Kamis, 28 Maret 2013

Makhluk Penghuni Danau dan Anak Kecil Yang Malang


Entahlah apa yang ada dibenak ku. Setiap kali aku menatap jalan setapak itu seolah-olah ada kekuatan yang masuk dan mengendalikan pikiranku untuk mengajakku melaluinya. Jalan setapak itu cukup jauh dan gelap. Disisi kanan dan kirinya hanya ada pohon-pohon besar yang jika ada desiran angin, membuat gesekan antara daun-daunnya terdengar seperti suara orang yang sedang merintih. Bulu kuduk ku pun sampai merinding.
Jalan setapak itu adalah jalan yang menuju ke sebuah danau kecil yang tidak jauh dari tempat tinggal kami. Biasanya pada waktu sore hari banyak warga sini yang suka memancing atau sekedar bersantai bersama keluarganya dipinggiran danau itu. Namun sejak kejadian tahun lalu, kini danau tersebut nyaris tidak pernah dikunjungi oleh warga sini lagi. Seorang anak laki-laki hilang tanpa jejak disana ketika sedang berenang bersama teman-temannya. Hingga sekarang masih menjadi misteri bagi kami yang tinggal didaerah sini. Dan konon menurut cerita orang-orang, setiap malam hari mereka mendengar suara tangisan anak kecil dari arah danau. Tapi tak seorang pun pernah menemukan wujudnya.
Karena hari semakin gelap dan ditambah dengan cuaca yang terlihat mendung, jadi kuputuskan saja untuk mempercepat langkah kaki ku. Sepatu kets ku terdengar berdebam-debam diatas tanah yang bercampur kerikil-kerikil tajam. Mungkin kalian pikir bahwa aku takut. Ya, benar sekali. Siapa sih yang tidak takut dengan cerita seperti itu? Mana suasana disini sudah mulai tampak sepi lagi.
Belum sampai sepuluh langkah, tiba-tiba Aku mendengar sesuatu. Aku memelankan langkah ku dan memasang telinga lebar-lebar. Mendadak bulu kuduk ku berdiri lagi ketika hembusan angin menyapuku dari arah belakang.
Ah, mungkin cuma suara angin saja. Aku bergumam didalam hati. Tapi ternyata Aku salah.
Suara itu semakin jelas terdengar dari arah belakangku. Suara tangisan. Tangisan yang sangat menyayat hati. Kecil tapi terdengar jelas di telinga ku. Perasaan ku bercampur aduk antara takut dan penasaran. Akhirnya Aku putuskan untuk berhenti dan menoleh kebelakang.
Benar saja! Seorang anak kecil laki-laki sedang berdiri membelakangiku. Kira-kira ada sepuluh langkah dari tempatku berdiri sekarang. Aku teringat dengan cerita orang-orang sini. Entah ada kekuatan apa yang sedang merasuki ku yang membuatku mendekati anak tersebut.
“Dik!” Aku menepuk punggung anak laki-laki tersebut. “Kau tidak apa-apa?” lanjutku menanyakannya.
Dia tidak menjawab. Aku tidak bertanya kenapa dia menangis. “Ayolah, anak laki-laki itu harus jadi jagoan dan mana boleh menangis.” Baru saja Aku ingin memegang pundaknya dengan kedua tanganku tapi anak itu sudah berbalik duluan.
“Tolong Aku, Kak!” Pinta anak laki-laki itu sambil menarik bajuku. Tubuhku pun sontak tertarik kedepan. Kemudian dia melingkarkan tangannya memeluk ku. Dia menangis tersegan-segan.
Jantungku berdegup kencang. Dalam hati aku bertanya-tanya ada apa ini. Kenapa anak ini menangis dan meminta tolong kepada ku? Aku mencoba untuk menenangkan diri. Kemudian aku melepaskan kedua tangannya yang kecil yang sedang memeluk ku.
“A… ada apa, dik??” Tanyaku terbata-bata. Aku merendahkan tubuhku dan memegang kedua tangannya. Anak kecil ini tampak lucu sekali. Rambutnya pendek dan ikal. Mirip waktu ku kecil. Dia memakai T-Shirt berwarna putih polos. Tampak serasi dengan celanya yang pendek berwarna hitam. Tubuhnya gemuk. Mungkin usianya kurang lebih tujuh tahun.
Air matanya terus mengalir deras. Aku jadi kasihan kepadanya. “Kenapa kamu sendirian disini?” Lanjutku. “Dan orang tuamu kemana?”
“Ayo, tunjukkan kepada kakak dimana tempat tinggalmu.” Aku berdiri dan mengajaknya untuk menunjukkan dimana dia tinggal.
“Tolong bawa aku pergi dari sini Kak, sebelum dia datang!” Anak itu memelas sambil menarik-narik tanganku.
