Penulis : BENNY ROSANO
Kisah mistis ini dialami oleh seorang nenek renta berusia 77 tahun. Akibat kekuatan Ilmu Panjang Umur yang bersarang dalam tubuhnya, dia sulit menyongsong ajal. Bahkan, dua kali dinyatakan mati, namun hidup kembali....
Janda seorang veteran itu terbaring di atas kasur empuk bersprai kain putih. Sudah cukup lama dia terbaring lemang di ruang perawatan sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah itu. Suhu tubuhnya yang kurung kering di atas normal. Bahkan jauh dari kewajaran. Ya, sejak pertama kali masuk opname, suhu itu belum juga menurun.
Kondisi tubuhnya yang sangat lemah dan kurus kering membuatnya nyaris seperti mayat hidup. Jangankan untuk berjalan, berdiri tegak bertumpu di atas kedua belah kakinya saja tak mampu lagi dilakukan.
Penanganan secara medis yang telah dilakukan dokter ahli dan spesialis di rumah sakit itu hampir tak memberikan efek apa pun. Memang, sejak awal ditemukan gejala penyakit komplikasi, yang sesungguhnya disebabkan oleh faktor usia belaka.
Maunah, demikian orang memanggilnya. Setelah tiga hari keluarganya memutuskan membawanya pulang dari rumah sakit, nenek berusia 77 tahun ini penyakitnya bertambah gawat. Namun, dia menolak untuk kembali rawat inap di rumah sakit. Dia lebih menghendaki untuk beristirahat di rumahnya sendiri, dan dirawat oleh sanak familinya yang berada di tanah kelahirannya.
Atas permintaannya, diboyonglah Maunah ke tempat yang dimaksud, yakni ke kampung halamannya. Namun, setelah sebulan lamanya berada di desa ini, kondisi Maunah semakin memprihatinkan. Bahkan keadaannya semakin lama semakin mengkhawatirkan. Saluran pernafasan yang terganggu oleh suatu cairan, membuat Maunah sulit untuk menghirup dan menghembuskan nafas. Walau demikian, keinginan untuk terus hidup sangat besar. Ini terbukti dengan masuknya beberapa obat dan beberapa sendok makanan berupa bubur ke dalam mulutnya, meski dia harus susah payah melakukan hal ini.
Hingga sampailah pada suatu malam. Maunah dinyatakan koma. Hembusan nafasnya yang mengeluarkan bunyi mirip orang mendengkur itu menambah kecemasan keluarga. Yang lebih panik lagi, ketika suara nafasnya yang sangat jelas, tiba-tiba hilang dari pendengaran. Bahkan tubuh renta ini yang selalu panas mendadak berubah dingin. Terutama di telapak tangan dan kakinya. Apakah Maunah telah pergi menghadap Illahi?
Untuk meyakinkan keadaannya, seorang kerabat memegang denyut nadinya. Astaga! Tak ada lagi tanda-tanda detak jantung dan nadinya. Mendapatkan keadaan ini, tak pelak, isak tangis memecah keheningan menjelang malam itu.
Berita dukapun tersebar ke warga sekitar. Namun keanehan terjadi dengan tiba-tiba. Setelah hampir setengah jam Maunah dinyatakan meninggal, dengan tubuh rentanya yang terbujur kaku dan telah diselimuti kain batik, seperti layaknya orang yang telah menjadi mayat, namun tiba-tiba saja suara nafasnya terdengar kembali.
Keadaan yang di luar kelajiman ini tentu saja membuat orang-orang yang tengah bertakziah dibuat terheran-heran. Mereka sulit percaya, mengapa nenek yang telah meninggal itu tiba-tiba kembali terdengar tarikan nafasnya? Ringkasnya, nenek yang berusia lanjut itu hidup lagi.
Berita ini amat menggemparkan warga. Nenek Maunah benar-benar hidup kembali. Bahkan setelah satu hari peristiwa tersebut, dalam Maunah kondisi yang masih lemah, si nenek membisikkan sesuatu di telinga Rumini, anak perempuannya yang paling tua. Rupanya, Maunah ingin menceritakan apa yang telah dialaminya. Bahwa peristiwa yang menimpa dirinya.
"Aku belum mati, Rum?" Dia bertanya dengan suara serak. Rumini hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Ya, aku memang belum mati...." Lanjut Maunah sambil kemudian menceritakan bahwa ketika orang-orang menganggapnya telah mati, dia sendiri merasa telah didatangi oleh kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal. Mereka mengajaknya pergi. Namun aneh, selama perjalanan tersebut Maunah selalu berada dibelakang mereka. Bahkan sepertinya dia memang sengaja ditinggalkannya.
Karena merasa lelah, Maunah meminta kepada kedua orang tuanya untuk beristirahat, tapi permohonannya ditolak oleh mereka.
"Nak, kuatkanlah dirimu! Sebentar lagi kita akan mencapai tempat tujuan," kata ayahnya.
"Tapi aku benar-benar tak kuat lagi untuk meneruskan perjalanan ini, Pak! Sebenarnya kita akan pergi kemana?" Tanya Maunah.
"Lho, bukankah kau ingin pergi ke suatu tempat dimana kedamaian itu berada?" Kembali ayahnya berkata.
"Iya, tapi di mana tempatnya?" Protes Maunah.
"Itu, tempat yang dimaksud sudah terlihat, Nal!" Sahut Ibunya sembari menunjuk ke sebuah bukit. Anehnya, di bukit tersebut terdapat cahaya terang benderang dengan warna yang didominasi oleh warna orange dan violet.
Maunah amat terpesona melihat keindahan bukit itu. Namun ketika dia mencoba bangkit, sekujur tubuhnya lemas tak bertenaga. "Maafkan saya, sepertinya saya tak kuat lagi berjalan. Apalagi untuk menaiki bukit tersebut," lirih Maunah.
"Ooo...kalau begitu kamu belum siap. Ya sudah, kamu tetap disitu nanti Bapak dan Ibumu akan kembali menjemputmu," tutur sang ayah.
Karena tak sanggup lagi meneruskan perjalanan, Maunah yang pada saat itu duduk di bawah sebuah pohon, tiba-tiba tak sadarkan diri. Seiring dengan itu pula maka lenyaplah kedua orang tuanya. Namun, setelah siuman, Maunah dikejutkan dengan sehelai kain batik yang menyelimuti sekujur tubunya.
Keterkejutannya berlanjut dengan suara ayat-ayat suci yang dibacakan oleh orang-orang yang berada di samping kiri kanan tubuhnya.
Maunah yang terbujur kaku, karena merasa penasaran, meski dalam keadaan yang masih lemah, dengan pelan mengangkat tangannya untuk menyibakkan kain yang menutupi wajahnya. Hal ini, sudah barang tentu membuat keterkejutan orang-orang yang ada pada malam itu.
Setelah peristiwa mati suri tersebut kondisi Maunah memang tidak berubah membaik. Kesehatannya malah semakin mengkhawatirkan. Bahkan lebih parah dari sakitnya terdahlu.
Beberapa ahli medis dan orang pintar yang sempat didatangkan guna penyembuhan sang nenek, tak ada satupun yang membuahkan hasil. Semua keluarga gelisah dan prihatin. Namun melihat usia Maunah yang sudah sangat ujur, mereka sebenarnya telah bersiap untuk menerima kenyataan yang terburuk sekalipun. Ya, andai Tuhan menghendaki kematian Maunah, hal tersebut sudah sewajarnya karena memang usianya yang sudah sedemikian sepuh.
Namun, sang ajal sepertinya masih enggan mendekat. Maunah yang terbujur kaku itu masih tetap terdengar suara tarikan nafasnya. Akan tetapi keadaannya sudah sangat buruk. Jangankan untuk menelan sesuap makanan, untuk menelan air pun harus susah payah. Bahkan untuk bernafas, menghirup dan menghembuskan udara, dia hanya bisa melakukannya dengan satu cara, yakni hanya melalui mulutnya yang menganga.
Sampailah pada suatu hari, sudah tak terlihat ada lagi tanda-tanda kehidupan pada diri Maunah. Nafasnya terhenti, demikian juga dengan denyut nadinya. Ditambah lagi, badannya yang terasa dingin dan beku bagaikan segumpal es. Semua kenyataan ini cukup untuk meyakini bahwa Maunah, untuk kali ini memang benar-benar sudah meninggal.
Kendati demikian, salah seorang kerabat dekatnya yang sepertinya mengerti tentang ilmu gaib, meminta agar kematian si nenek jangan disebarluaskan terlebih dahulu. Dia khawatir peristiwa serupa akan terulang kembali.
Memang, kekhawatiran itu kembali terjadi. Setelah 30 menit berlalu, tiba-tiba dadanya terlihat suatu gerakan nafas, yang menandakan adanya kehidupan. Bahkan tak dinyana, mata Maunah sedikit demi sedikit terbuka kembali. Bahkan keanehan terjadi. Saluran pernafasannya yang selama ini terganggu, tiba-tiba seperti telah sembuh. Ya, Maunah dapat menghirup dan menghembuskan nafasnya dengan leluasa, tanpa disertai suara seperti dengkuran.
Bahkan tak hanya itu. Lepas satu jam setelah sadar, Maunah minta dibuatkan bubur ayam. Semua yang hadir dibuat keheranan, sebab selera makanannya sudah sangat baik. Sedikit demi sedikit makanan berupa bubur itu masuk ke dalam perutnya.
Melihat perkembangan yang drastis ini, keluarga menganggap bahwa Maunah telah mendapat mukjizat. Meski merasa aneh, tak urung hal ini membuat keluarga merasa lega dan membawa kebahagian tersendiri.
Begitulah kehendak Tuhan. Tak ada satupun manusia yang tahu apa yang telah direncanakanNya. Setelah kurang lebih dua hari kondisinya membaik, Maunah kembali tak sadarkan diri. Bahkan kali ini benar-benar koma. Matanya terpejam rapat, bahkan organ tubuhnya sepertinya tak ada lagi yang berfungsi. Namun, tarikan nafasnya masih ada meski nampak sangat jarang. Inilah yang menyebabkan keyakinan bahwa Maunah memang belum mati.
Ketika dibisikan asma Allah dan diperdengarkan bacaan Istigfar di telinganya agar dia mengikutinya, Maunah sama sekali tak meresponnya. Berdasarkan pemeriksaan dokter yang sengaja didatangkan, dinyatakan bahwa Maunah tinggal menunggu waktunya.
Mendengar pernyataan dokter, keluarga Maunah menerimanya dengan lapang dada. Mereka telah ikhlas melepaskannya. Namun yang membuat keluarga merasa aneh, setelah berhari-hari koma, tanda-tanda kehidupan itu sepertinya tetap ada. Ya, dada Maunah sesekali masih tampak turun naik, sebagai tanda dia masih hidup. Ya, Maunah sepertinya sulit menyongsong ajal.
Akhirnya muncul dugaan bahwa sulitnya Maunah menyongsong ajal adalah disebabkan oleh suatu kekuatan gaib yang dimilikinya. Oleh sebab itulah keluarga si nenek akhirnya meminta pertolongan pada seorang Kyai yang cukup ternama.
Saat prosesi pengobatan, ada sesuatu yang aneh terjadi. Maunah yang sudah 4 hari koma dalam keadaan koma, tiba-tiba mulut dan matanya terbuka. Hal ini terjadi setelah wajahnya dibasuh dengan segelas air putih yang telah diberi doa oleh Kyai.
Lebih aneh lagi, kemudian terjadilah dialog singkat antara Maunah dan Kyai. "Bicaralah yang jujur pada saya, Mak! Apakah Mak Maunah pernah berhubungan dengan ilmu gaib, misalnya pemasangan susuk atau sejenisnya, atau mungkin suatu ilmu tersendiri?" Tanya Kyai.
"Aku belum pernah berhubungan sama sekali dengan ilmu-ilmu seperti itu, Nak Kyai!" Jawab Maunah dengan suara berat.
"Emak jangan bohong! Coba ingat-ingat kembali. Barangkali Emak lupa!" Kembali sang Kyai berucap.
Entah benar-benar terlupa karena kondisinya yang sudah renta atau karena disebabkan oleh kondisinya yang sedang sakit, walau terus didesak Maunah tak mengakui dirinya pernah berhubungan dengan ilmu-ilmu gaib.
Namun sang berdesarkan deteksi gaib yang dilakukan Kyai, ternyata di dalam raga Maunah ditemukan suatu kekuatan gaib yang melekat sudah berpuluh-puluh tahun lama. Dengan kebijakannya, Pak Kyai tak ingin mempermasalahkan hal ini.
"Mak Maunah, semua keluarga telah mengikhlaskan Emak untuk pergi. Jadi segeralah menghadap Tuhan," lirih Kyai sembari meminumkan segelas air putih.
Setelah segelas air putih menempel pada bibir Maunah dan mengalir ketenggorokannya, Kyai tersebut berkata, "Nah Mak Maunah, sekarang milik Emak sudah berada digelas ini."
Mustajab! Beberapa detik kemudian, Maunah menghembuskan nafas terakhirnya. Dan untuk kali ini, dia benar-benar telah pergi setelah tersiksa dan berjuang melawan penyakitnya.
Usia ketujuh hari wafat Maunah, keluarganya membicarakan perihal hal gaib yang dimiliki oleh si nenek. Berdasarkan data yang dihimpun dari seluruh famili, disimpulkan bahwa Maunah pernah mengamalkan suatu amalan yang konon amalan tersebut berkhasiat untuk menambah awet muda dan panjang umur. Mungkin, amalan inilah yang membuat nenek renta itu sulit menyongsong ajalnya.
Kisah mistis ini dialami oleh seorang nenek renta berusia 77 tahun. Akibat kekuatan Ilmu Panjang Umur yang bersarang dalam tubuhnya, dia sulit menyongsong ajal. Bahkan, dua kali dinyatakan mati, namun hidup kembali....
Janda seorang veteran itu terbaring di atas kasur empuk bersprai kain putih. Sudah cukup lama dia terbaring lemang di ruang perawatan sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah itu. Suhu tubuhnya yang kurung kering di atas normal. Bahkan jauh dari kewajaran. Ya, sejak pertama kali masuk opname, suhu itu belum juga menurun.
Kondisi tubuhnya yang sangat lemah dan kurus kering membuatnya nyaris seperti mayat hidup. Jangankan untuk berjalan, berdiri tegak bertumpu di atas kedua belah kakinya saja tak mampu lagi dilakukan.
Penanganan secara medis yang telah dilakukan dokter ahli dan spesialis di rumah sakit itu hampir tak memberikan efek apa pun. Memang, sejak awal ditemukan gejala penyakit komplikasi, yang sesungguhnya disebabkan oleh faktor usia belaka.
Maunah, demikian orang memanggilnya. Setelah tiga hari keluarganya memutuskan membawanya pulang dari rumah sakit, nenek berusia 77 tahun ini penyakitnya bertambah gawat. Namun, dia menolak untuk kembali rawat inap di rumah sakit. Dia lebih menghendaki untuk beristirahat di rumahnya sendiri, dan dirawat oleh sanak familinya yang berada di tanah kelahirannya.
Atas permintaannya, diboyonglah Maunah ke tempat yang dimaksud, yakni ke kampung halamannya. Namun, setelah sebulan lamanya berada di desa ini, kondisi Maunah semakin memprihatinkan. Bahkan keadaannya semakin lama semakin mengkhawatirkan. Saluran pernafasan yang terganggu oleh suatu cairan, membuat Maunah sulit untuk menghirup dan menghembuskan nafas. Walau demikian, keinginan untuk terus hidup sangat besar. Ini terbukti dengan masuknya beberapa obat dan beberapa sendok makanan berupa bubur ke dalam mulutnya, meski dia harus susah payah melakukan hal ini.
Hingga sampailah pada suatu malam. Maunah dinyatakan koma. Hembusan nafasnya yang mengeluarkan bunyi mirip orang mendengkur itu menambah kecemasan keluarga. Yang lebih panik lagi, ketika suara nafasnya yang sangat jelas, tiba-tiba hilang dari pendengaran. Bahkan tubuh renta ini yang selalu panas mendadak berubah dingin. Terutama di telapak tangan dan kakinya. Apakah Maunah telah pergi menghadap Illahi?
Untuk meyakinkan keadaannya, seorang kerabat memegang denyut nadinya. Astaga! Tak ada lagi tanda-tanda detak jantung dan nadinya. Mendapatkan keadaan ini, tak pelak, isak tangis memecah keheningan menjelang malam itu.
Berita dukapun tersebar ke warga sekitar. Namun keanehan terjadi dengan tiba-tiba. Setelah hampir setengah jam Maunah dinyatakan meninggal, dengan tubuh rentanya yang terbujur kaku dan telah diselimuti kain batik, seperti layaknya orang yang telah menjadi mayat, namun tiba-tiba saja suara nafasnya terdengar kembali.
Keadaan yang di luar kelajiman ini tentu saja membuat orang-orang yang tengah bertakziah dibuat terheran-heran. Mereka sulit percaya, mengapa nenek yang telah meninggal itu tiba-tiba kembali terdengar tarikan nafasnya? Ringkasnya, nenek yang berusia lanjut itu hidup lagi.
Berita ini amat menggemparkan warga. Nenek Maunah benar-benar hidup kembali. Bahkan setelah satu hari peristiwa tersebut, dalam Maunah kondisi yang masih lemah, si nenek membisikkan sesuatu di telinga Rumini, anak perempuannya yang paling tua. Rupanya, Maunah ingin menceritakan apa yang telah dialaminya. Bahwa peristiwa yang menimpa dirinya.
"Aku belum mati, Rum?" Dia bertanya dengan suara serak. Rumini hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Ya, aku memang belum mati...." Lanjut Maunah sambil kemudian menceritakan bahwa ketika orang-orang menganggapnya telah mati, dia sendiri merasa telah didatangi oleh kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal. Mereka mengajaknya pergi. Namun aneh, selama perjalanan tersebut Maunah selalu berada dibelakang mereka. Bahkan sepertinya dia memang sengaja ditinggalkannya.
Karena merasa lelah, Maunah meminta kepada kedua orang tuanya untuk beristirahat, tapi permohonannya ditolak oleh mereka.
"Nak, kuatkanlah dirimu! Sebentar lagi kita akan mencapai tempat tujuan," kata ayahnya.
"Tapi aku benar-benar tak kuat lagi untuk meneruskan perjalanan ini, Pak! Sebenarnya kita akan pergi kemana?" Tanya Maunah.
"Lho, bukankah kau ingin pergi ke suatu tempat dimana kedamaian itu berada?" Kembali ayahnya berkata.
"Iya, tapi di mana tempatnya?" Protes Maunah.
"Itu, tempat yang dimaksud sudah terlihat, Nal!" Sahut Ibunya sembari menunjuk ke sebuah bukit. Anehnya, di bukit tersebut terdapat cahaya terang benderang dengan warna yang didominasi oleh warna orange dan violet.
Maunah amat terpesona melihat keindahan bukit itu. Namun ketika dia mencoba bangkit, sekujur tubuhnya lemas tak bertenaga. "Maafkan saya, sepertinya saya tak kuat lagi berjalan. Apalagi untuk menaiki bukit tersebut," lirih Maunah.
"Ooo...kalau begitu kamu belum siap. Ya sudah, kamu tetap disitu nanti Bapak dan Ibumu akan kembali menjemputmu," tutur sang ayah.
Karena tak sanggup lagi meneruskan perjalanan, Maunah yang pada saat itu duduk di bawah sebuah pohon, tiba-tiba tak sadarkan diri. Seiring dengan itu pula maka lenyaplah kedua orang tuanya. Namun, setelah siuman, Maunah dikejutkan dengan sehelai kain batik yang menyelimuti sekujur tubunya.
Keterkejutannya berlanjut dengan suara ayat-ayat suci yang dibacakan oleh orang-orang yang berada di samping kiri kanan tubuhnya.
Maunah yang terbujur kaku, karena merasa penasaran, meski dalam keadaan yang masih lemah, dengan pelan mengangkat tangannya untuk menyibakkan kain yang menutupi wajahnya. Hal ini, sudah barang tentu membuat keterkejutan orang-orang yang ada pada malam itu.
Setelah peristiwa mati suri tersebut kondisi Maunah memang tidak berubah membaik. Kesehatannya malah semakin mengkhawatirkan. Bahkan lebih parah dari sakitnya terdahlu.
Beberapa ahli medis dan orang pintar yang sempat didatangkan guna penyembuhan sang nenek, tak ada satupun yang membuahkan hasil. Semua keluarga gelisah dan prihatin. Namun melihat usia Maunah yang sudah sangat ujur, mereka sebenarnya telah bersiap untuk menerima kenyataan yang terburuk sekalipun. Ya, andai Tuhan menghendaki kematian Maunah, hal tersebut sudah sewajarnya karena memang usianya yang sudah sedemikian sepuh.
Namun, sang ajal sepertinya masih enggan mendekat. Maunah yang terbujur kaku itu masih tetap terdengar suara tarikan nafasnya. Akan tetapi keadaannya sudah sangat buruk. Jangankan untuk menelan sesuap makanan, untuk menelan air pun harus susah payah. Bahkan untuk bernafas, menghirup dan menghembuskan udara, dia hanya bisa melakukannya dengan satu cara, yakni hanya melalui mulutnya yang menganga.
Sampailah pada suatu hari, sudah tak terlihat ada lagi tanda-tanda kehidupan pada diri Maunah. Nafasnya terhenti, demikian juga dengan denyut nadinya. Ditambah lagi, badannya yang terasa dingin dan beku bagaikan segumpal es. Semua kenyataan ini cukup untuk meyakini bahwa Maunah, untuk kali ini memang benar-benar sudah meninggal.
Kendati demikian, salah seorang kerabat dekatnya yang sepertinya mengerti tentang ilmu gaib, meminta agar kematian si nenek jangan disebarluaskan terlebih dahulu. Dia khawatir peristiwa serupa akan terulang kembali.
Memang, kekhawatiran itu kembali terjadi. Setelah 30 menit berlalu, tiba-tiba dadanya terlihat suatu gerakan nafas, yang menandakan adanya kehidupan. Bahkan tak dinyana, mata Maunah sedikit demi sedikit terbuka kembali. Bahkan keanehan terjadi. Saluran pernafasannya yang selama ini terganggu, tiba-tiba seperti telah sembuh. Ya, Maunah dapat menghirup dan menghembuskan nafasnya dengan leluasa, tanpa disertai suara seperti dengkuran.
Bahkan tak hanya itu. Lepas satu jam setelah sadar, Maunah minta dibuatkan bubur ayam. Semua yang hadir dibuat keheranan, sebab selera makanannya sudah sangat baik. Sedikit demi sedikit makanan berupa bubur itu masuk ke dalam perutnya.
Melihat perkembangan yang drastis ini, keluarga menganggap bahwa Maunah telah mendapat mukjizat. Meski merasa aneh, tak urung hal ini membuat keluarga merasa lega dan membawa kebahagian tersendiri.
Begitulah kehendak Tuhan. Tak ada satupun manusia yang tahu apa yang telah direncanakanNya. Setelah kurang lebih dua hari kondisinya membaik, Maunah kembali tak sadarkan diri. Bahkan kali ini benar-benar koma. Matanya terpejam rapat, bahkan organ tubuhnya sepertinya tak ada lagi yang berfungsi. Namun, tarikan nafasnya masih ada meski nampak sangat jarang. Inilah yang menyebabkan keyakinan bahwa Maunah memang belum mati.
Ketika dibisikan asma Allah dan diperdengarkan bacaan Istigfar di telinganya agar dia mengikutinya, Maunah sama sekali tak meresponnya. Berdasarkan pemeriksaan dokter yang sengaja didatangkan, dinyatakan bahwa Maunah tinggal menunggu waktunya.
Mendengar pernyataan dokter, keluarga Maunah menerimanya dengan lapang dada. Mereka telah ikhlas melepaskannya. Namun yang membuat keluarga merasa aneh, setelah berhari-hari koma, tanda-tanda kehidupan itu sepertinya tetap ada. Ya, dada Maunah sesekali masih tampak turun naik, sebagai tanda dia masih hidup. Ya, Maunah sepertinya sulit menyongsong ajal.
Akhirnya muncul dugaan bahwa sulitnya Maunah menyongsong ajal adalah disebabkan oleh suatu kekuatan gaib yang dimilikinya. Oleh sebab itulah keluarga si nenek akhirnya meminta pertolongan pada seorang Kyai yang cukup ternama.
Saat prosesi pengobatan, ada sesuatu yang aneh terjadi. Maunah yang sudah 4 hari koma dalam keadaan koma, tiba-tiba mulut dan matanya terbuka. Hal ini terjadi setelah wajahnya dibasuh dengan segelas air putih yang telah diberi doa oleh Kyai.
Lebih aneh lagi, kemudian terjadilah dialog singkat antara Maunah dan Kyai. "Bicaralah yang jujur pada saya, Mak! Apakah Mak Maunah pernah berhubungan dengan ilmu gaib, misalnya pemasangan susuk atau sejenisnya, atau mungkin suatu ilmu tersendiri?" Tanya Kyai.
"Aku belum pernah berhubungan sama sekali dengan ilmu-ilmu seperti itu, Nak Kyai!" Jawab Maunah dengan suara berat.
"Emak jangan bohong! Coba ingat-ingat kembali. Barangkali Emak lupa!" Kembali sang Kyai berucap.
Entah benar-benar terlupa karena kondisinya yang sudah renta atau karena disebabkan oleh kondisinya yang sedang sakit, walau terus didesak Maunah tak mengakui dirinya pernah berhubungan dengan ilmu-ilmu gaib.
Namun sang berdesarkan deteksi gaib yang dilakukan Kyai, ternyata di dalam raga Maunah ditemukan suatu kekuatan gaib yang melekat sudah berpuluh-puluh tahun lama. Dengan kebijakannya, Pak Kyai tak ingin mempermasalahkan hal ini.
"Mak Maunah, semua keluarga telah mengikhlaskan Emak untuk pergi. Jadi segeralah menghadap Tuhan," lirih Kyai sembari meminumkan segelas air putih.
Setelah segelas air putih menempel pada bibir Maunah dan mengalir ketenggorokannya, Kyai tersebut berkata, "Nah Mak Maunah, sekarang milik Emak sudah berada digelas ini."
Mustajab! Beberapa detik kemudian, Maunah menghembuskan nafas terakhirnya. Dan untuk kali ini, dia benar-benar telah pergi setelah tersiksa dan berjuang melawan penyakitnya.
Usia ketujuh hari wafat Maunah, keluarganya membicarakan perihal hal gaib yang dimiliki oleh si nenek. Berdasarkan data yang dihimpun dari seluruh famili, disimpulkan bahwa Maunah pernah mengamalkan suatu amalan yang konon amalan tersebut berkhasiat untuk menambah awet muda dan panjang umur. Mungkin, amalan inilah yang membuat nenek renta itu sulit menyongsong ajalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar