Sebelum tahun 1960an, kawasan Ancol dulunya merupakan hutan dan rawa-rawa. Manusia yang tinggal di sana hanya beberapa orang. Umumnya cuma nelayan dan pemilik tambak yang mau tinggal di Ancol.
Dulu di sana bertahta Mbah Kondor, sang penguasa Ancol. Mbah Kondor adalah raja monyet yang memimpin kelompok monyet di Ancol. Cerita soal Mbah Kondor itu dikisahkan Soekardjo Hardjosoewirjo.
Soekardjo adalah orang yang memimpin proyek Taman Impian Jaya Ancol. Dialah yang membuka hutan belantara untuk dibangun kawasan Ancol mulai tahun 1962.
Ada istilah yang turut menyumbang konotasi seramnya kawasan tersebut yaitu Mbah Kondor.
Mbah Kondor adalah raja kera di kawasan itu tutur Soekardjo dalam buku Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol yang ditulis Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono dan diterbitkan Kompas.
Nah, tahun 1962 sebelum proyek Ancol dimulai, banyak kawanan monyet di sana. Soekardjo pun beberapa kali memergoki Mbah Kondor dan anak buahnya. Tapi ketika para pekerja mulai menyemprotkan lumpur serta pasir untuk memperkuat tanah, semua monyet tiba-tiba menghilang secara misterius.
Soekardjo mendapat laporan dari mantri polisi yang ikut menjaga kawasan Ancol. Monyet-monyet itu ternyata dapat berenang menyebrang laut ke arah Pulau Seribu. Nelayan sempat tidak bisa melaut akibat migrasi monyet tersebut.
Soekardjo dan timnya sempat bertanya-tanya. Belakangan diketahui monyet-monyet itu pindah menghuni satu pulau sehingga pulau itu dinamakan pulau monyet.
Namun di masyarakat cerita seram soal hilangnya kera-kera itu pun beredar dalam berbagai versi. Sebagian menambah-nambahi bumbu sehingga cerita Mbah Kondor dan kawasan Ancol tambah seram. Apakah Mbah Kondor dan monyet-monyet itu benar-benar sakti sehingga bisa menyeberang laut?
“Jenis monyet macaca fascicularis atau monyet mekak yang berekor panjang memang adaptatif dengan lingkungan,” kata aktivis penye-lamatan primata Ipan Juanda.
“Jadi tidak menutup kemungkinan karena tinggal di pesisir mereka bisa berenang sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan,” jelas Ipan Juanda.
Ipan menambahkan tentunya dalam migrasi itu tidak semua monyet selamat menyeberang ke pulau terdekat.
Sebagian besar yang lemah akan mati tenggelam. Hanya yang kuat yang bisa bertahan hidup. Hal ini ilmiah, bukan mistis. “Monyet ekor panjang lebih bisa bertahan hidup. Beda dengan lutung atau owa yang hanya bisa hidup di pucuk pohon,” tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar