dibelit kesulitan ekonomi yang memberatkan hidupnya. Tapi sayang, akalnya yang pendek, ditambah dengan keimanannya yang lemah, membuat dia nekad menemui seorang dukun sesat. Nah, dari sinilah kisah menyedihkan, sekaligus mengerikan dijalani oleh Sugiyanto.
Bagaimanakah kisah selengkapnya? Kepada Misteri Sugiyanto menceritakan pengalamannya yang terjadi beberapa tahun silam itu…
Pengalaman yang sangat mencekam dan seumur-umur tidak akan pernah bisa dia lupakan ini sunggu tak ingin diulanginya lagi. Bila mengingatnya, Sugiyanto jadi merinding dan ngeri bukan main. Rasa penyelasan begitu berat menyelimuti hatinya. Ucapan istigfar tak henti-hentinya terucap dari bibirnya yang kering.
Ya, masih terbayang dalam ingatannya adegan sadis dan menyeramkan yang terpampang di hadapan matanya itu. Dengan mata kepala sendiri dia menyaksikan perempuan tua itu memotong-motong tubuh bayi yang masih merah, lalu dengan rakus memakan dagingnya. Dimulai dari kaki, tangan, sampai jantung si bayi yang hanya sebesar buah sawo.
Begitu lahapnya dukun tua itu menyantap tiap bagian tubuhnya, sehingga tak ubahnya seperti sedang menikmati daging ayam goreng. Apakah perempuan tua itu seorang kanibal?
Sugiyanto pernah mendengar tentang kasus mutilasi yang terjadi di tengah masyarakat. Tapi baru kali ini dia melihatnya secara langsung. Bahkan rasanya ini lebih sadis dan tak berperikemanusiaan. Bayangkan, daging bayi dijadikan santapan lezat.
Huak! Sugiyanto sampai tak kuat melihatnya dan ingin muntah. Tapi dia mencoba untuk menahan diri dan tetap diam. Dia hanya bisa menelan rasa jijik itu.
Tiba-tiba, sebuah perasaan bersalah dan berdosa menghujami dadanya. Dia sadar, apa yang telah diperbuatnya ini telah melanggar hukum negara. Lebih dari itu, mengingkari norma agama yang dianutnya.
Tapi apa boleh buat. Sebuah tuntutan, atau lebih tepatnya keterdesakan membuat dia tak punya pilihan lain. Hutangnya yang menumpuk dan telah jatuh tempo harus segera dia lunasi. Bahkan, salah seorang rentenir lewat debt kolektornya mengancam akan menghabisi nyawanya bila dia tak segera melunasi hutangnya.
Dalam keadaan bingung, kacau, putus asa, dan tertekan, Sugiyanto kemudian lari kepada seorang dukun sakti yang konon bisa membantu kesulitannya.
Ssebelumnya, dia memperoleh informasi dari salah seorang kenalannya bahwa di tengah hutan Sonoloyo yang terkenal angker dan wingit, tinggal seorang perempuan tua sakti bernama Nyi Saketi. Konon, siapa saja yang bertemu dengannya dan meminta bantuannya maka bakal dikabulkan. Dengan catatan, mau menjalankan segala apa yang diperintahkannya.
Setelah menempuh perjalanan yang sangat berat dan melelahkan, akhirnya Sugiyanto berhasil bertemu Nyai Saketi. Perempuan tua itu tinggal sendirian di sebuah gubuk reot di tengah hutan.
Begitu sampai di hadapannya Sugiyanto langsung mengutarakan maksud kedatangannya. Nyai Saketi mengangguk-angguk. Dia lalu mengemukakan sebuah syarat kepada Sugiyanto untuk membawakan bayi merah yang masih hidup atau baru saja mati. Bayi itu nantinya akan dijadikan tumbal untuk memenuhi permintaan Sugiyanto.
Sebenarnya, sangat berat bagi Sugiyanto memenuhi perimintaan itu. Tapi karena tak ada pilihan lain akhirnya dia menyanggupi. Dia lalu kembali ke kota dan berusaha mencari bayi seperti yang diminta Nyai Saketi.
Agar memudahkan usahanya, Sugyanto hilir mudik di sekitar rumah sakit bersalin. Sempat ada niat untuk menculik bayi yang baru dilahirkan biar lebih cepat, tapi dia mengurungkan niatnya. Dia takut ketahuan dan dipenjara. Lagi pula kasihan orang tua si bayi.
Secara kebetulan di sebuah klinik bersalin ada seorang ibu melahirkan bayinya dan mati. Dengan pura-pura sebagai kerabatnya, Sugiyanto mengambil bayi yang telah meninggal itu. Dia membungkus bayi itu dengan kain dan memasukkannya dalam tas. Pikirnya, orang tua sang bayi tak akan begitu kehilangan sebab bayinya sudah meninggal. Lagi pula, Nyai Saketi sendiri tak keberatan menerima bayi yang sudah meninggal.
Saat itu Sugiyanto merasa tidak bersalah. Dia kembali ke gubuk Nyai Saketi dan menyerahkan mayat bayi yang baru berusia beberapa jam itu. Tadinya Sugiyanto berpikir, mayat bayi itu hanya akan dijadikan sesaji dan kemudian dikubur. Tapi apa yang terjadi kemudian sungguh membuat Sugiyanto terkejut, tertegun, sekaligus ngeri. Bayangkan, tanpa banyak kata Nyai Saketi memotong-motong tubuh bayi yang masih merah itu dan memakan tiap potongnya seperti layaknya memakan ayam goreng.
Perut Sugiyanto jadi mual dan eneg. Tapi dia  hanya bisa terdiam dan tak berusaha mencegah perbuatan Nyai Saketi. Tampak mulut Nyai Saketi berselemotkan darah.
Mungkin karena sudah kekenyangan, Nyai Saketi tidak memakan semua tubuh sang bayi. Dia hanya memakan tangan, kaki, dan jantungnya. Selebihnya dia meminta Sugiyanto untuk mengubur jasad sang bayi.
Dengan tangan gemetar dan perasaan bercampur aduk tak karuan, Sugiyanto mengubur tubuh mungil itu. Dia masih belum mengerti, apa maksud dari tindakan Nyai Saketi dengan memakan mayat bayi.
Ya, Sugiyanto hanya bisa memendam perasaan tidak mengerti itu dalam hatinya. Dia mencoba tak memusingkan hal itu. Yang lebih penting adalah realisasi dari janji Nyai Saketi yang akan membantu kesulitan hidupnya.
“Lalu, bagaimana dengan permintaan saya, Nyai?” tanya Sugiyanto memberanikan diri.
“Pulanglah! Apa yang kamu inginkan sudah terpenuhi. Hutang-hutangmu bakal lunas dan kamu akan mendapatkan kekayaan!” jawab Nyai Saketi.
Sugiyanto sempat bingung dan tak mengerti. Tapi akhirnya dia pulang juga ke rumah. Dan ketika sampai di rumah, dia sangat terkejut mendengar kabar menggembirakan dari sang isteri.
“Syukur kepada Tuhan, Mas! Aku sudah dapat hadiah seratus juta rupiah dari undian sabun! Wah, hutang-hutang kita bakal bisa dilunasi semua. Kita tak jadi gembel jalanan,” seru Haryati, girang bukan main.
Sugiyanto jadi tersenyum senang. Dia yakin, rejeki nomplok yang diterima keluarganya ini, merupakan buah dari kesaktian Nyai Saketi. Dukun sakti itu benar-benar ampuh. Belum lama dia memberikan tumbal mayat bayi, permintaannya langsung terkabul.
Tapi Sugiyanto tak ingin menceritakan tentang Nyai Saketi kepada isterinya. Biar ini menjadi rahasia pribadinya. Yang penting isteri dan anak-anaknya hidup bahagia.
Selanjutnya hidup Sugiyanto seperti ketiban pulung. Rejeki mengalir terus tak henti. Ada saja keberuntungan yang didapat olehnya. Mulai dari dapat pekerjaan dengan posisi mapan, nembus undian, dikasih objekan basah dari teman, sampai dapat komisi jutaan rupiah.
Pokoknya hidup Sugiyanto berubah seratus delapan puluh derajat. Kini dia dan keluarga tidak lagi tinggal di rumah kontrakan yang sempit dan kumuh, tapi sudah punya rumah sendiri yang besar dan mewah.
Dia bisa membeli perabotan luks, ponsel, mobil, dan barang-barang serba mewah lainnya. Pendeknya, kesejahteraan keluarganya terjamin.
Kebahagiaan yang dirasakan Sugiyanto menjadi bertambah ketika isterinya hamil lagi. Berarti dirinya akan memiliki anak ke-3. Tak ada perasaan risau dan khawatir kelak anaknya akan hidup sengsara, karena kekayaannya bisa untuk menghidupi tujuh turunan.
Dengan penuh perhatian dan kasih sayang Sugiyanto menjaga isteri yang sedang hamil. Hingga akhirnya tiba masa persalinan. Sugiyanto menunggui proses kelahiran itu. Namun betapa terkejut dan terpukul batinnya saat anak yang ditunggu telah lahir, wujudnya sungguh sangat memprihatinkan dan mengerikan. Selain tidak memiliki kedua tangan dan kaki, jantung bayi juga mengalami kelainan. Tak terbayangkan betapa shock, sedih, dan terpukul Sugiyanto mendapati anaknya yang cacat itu.
Tiba-tiba Sugiyanto teringat dengan Nyai Saketi. Jangan-jangan apa yang terjadi ini buah dari perbuatan Nyai Saketi dulu yang pernah memakan mayat bayi. Sesungguhnya, tumbal yang dimaksud Nyai Saketi tak lain adalah anaknya sendiri.
Tidak terima dengan kenyataan ini, Sugiyanto segera ke hutan Sonoloyo untuk mencari Nyai Saketi. Selain ingin meminta bantuan memulihkan keadaan bayinya, Sugiyanto juga berharap Nyai Saketi menarik syarat tumbalnya.
Tapi, sesampainya di tengah hutan Sonoloyo, Sugiyanto tak mendapati gubuk milik Nyai Saketi. Wanita tua itu seperti lenyap ditelan bumi. Ketika Sugiyanto bertanya kepada penduduk sekitar daerah itu, mereka tidak ada yang tahu dan kenal dengan Nyai Saketi.
Dalam keadaan sedih, putus asa, dan kecewa, tiba-tiba Sugiyanto bertemu dengan seorang laki-laki tua berambut putih dan berpakaian sederhana. Orang tua itu sepertinya bisa membaca kesusahan hati Sugiyanto.
“Ketahuilah, Nak. Sesungguhnya Nyai Saketi yang pernah kamu temui itu bukanlah manusia. Dia adalah penjelmaan setan. Dia tak pernah berusaha untuk membantu kesulitanmu, melainkan justru ingin menghancurkan dan menjerumuskan hidupmu. Mumpung belum terlambat, kembalilah kepada Allah dan bertobat nashuha. Gantungkan sepenuh hidupmu kepada Allah. Niscaya kamu dan keluargamu akan selamat dunia maupun akherat!”
Setelah memberikan wejangan orang tua yang arif dan bijaksana itu kemudian pergi. Seperti mendapat kesadaran baru, Sugiyanto tiba-tiba menangis tergugu. Dia menyadari bahwa semua yang terjadi ini adalah buah dari kesalahannya sendiri.
Sugiyanto segera bersujud dan memohon ampun kepada Allah. Dia berjanji tidak akan mengulangi perbuatan sesatnya lagi. Dia akan berusaha menghapus dosa-dosanya dengan banyak melakukan amal kebajikan.
Meski terasa pedih dan berat, Sugiyanto berusaha menerima kenyataan pahit ini. Dia akan tetap merawat dan memelihara anaknya yang cacat. Karena bagaimanapun anak itu adalah amanah dari Allah.
Sugiyanto lalu mengajak keluarganya untuk lebih menekuni sholat dan ibadah yang disyariatkan agama. Dia tidak peduli kekayaannya akan habis guna mengobati dan merawat anaknya yang cacat. Baginya, harta duniawi sudah tidak ada artinya lagi, karena semua itu tak akan dibawa bila dirinya mati.
Setelah berjalan dua tahun, anaknya yang cacat itu dipanggil Yang Maha Kuasa. Meski terasa sedih dan berat, namun Sugiyanto mengikhlaskannya. Mungkin itu lebih baik daripada anaknya harus menderita bila tumbuh dewasa.
Dia sendiri tidak menyesal bila hidup keluarganya kembali jatuh miskin seperti dulu. Dia menerima dengan penuh keridhoan. Dia justru merasa bahagia dan tenang dengan keadaannya yang sekarang. Karena dalam keadaan hidup yang pas-pasan, dia bisa lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
Sugiyanto kini berubah menjadi orang yang rajin dan tekun beribadah. Bila kemudian dia berkenan menceritakan pengalamannya ini kepada Misteri, semata untuk peringatan dan pelajaran agar kita semua tidak mengikuti jalan sesat yang pernah ditempuhnya dahulu.

Ritual Pesugihan Omyang Jimbe


ilustrasi
Namaku Yogi, sebut saja begitu, umurku 52 tahun. Aku tinggal di sebuah perumahan di Jakarta Selatan bersama isteri dan dua orang putraku. Sampai penghujung tahun 2007, rumah tanggaku tak menemui masalah yang berarti. Kami hidup rukun dengan segala kebutuhan rumah tangga yang selalu bisa aku penuhi. Dua orang putraku pun bisa bersekolah dengan layak, salah satunya sudah duduk dibangku perguruan tinggi dan adiknya masih di bangku SLTP.
Tapi suatu ketika musibah datang beruntun dan langsung membuatku ambruk hingga tenggelam ke dasar lumpur kenistaan. Padahal baru saja dua bulan aku mengambil kredit di sebuah bank swasta nasional yang nilainya 700 juta rupiah. Untuk mendapatkan kredit sebesar itu, aku mengagunkan rumah yang aku tempati bersama isteri dan anak-anakku. Uang sejumlah itu aku gunakan untuk modal usaha karena aku sudah lama mendapatkan klien dari Singapura mengirim hiasan rumah tradisional.
Seperti disambar petir di siang bolong, hari itu aku mendapat kabar bahwa barang yang kupesan dari para pengrajin di Tasikmalaya tidak bisa dikirimkan. Alasan mereka belum mendapatkan bayaran sejak 3 bulan lalu. Para pengrajin itu menuntut pembayaran semua barang yang mereka kirim senilai hampir setengah milyar. Padahal aku sudah membayarkan semua hak mereka tanpa ada yang aku tunda-tunda. Pembayaran itu aku lakukan melalui kasir dan orang kepercayaanku.
Tak hanya itu, masalah lain timbul dari klienku yang di Singapura, dia menuntut aku untuk segera mengirimkan barang pesanannya. Panik bukan kepalang, di satu sisi aku harus membayar uang kepada para pengrajin di Tasikmalaya. Di sisi lain aku dituntut untuk mengirim barang ke Singapura atau kontrak yang telah kubangun akan segera diputuskan. Artinya aku akan kehilangan klien sekaligus harus membayar utang yang segunung jumlahnya.
Yah, tentu saja bukan aku tidak berusaha mencari jalan keluar. Aku sudah melaporkan penggelapan uang, penipuan dan korupsi pada Kepolisian. Tapi apa pun itu, tidak membuat usahaku lancar. Aku kehilangan klien karena ulah karyawanku yang membawa kabur uangku. Aku tak tahu ke mana harus mencarinya lagi. Alamat yang ditinggalkannya ketika melamar pekerjaan 4 tahun lalu ternyata palsu. Aku sudah menelusuri semua jejak yang pernah dia tinggalkan, tapi semua nihil.
Singkat cerita, aku benar-benar terpuruk, usahaku hancur dan rumahku disita bank karena aku tak mampu membayar hutang. Aku ngontrak di sebuah rumah petakan di Cinere. Tapi itu belum bisa membuat hidupku tenang. Karena para pengrajin di Tasikmalaya masih terus memburuku karena aku masih mempunyai hutang pada mereka sejumlah hampir 400 juta rupiah. Nyaris setiap hari aku didatangi orang yang menagih hutang ke rumah kontrakanku. Dan hampir setiap jam telepon genggamku berdering oleh orang-orang yang menagih hutang.
Keterpurukanku itu berlangsung hingga tahun 2009. Sepanjang dua tahun, hidupku benar-benar hancur, untuk mencari makan saja aku harus meminta bantuan ke mana-mana. Anak sulungku terpaksa harus berhenti kuliah karena aku tak sanggup lagi membiayainya. Isteriku setiap hari harus ikut mencari nafkah dengan berjualan gorengan dan makanan kecil di depan kontrakan. Sementara hutangku masih menggunung dan aku hanya mampu menjanjikan pada para pengrajin di Tasik, bahwa suatu hari aku pasti akan melunasi semua hutang-hutangku.
Hari itu temanku Haris memperkenalkan aku pada seorang temannya yang bernama Edi. Menurut Haris, temannya yang bernama Edi itu bisa membantu menyelesaikan masalahku dengan kekuatan gaib. Tertarik dengan hal itu, aku mengajak Haris bertemu dengan Edi di suatu tempat di bilangan Bekasi. Dan hari itu pula aku diajak Edi bertemu dengan seorang spiritualis yang bernama Wisnu. Dari mas Wisnu inilah aku diberitahu bahwa aku bisa menggelar sebuah ritual untuk mendapatkan sejumlah uang dari gaib.
Menurut Wisnu, spiritualis yang berusia sekitar 45 tahun itu, ritual menarik uang gaib ini menggunakan kekuatan keris Omyang Jimbe. Sebuah keris keramat yang umurnya sudah ratusan tahun. Di rumah Mas Wisnu, aku diperlihatkan sebuah keris yang di kepalanya berhias dua orang yang nampak sedang semedi. Itulah yang disebut Mpu Omyang Jimbe pembuat keris pusaka yang kekuatan gaibnya bisa digunakan untuk menarik uang dari alam gaib.
Aku semakin antusias karena menurut Mas Wisnu tak perlu tumbal untuk mendapatkan uang dari alam gaib itu. Meski dengan ritual yang teramat sakral tapi gaib penghuni keris itu tidak meminta tumbal pada pelaku ritual. Gaib itu hanya menuntut agar pelaku ritual itu berlaku jujur. Sebab uang yang bisa ditarik dari alam gaib itu hanya boleh dipergunakan untuk membayar hutang atau pelakunya benar-benar dalam keadaan terdesak. Selain itu jumlah uang yang bisa didapatkan pun terbatas sesuai dengan kebutuhan pelaku itu sendiri.
Yah, dengan bermodalkan keyakinan aku menghadap Mas Wisnu untuk mengadakan perjanjian ritual. Aku diminta untuk menyediakan sejumlah sesajian lengkap untuk menggelar ritual itu. Aku harus menyediakan kembang setaman lengkap dengan kemenyan dan uborampe lainnya. Kemudian aku juga diminta untuk menentukan di mana lokasi ritual itu akan digelar. Menurut Mas Wisnu, lokasi ritual itu boleh ditentukan oleh pelaku sendiri. Bisa digelar di tempat keramat atau di mana saja bahkan juga bisa digelar di rumah pelaku sendiri. Tapi karena rumah kontrakkanku terlalu sempit, maka aku memilih menggelar ritual di sebuah tempat keramat di Bogor, Jawa Barat.
Sesuai dengan kesepakatan dan perhitungan primbon Mas Wisnu, siang itu aku berangkat ke rumahnya di Bekasi, Jawa Barat. Hari itu Kamis malam Jumat, berdasarkan perhitungan Mas Wisnu, hari itu adalah hari baik untukku dan keluargaku. Aku berangkat dari rumah Mas Wisnu sekitar pukul 4 sore menuju sebuah tempat keramat di perbatasan antara Jasinga, Bogor dengan Tangerang Banten. Ritual itu sendiri baru akan digelar menjelang tengah malam.
Sesuai perhitungan, kami baru tiba di keramat itu sekitar pukul 8 malam. Setelah meminta ijin pada juru kunci, kami langsung menuju lokasi keramat untuk mengenali situasinya. Ternyata keramat ini memang nampak menyeramkan. Pohon-pohon besar berdiri tegak bagaikan raksasa yang tengah berkacak pinggang. Di bawah pohon-pohon besar itu berdiri sebuah gubuk kecil yang gelap gulita. Hanya ada sebuah lampu minyak yang kadang redup tertiup angin malam.
Beberapa saat aku ngobrol dalam gubuk itu bersama 5 orang yang ikut dalam ritual itu. Aku sendiri ditemani seorang saudaraku yang ingin ikut menyaksikan ritual itu. Selama kami ngobrol, aku merasakan banyak getaran gaib yang menyelimuti tempat keramat itu. Aku yakin tempat itu pasti dihuni oleh banyak makhluk halus yang tak kasat mata. Dan setelah ngalor ngidul kami ngobrol akhirnya waktu yang telah ditentukan untuk menggelar ritual itu pun tiba.
Pukul 11 malam, Mas Wisnu mulai memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan segala sesajian yang kami bawa. Berbagai uborampe digelar dalam cungkup yang luasnya sekitar 10 meter persegi itu. Kembang setaman digelar di atas sehelai kain putih. Perapian mulai dibakar dan sesaat kemudian api mulai menyala membakar arang dalam bokor tembaga. Beberapa batang hio mulai mengepulkan asap yang baunya khas menusuk hidung. Terakhir Mas Wisnu mencabut sebuah keris yang bernama Omyang Jimbe. Keris itu berdiri tegak di atas sehelai kain putih di depan sesajian.
Ritual itu mulai digelar, aku duduk bersila di belakang Mas Wisnu. Berjejer di samping kiriku adalah saudaraku dan seorang anak buah Mas Wisnu. Lalu di samping kananaku dua orang lain yang diajak Mas Wisnu. Segala syarat perlengkapan untuk memanggil kekuatan gaib keris Omyang Jimbe telah siap digelar. Asap hio dan kemenyan pun telah mengepul sejak beberapa menit lalu. Memanggil segala jenis makhluk halus untuk memberi kekuatan pada ritual itu.
Tepat tengah malam, Mas Wisnu mulai membacakan mantera dan jampi-jampi yang aku tak mengerti. Beberapa bait mantera dan jampe-jampe dari bahasa Jawa kuno meluncur dari mulutnya. Sebelum itu Mas Wisnu juga membacakan beberapa Ayat Suci Al Qur’an, maksudnya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada para peserta ritual. Sebab menurutnya di tempat seperti itu resiko gangguan makhluk halus pasti sangat besar.
Setelah pembacaan mantera itu selesai, lalu Mas Wisnu memerintahkan seorang asistennya yang masih sangat muda untuk duduk di depan sesajian itu. Sesaat kemudian asisstennya yang masih anak muda itu menutupi sebuah kardus dengan kain putih. Kemudian dia pun membacakan beberapa ayat Suci Al Qur’an sambil duduk bersila di depan sesajian dan kardus itu.
Suasana mulai terasa mencekam manakala anak muda itu usai membacakan manteranya. Bulu kuduku terasa lebih merinding dibandingkan beberapa saat lalu. Aku merasa seperti ada makhluk halus yang tengah memperhatikan gerak-gerikku. Mataku mulai melirik ke kiri dan ke kanan memperhatikan seluruh ruangan cungkup itu. Tapi tak ada apapun di sana, hanya kegelapan malam yang kulihat. Sesekali aku mendengar suara burung hantu dan binatang malam yang membuat suasana makin mengerikan. Aku yakin di situ pasti ada makhluk halus yang tengah memperhatikanku. Aku merasakan itu karena hampir seluruh bulu dalam tubuhku berdiri. Dadaku pun berdebar makin keras. Naluriku memastikan ada makhluk lain yang ikut dalam ritual itu.
Sedang diliputi rasa takut itu, tiba-tiba blaaarrrr. Kardus yang ditutup kain putih itu seperti meledak menimbulkan suara gaduh. Jantungku seperti mau copot, aku kaget bukan kepalang hingga posisi duduku berubah sedikit mundur bahkan nyaris lari lantaran kaget dan rasa takut.
“Tenang-tenang. Tidak ada apa-apa. Itu hanya sebuah pertanda bahwa ritual kita direstui gaib dan kita nyaris berhasil,” ujar Mas Wisnu manakala melihat keadaanku yang sangat ketakutan.
“Tetap konsentrasi dan jangan bertindak yang bukan-bukan,” lanjutnya.
Sesaat kemudian Mas Wisnu mengambil alih ritual dari anak muda itu. Kembali Mas Wisnu membacakan beberapa bait mantera sambil menaburkan kemenyan ke atas bokor yang arangnya masih terlihat membara merah. Tak seorang pun yang berani membuka mulut, suasana makin hening mencekam.
“Nah, ritual ini telah selesai. Mari kita lihat apa yang ada dalam kardus itu,” tiba-tiba Mas Wisnu bersuara sambil menunjuk kardus yang tertutup kain putih.
“Silahkan buka kardus itu, Mas Yogi,” tuturnya sambil menatap ke arahku. “Atau kalau sampeyan takut, biar aku saja yang membukanya,” lanjutnya melihat aku yang nampak ragu dan ketakutan.
“Silahkan, mas saja yang membukanya,” jawabku singkat.
Perlahan Mas Wisnu mulai menyingkap kain putih yang menutupi kardus itu. Dadaku masih berdebar, benakku terus bertanya-tanya apa yang ada dalam kardus kosong itu. Sesekali aku bisa melihat raut wajah Mas Wisnu yang nampak was-was. Entah apa yang ada dalam benak lelaki itu. Tapi sedetik kemudian, raut wajah Mas Wisnu nampak berubah. Ada rasa sumringah tatkala dia mulai membuka tutup kardus itu.
“Alhamdulillah, ternyata ritual kita dikabulkan. Silahkan lihat apa isi kardus ini,” tutur Mas Wisnu dengan senyum penuh kebahagiaan.
Dan betapa terkejutnya aku manakala melihat apa yang ada dalam kardus itu. Setumpuk uang pecahan seratus ribuan memenuhi kardus itu. Dengan penuh kebahagiaan dan rasa tak percaya, aku mengambil segepok uang itu. Setelah kuperhatikan, ternyata benar itu adalah uang yang selama ini aku dambakan untuk melunasi hutang-hutangku.
“Ingat Mas Yogi, pertama kali yang sampeyan lakukan dengan uang ini adalah membayar hutang. Jika hutangmu sudah lunas semua, maka sisanya boleh digunakan untuk apapun,” jelas Mas Wisnu mengingatkanku.
Yah, singkat cerita, kami pulang dengan membawa hasil yang kami harapkan. Dengan uang itu aku membayar seluruh hutangku pada para pengrajin di Tasikmalaya. Aku juga melunasi hutang-hutang kecilku pada teman-teman dan tetangga yang telah membantuku. Anehnya uang itu memang hanya cukup untuk membayar hutang. Hanya tersisa tak lebih dari 2 juta saja dari sisa pembayaran hutang-hutangku itu. Tapi syukur, aku bisa melunasi hutang-hutangku meski kini aku harus mulai kembali usahaku dari nol.

SANTET BANYUWANGI



Bicara Banyuwangi, tentu yang teringat adalah kasus ’santet” beberapa tahun silam. Memang wilayah yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini akrab dengan sebutan kota Santet. Bagi warga Banyuwangi, santet adalah hal yang tidak lagi menakutkan. Seringnya terjadi kematian seseorang yang diluar kewajaran, justsru semakin mengakrabkan mereka dengan “santet”.
Mengapa santet masih tetap eksis di Banyuwangi ?
Ini pengalaman pribadi saya ketika pertama masuk di wilayah tersebut. Saat itu musim ujian bagi siswa-siswi sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ). Para sisiwa tentu sudah mempersiapkan diri, disamping belajar, juga tidak sedikit yang ke “dukun”/ paranormal dengan membawa Pencil 2B nya , agar dapat lancar menjawab soal-soal. Bukan itu saja, suatu ketika di bulan agustus, saya akan
mengikuti Lomba Tenis Meja. Oleh beberapa temanku, aku diajak ke dukun pula, buat apa, biar bisa menang, minimal biar kita tidak “diserang”. Dalam turnamen bola voli hal itu sudah biasa terjadi. Bahkan ada yang belum main, kaki sudah melempuh entah apa sebabnya. Maka dapat dipastikan ‘ pemain voli dibanyuwangi semua punya “paranormal”, atau minmal bawa“sikep”/azimat ( mantra yang ditulis kemudian disimpan didompet atau saku ).
Gambaran tersebut merupakan ‘betapa” ilmu itu masih laku dimasyrakat, artinya masyarakat masih membutuhkan, sehingga , para ‘dukun” tidak henti-hentinya mengasah ilmunya agar semakin ‘cespleng” sehingga laris dipasaran. Jika beberapa tahun lalu kasus santet merebak, sedikit mampu mengurangi aktivitas masyarakat untuk “mengakrabi” dunia mistik itu. Namun beberapa tahun kemudian , kembali  seperti sediakala.
Rasanya dunia “santet” untuk 10 tahun kedepan saya kira masih  eksis, mengingat masyarakat disana sejak usia dini sudah diperkenalkan dengan dunia itu.
Santet adalah ilmu hitam tingkat tinggi yang sangat manjur dan ampuh untuk menghajar dan menyerang musuh atau lawan agar tidak semena mena dengan kita. Santet ini cukup berbahaya, musuh atau pesaing yang terkena akan KO dan bahkan bisa meninggal.
Santet jenis nya ada yang temporary atau sementara dan santet permanen yaitu tanpa batas waktu. Bagi anda yang senang dan hobi belajar ilmu santet, saya menguasai dua santet ampuh dari jawa timur., yaitu dari lamongan dan banyuwangi. Dua daerah ini santetnya sudah terkenal diseluruh Indonesia dan luar negeri. Orang yang dengar saja sudah pasti berdiri bulu roma nya.
Karena saking ampuhnya dan sudah teruji ratusan ribu orang yang sudah menggunakannya. Santet banyuwangi sudah kondang terkenal ke mancanegara, ada juga santet lamongan yang tidak kalah hebat nya. Bisa membuat musuh atau pesaing anda jadi hancur lebur, sesuai permintaan anda.
Ilmu Santet ini hanya untuk membalas, bukan untuk menyakiti. jadi kalau anda berharap untuk menyakiti, saya tidak mau menjalankannya, tapi kalau untuk mengembalikan ke pengirimnya, atau untuk membalas serangannya, saya mau jalan kan. perlu anda ingat ini.
tujuan santet ini adalah untuk mengembalikan saja, kalau anda di serang, di sakiti lawan anda. kalau disuruh untuk memulai kami tidak mau

Senin, 18 Maret 2013

Kisah Sedih dari Jabaliyah (pembantaian di bumi Palestina)





“Oh, Rabb! Saya tidak pernah melihat pemandangan mengerikan seperti ini.” Kata Abu Aukal, sambil menangis tersedu-sedu. Abu Aukal adalah seorang dokter. Bertugas di bagian gawat darurat, dia telah terbiasa menangani korban terluka maupun tewas akibat agresi Israel di jalur Gaza, dalam berbagai kondisi. Tapi, tidak untuk yang satu ini. Dia hampir tak mempercayai apa yang dilihatnya. Beberapa hari lalu, di kamp pengungsian Jabaliyah, yang terletak di bagian utara Gaza City, tak jauh dari pintu perbatasan Erez, seorang bocah perempuan, Shahd (4 tahun), sedang bermain di halaman belakang rumahnya. Tiba-tiba, tentara Zionis Israel menyerang dan menembak membabi-buta. Bocah gemuk yang lucu itu bersimbah darah. Melihat anaknya tergeletak di lantai dengan kondisi mengenaskan, kedua orang tuanya buru-buru mengulurkan tangan hendak meraihnya. Tapi, serdadu Israel mengusirnya dengan hujan peluru. Kedua orang tua itu pun meninggalkan tempat itu, sementara anaknya masih tertidur di sana: entah sedang sekarat, entah sudah tewas. Rupanya tentara Israel yang selalu membawa anjing pelacak saat melakukan serangan darat ke Jalur Gaza, memang punya maksud tertentu dengan tindakannya itu. Jenazah Shahd sengaja dibiarkan tergeletak di halaman terbuka itu untuk (maaf) dijadikan santapan anjing. “Anjing-anjing itu meninggalkan satu bagian utuh tubuh bayi malang itu,” kata Abu Aukal, dengan air mata berderai, saat menuturkan cerita tragis itu, seperti dikutip islamonline, kemarin. “Kami melihat pemandangan memilukan selama 18 hari terakhir (agresi Israel). Kami mengangkat mayat anak-anak yang tercabik atau terbakar. Tapi, tak ada yang seperti ini,” kata Abu Aukal. Berhari-hari saudara Shahd, Matar, dan sepupunya, Muhammad, mencoba meraih tubuh gadis itu, tapi sia-sia. Lagi-lagi, tentara pendudukan Israel menggunakan bahasa tembakan untuk mengusir kedua bocah itu. Tapi, melihat tubuh Shahd yang terus dicabik anjing dari hari ke hari, Matar dan Muhammad tak tahan. Pada hari kelima, keduanya nekat mendekati tubuh Shahd yang masih tersisa untuk dibawa pulang. Belum lagi keduanya meraih tubuh Shahd, tentara Israel menghujani dengan tembakan. Keduanya tewas. Omran Zayda, tetangga Shahd, menilai tentara Israel sangat mengetahui apa yang mereka lakukan. “Mereka (tentara Israel-Red) menghalau dan mencegah keluarga yang ingin mengambil mayat (Shahd), karena mengetahui anjing-anjing mereka akan memakannya,” katanya. Apa yang terjadi pada Shahd, kata Zayda, tak bisa digambarkan dengan kata-kata, tidak pula rekayasa kamera. “Anda tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan anjing-anjing itu kepada tubuh anak tak berdosa itu,” kata pria itu sambil menahan air matanya.
Zaydan menambahkan, “Mereka bukan hanya membunuh anak-anak kami. Mereka juga melakukan tindakan yang sangat keji dan tak berperikemanusiaan,” Sejumlah orang Palestina meyakini apa yang terjadi pada Shahd bukanlah satu-satunya kasus mengerikan yang dilakukan tentara Israel kepada warga Palestina di Gaza. Sebelumnya, menimpa keluarga Abu Rabu yang sedang mencoba menguburkan tiga anggota keluarganya yang tewas, ketika tentara Israel secara tiba-tiba mencegah acara penguburan itu dengan berondongan peluru. Saat keluarga yang sedang berduka itu menjauh, tentara Israel melepaskan anjing-anjing pelacaknya ke arah tubuh-tubuh itu. Peristiwa ini juga terjadi di Jabaliyah. “Apa yang terjadi ini sangat mengerikan dan tak terbayangkan,” kata Saad Abu Rabu, salah satu anggota keluarga itu. “Anak-anak kami tewas di depan mata kami, tapi kami bahkan dicegah untuk menguburkan mereka. Orang-orang Israel melepaskan anjing-anjing ke arah tubuh-tubuh mereka, seakan apa yang mereka lakukan belum cukup,” katanya sambil menangis. Masih di Jabaliyah, harian terkemuka Israel, Haaretz, melaporkan seorang dokter Palestina, dr. Issa Salah (28), dibunuh tentara Israel, Senin (12/1), ketika sedang menolong korban serangan Israel. Menurut Mizan—sebuah organisasi kemanusiaan di Gaza—saat itu Issa dan timnya memasuki gedung yang diserang misil Israel.
Issa dan timnya masuk ke gedung itu sambil meminta yang selamat untuk meninggalkan gedung, sementara tim medis itu mencari mereka yang jadi korban. Tapi, beberapa menit kemudian, sebuah helikopter kembali menembaki misilnya ke gedung itu. Issa pun tewas. Serangan itu juga menewaskan sejumlah wanita dan anak-anak. Tewasnya dr. Issa membuat sejumlah petugas medis yang dibunuh selama agresi Israel di Jalur Gaza menjadi tujuh orang. Selain itu, tiga rumah sakit dan empat klinik kesehatan juga dihancurkan oleh mesin-mesin perang Zionis.
Peristiwa kelam yang terjadi di Gaza memang memilukan. Tak ada lagi sejengkal pun tempat yang aman untuk berlindung dari kebuasan mesin-mesin perang Israel. Bahkan, Israel pun seolah tak lagi mempunyai hati untuk sekedar memberi perlakuan yang baik kepada orang-orang yang telah dibunuhnya.
Apa yang terjadi di Gaza menurut pejabat senior United Nation Relief and Work Agency Jhon Ging, merupakan “tes bagi kemanusiaan kita.” “Inikah yang dinamakan dengan perang? atau pembantaian?” Wahai sobat apapun AGAMA KALIAN, pantaskah hal ini terjadi???? lihat dengan mata hati kalian..

Cerita Misteri Pesugihan Tumbal kucing Hitam



Apa yang didapat Rusdi secara cepat, membuat para tetangganya menaruh curiga, apalagi Rusdi tidak punya pekerjaan tetap, yang lebih menyedihkan lagi di malam–malam tertentu sering terdengar anak kecil memanggil–manggil nama Rusdi, siapa lagi kalau bukan anaknya yang telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Melihat hal yang janggal itu, atas kesepakatan warga yang lain dilaporkan kepada kepala desa setempat. Mendapat laporan dari warganya, lurah desa Burhadi menyatakan kepada warganya untuk tidak terlalu berprasangka buruk dulu dan diharapkan warga tenang, dia akan menyelidiki apakah yang dilakukakan keluarga Rusdi keluar dari kaidah agama. Walaupun Rusdi berusaha menutupi perbuatan maksiatnya, tetap saja beberapa tetangganya mengetahuinya. Sepandai- pandai tupai melompat akhirnya jatuh jua. Diam–diam beberapa warga memperhatikan setiap langkah yang diperbuat Rusdi. Melalui pembantunya apa yang telah diperbuat Rusdi mulai terkuak. “Benar Pak Lurah, juragan saya itu kalau makan dan tidur bersama kucing hitam, dan ada satu kamar yang khusus digunakan untuk sesaji, tidak boleh siapapun masuk kamar pribadi itu,” tutur pembantu Rusdi. Akan tetapi sebelum Lurah dan warga desa bertindak, terdengar khabar bahwa juragan Rusdi meninggal digigit binatang buas. Banyak orang yang tidak percaya, di desa tersebut tidak ada binatang buas yang ada hanya hewan sebangsa anjing, kucing peliharaan pendududk desa. Berita meninggalnya juragan Rusdi cepat tersebar luas di kampung tersebut, beberapa orang bertanya–tanya,apa penyebab juragan yang kaya raya itu meninggal. Dua hari setelah pemakaman Rusdi, Miarsih, istri Rusdi mendatangi lurah desanya. “Ampun Pak Lurah, suami saya meninggal saya penyebabnya, itu semua terjadi karena suami saya telah tega mengorbankan anaknya untuk tumbal mencari kekayaan. Kucing hitam yang ada di rumah saya itu yang membuat suami saya berbuat begitu. Terpaksa saya pukul dengan balok kayu hingga mati, akan tetapi ternyata matinya kucing itu membawa nyawa bagi suami saya,” tutur Miarsih istri Rusdi. Mendengar keterangan itu, Kepala desa tidak dapat berbuat apa-apa. Apa yang diperbuat Rusdi telah mendapat ganjarannya. Dari kejadian itu dapat menjadikan contoh warga desa yang lain, bahwa apa yang didapat dari yang tidak wajar, hanya membawa kesenangan sesaat dan berakhir penyesalan berkepanjangan. Para tetangga Rusdi di hari-hari tertentu sering mendengar suara Rusdi sedang menangis minta tolong, tangisan Rusdi menyayat hati, minta ampun pada anak dan istrinya. Tetapi kejadian itu sudah menjadi kisah bagi warga desa. Kini Rusdi tinggal mempertanggungjawabkan perbuatanya selama hidup di dunia di hadapan-Nya.

Sabtu, 16 Maret 2013

Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan


post by @rezkibagues

Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo menyimpan segudang kisah mistis yang membuat bulu kuduk berdiri. Tak hanya para pembesuk dan masyarakat yang berkunjung, petugas RS sekalipun tak lepas dari teror makhluk halus rumah sakit plat merah tersebut.

Selain hantu ngesot di tangga lama yang suka mengganggu pengunjung maupun petugas, di rumah sakit plat merah ju...ga dikenal angker karena hantu tanpa kepala yang acap kali gentayangan di kamar mayat. Seorang karyawati RS Kanujoso Djatiwibowo sebut saja Lia, mengungkapkan, dirinya sering kali mendapat laporan dari pengunjung maupun petugas rumah sakit yang melihat sosok manusia tanpa kepala lewat. Semula wanita berparas ayu ini tidak percaya.

“Sampai akhirnya aku melihat pakai mata kepala ku sendiri. Seram banget,” katanya dengan bibir gemetar.

Dia mengaku, bukan sekali dua kali saja diganggu makhluk tanpa kepala yang berlalu lalang di kamar mayat. Waktu pertama kali diganggu, Lia sempat syok. Badannya mendadak demam dan nyaris kehilangan nyali untuk melewati kamar mayat. Namun lama kelamaan, dirinya mampu mengendalikan diri sehingga ketika sosok tanpa kepala tadi mengganggu, sudah dianggapnya sebagai hal yang biasa.

“Memang kalau hantu ngesot banyak yang lihat. Sedangkan untuk orang yang tidak ada kepalanya itu, beberapa staf di sini pernah melihatnya, begitu pula beberapa pengunjung,” katanya dengan penuh keyakinan.

Masih menurut Lia, biasanya setelah muncul penampakan hantu tanpa kepala sehari atau dua hari kemudian kamar mayat akan penuh dengan jenazah. “Kalau sudah ada penampakan kamar mayat penuh,” bebernya.

Lia lantas bercerita pengalaman seram lain yang dialaminya sendiri. Ketika itu dirinya sedang mencuci tangan di wastafel di malam hari. Tiba-tiba ia merasa ada yang menarik baju bagian belakangnya, namun saat ditengok tidak ada siapa-siapa. Selang beberapa detik kemudian, baju bagian belakangnya kembali ditarik, sampai terjadi yang ketiga kalinya ia memberanikan diri menengok ke belakang.

Saat itulah ia kaget bukan kepalang. Lututnya seakan mau copot, tak lagi mampu menopang berat tubuhnya yang tergolong langsing. Di belakangnya ternyata berdiri seorang bocah berusia sekira 4 tahun menggunakan pampers. Bocah tadi bertelanjang dada, kepalanya botak dan mengulurkan tangannya minta digendong.

“Langsung saja kumarahi anak itu apa kamu gendong-gendong. Habis kumarahi eh tiba-tiba saja anak tersebut lenyap dari hadapan saya,” beber dia.

Bisa jadi, tambahnya lagi, kehilangan uang maupun benda berharga yang terjadi di RS Kanujoso Djatiwibowo bukan semata dilakukan oleh seorang pencuri, melainkan tuyul yang berkeliaran di rumah sakit.

“Saya ke tempat teman saya, saya ceritakan ada anak tarik-tarik baju saya, kata teman saya, itu tuyul dan memang terkadang menampakan diri,” kisahnya.

Kendati sering diganggu makhluk halus, Lia mengatakan dirinya tidak pernah kehilangan semangat untuk bekerja. “Namanya pekerjaan tetap harus dikerjakan, kita berserah kepada Yang Maha Kuasa saja,” tutup dia.