“Di… dia siapa??” Tanyaku terbata-bata. Aku penasaran bercampuk aduk dengan rasa takut dan gugup. Pikirku, pasti ini ada yang tidak beres. “Di… dia siapa?? Apa ada orang yang menganggumu??” Lanjutku kemudian.
“LEPASKAN ANAK ITU, MANUSIA!!” Sontak suara itu mengejutkan ku. Suaranya terdengar sangat berat dan lantang dari samping kiri kami yang mengarah ke jalan setapak. Belum sempat aku menoleh, badanku sudah didorong dan terpental ke tanah yang banyak kerikilnya. Posisi jatuhnya pun sangat tidak enak. Aku jatuh dengan posisi tengkurap.
Rasa sakitnya menjalar keseluruh tubuh. Aku memejamkan mata ku selama beberapa detik. Menunggu rasa sakitnya hilang. Kemudian dengan susah payah aku perlahan-lahan berdiri.
Aku membalikkan badanku lagi. Tapi belum sempat Aku berkata-kata, mata ku terbelalak dan mulutku terngangah melihat sosok seram yang sedang berhadapan denganku sekarang. Hari sudah sangat gelap ditambah dengan hembusan angin yang kencang. Membuatku tidak dapat berkata apa-apa. Jantungku terpompa sangat cepat, dan perutku terasa seperti diaduk-aduk. Namun untungnya Aku masih bisa berpikir sehat. Dalam hati aku terus membaca do’a.
Badannya tinggi besar. Tubuhnya kekar dipenuhi dengan bulu-bulu hitam. Dia terus memelotot menatapku dengan mata yang bersinar terang seperti mata kucing dimalam hari. Makhluk itu seperti menghipnotisku. Tubuhku gemetar hebat dan terpaku.
Makhluk itu mencoba mencengkeram tubuhku dengan kuku-kukunya yang panjang. Akhirnya dengan do’a dan lindungan dari Yang Maha Kuasa aku dapat juga menggerakkan tubuhku. Aku masih sepenuhnya sadar. Kulihat anak kecil tadi sudah tidak ada lagi. Lenyap begitu saja seperti ditelan bumi. Tanpa pikir panjang, aku bergegas dari tempat itu dan berlari sekencang-kencangnya. Untunglah Makhluk menyeramkan itu tidak sampai mengejarku. Mungkin dia juga berpikir dua kali karena Aku dibentengi oleh ayat-ayat suci.
Sesampainya didepan rumah, aku mengedor pintu sekuat-kuatnya. Ibu ku membukakan pintu dan kaget dengan keadaanku yang kacau balau.
“Ada apa nak. Kenapa kau terlihat seperti ketakutan sekali? Dan kenapa bajumu sampai kotor begini??” Tanya ibu keheran-heranan. Aku tidak dapat menjawab apa-apa, karena masih syok dengan apa yang baru saja Aku alami. Kemudian Ibu menyodorkan ku segelas air.
Aku membaringkan badanku di atas ranjang. Rasa sakitnya masih menggerogoti tubuhku. Sambil menyilangkan kedua tangan dibawah kepala ku, Aku mengingat kembali kejadian yang baru saja ku alami tadi. Diluar kamar nampak terdengar suara rintik hujan diiringi suara petir yang bersahut-sahutan. Mungkinkah anak tadi adalah anak laki-laki yang hilang di danau itu?? Tanyaku dalam hati. Dan Makhluk tadi pasti ada kaitannya dengan hilangnya anak laki-laki tersebut. Air mata ku mengalir. Mungkin karena iba dengan nasib anak tersebut. Tak dapat kubayangkan dia tinggal di danau yang gelap pekat tiap malam bersama Makhluk yang sangat menyeramkan. Aku melirik ke arah jam dinding yang tepat berada diseberangku. Jarumnya sudah hampir menunjuk ke arah angka dua belas.
Esok harinya, Aku baru menceritakan semua kejadian yang Aku alami kemarin kepada Ayah dan Ibu ku. Ayah dan Ibu seolah tidak percaya dengan apa yang didengar oleh mereka. Meskipun begitu, mereka tetap memperingatkan ku untuk tidak melewati jalan itu lagi setelah pulang kuliah. Meskipun jalan tersebut adalah jalan pintas menuju rumah kami.
Aku pun tidak pernah lagi melewati jalan tersebut meskipun pada siang hari.
Hari ini pulang kuliah lebih cepat. Cuaca pun sangat bagus sore ini. Langit tampak cerah dan berwarna kemerah-merahan menandakan matahari sudah melayang rendah. Aku melewati jalan lain yang lebih jauh dari jalan pintas itu. Lagi asik-asik bersiul tiba-tiba saja ada anak kecil berlari memotong jalanku dari belakang. Rambutnya ikal, memakai T-Shirt warna putih dan celana pendek berwarna hitam. Sepertinya Aku pernah melihat anak laki-laki ini sebelumnya??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar