Kamis, 31 Januari 2008

CINTA ARWAH GADIS KORBAN TABRAK LARI

Penulis : ABDI SUPIYANA


Gara-gara menolong mengevakuasi mayat gadis korban tabrak lari, Rusdi mengalami kejadian mistis yang sangat aneh. Arwah gadis itu datang padanya dan mengaku telah jatuh cinta. Tak hanya itu, si gadis juga mengajaknya bercumbu....

Ketika baru beberapa hari diberhentikan kerja dari sebuah pabrik tekstil di kota Bandung, Rusdi mencoba menjalani profesi baru sebagai sopir angkutan kota. Sedikit pun dia tak menyangka kalau profesi barunya ini bakal mengantarkannya pada sebuah pengalaman yang benar-benar aneh tapi nyata. Kepada Penulis, Rusdi menuturkan kisah mistis romatisnya yang meremangkan bulu kuduk itu...:
Pengalaman aneh yang dilakoni oleh Rusdi itu berawal ketika pada suatu hari, ia menggunakan mobil angkotnya itu untuk mengangkut mayat seorang gadis korban tabrak lari. Memang, ketika itu tak ada sopir angkot atau mobil lainnya yang mau bermurah hati mengantarkan mayat si gadis ke rumah sakit terdekat. Sementara, setelah lama menunggu mobil ambulan dan petugas berwajib belum juga datang untuk mengevakuasi korban tabrak lari itu.
Menurut kesaksian beberapa warga di sekitar lokasi kejadian, gadis itu ditabrak saat menyeberang jalan oleh sebuah mobil Toyota Kijang warna hitam, yang melaju dengan kecepatan tinggi.
"Gadis itu menyeberang tanpa menoleh kiri kanan! Dia seperti melamun!" komentar seorang warga sambil menggelengkan kepala.
"Sayang sekali, kami tak sempat mencatat plat nomor polisi mobil itu!" tambah warga yang lain setengah menggerutu.
Dari warga itu pula Rusdi tahu bahwa korban tidak bisa diketahui identitasnya, karena tak membawa KTP atau kartu pengenal lainnya. Warga di sekitar lokasi kejadian pun tak ada yang mengenali wajah gadis korban tabrak lari itu. Mungkin, dia bukan berasal dari daerah yang dekat dengan lokasi kejadian.
Kondisi mayat gadis itu sungguh mengenaskan. Selain tubuhnya penuh dengan luka gores dan memar, beberapa bagian sendi-sendi tulangnya pun tampak menyembul dan bengkak-bengkak. Dan yang paling mengenaskan lagi, darah tak henti-hentinya menetes dari bagian belakang kepalanya yang retak.
Sungguh menyedihkan sekali keadaan gadis ini. Rusdi sempat melihat wajahnya yang cukup cantik dengan hiasan tahi lalat di atas bibirnya.
"Sayang sekali, kalau saja tahu nama dan alamatnya pasti kuantarkan mayat gadis ini pada keluarganya," batin Rusdi seraya menghidupkan mesin mobil angkotnya.
Meski demikian, karena ambulance yang ditunggu tak kunjung datang, sementara tak ada seorang pun pemilik kendaraan roda empat yang mau mengevakuasi mayat gadis itu, maka Rusdi akhirnya mengambil inisiatif dengan dorongan rasa kemanusiaannya. Ia bersedia mengantar mayat gadis itu ke rumah sakit, meski pasti takkan ada seorang pun yang mau membayarnya. Tak lama kemudian, mobil angkotnya meluncur menuju rumah sakit terdekat.
Namun yang sangat aneh, sejak mobil angkotnya dipakai mengangkut mayat gadis korban tabrak lari itulah Rusdi sering mendapat borongan penumpang ke luar kota. Bahkan di saat sopir lain kesulitan mencari penumpang, mobil angkot yang dikemudikan Rusdi malah selalu ramai dipenuhi penumpang.
Entahlah, mobil angkotnya itu seperti tiba-tiba punya daya tarik gaib yang mampu menyedot perhatian dan minat penumpang.
"Sopir-sopir lain setornya pada nunggak. Tapi sudah seminggu ini setoranmu selalu full ! Rupanya kamu berbakat juga jadi sopir, Rus!" komentar Pak Barkah sambil tersenyum, ketika suatu sore Rusdi menyetor uang pada majikannya yang punya lima angkot itu.
"Alhamdulillah, minggu ini rejeki saya lagi bagus, Pak!" Rusdi pun tersenyum bahagia.
"Biasanya, kalau mobil angkutan dipakai mengangkut mayat korban kecelakaan, maka mobil angkutan itu bakal sial dan sepi penumpang. Begitu menurut kepercayaan yang beredar di kalangan sopir. Tapi ini malah sebaliknya, jangan-jangan arwah gadis korban tabrak lari itu mencintaimu, Rus?" tambah Pak Barkah dengan nada berkelekar.
"Ah, Pak Barkah ini ada-ada saja! Di zaman modern ini mana ada arwah yang jatuh cinta pada manusia?" tukas Rusdi.
Tapi, diam-diam hati Rusdi sebenarnya sempat bergetar juga mendengar canda Pak Barkah barusan. Tanpa seorang tahu, sejak mengantarkan mayat gadis itu, Rusdi sebenarnya merasa sering dibayangi oleh sosok gadis itu yang selalu tersenyum padanya.
Karena hari sudah lewat Maghrib, Rusdi lalu beranjak dari duduknya dan pamit pulang kepada Pak Barkah. Namun, sepulang dari rumah majikannya itu Rusdi tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan jalan-jalan dulu ke pasar malam. Ia sengaja menyempatkan diri nonton show dangdut di panggung hiburan. Sekitar jam sebelas malam Rusdi baru memutuskan untuk pulang ke rumah kontrakannya.
Ketika tiba di rumah kontrakannya, Rusdi merasa heran melihat lampu-lampu listrik di rumah itu tampak sudah terang benderang. Padahal, ketika pagi buta tadi ia pergi untuk memulai aktivitasnya sebagai sopir angkot, ia sudah memastikan semua lampu di dalam rumah mungil itu telah dimatikannya. Lalu, siapa yang telah menyalakan lampu-lampu itu? Apa mungkin ada yang masuk ke dalam rumah? Ya, misalnya si pemilik rumah yang berbaik hati karena melihat Rusdi belum pulang? Bujangan ini merasa heran. Sambil geleng-geleng kepala ia merogoh kunci pintu rumah dari saku celananya.
Begitu melihat keadaan di dalam rumah, lagi-lagi Rusdi merasa heran. Bagaimana tidak heran kalau ia melihat kamar tidurnya sudah dalam keadaan rapi dan bersih. Padahal sewaktu ditinggalkan kamarnya itu dalam keadaan berantakan. Maklum, ia tak pernah sempat merapikan tempat tidur. Biasanya, selepas mandi dan sholat Subuh, ia langsung minggat untuk mencari nafkah.
Yang lebih mengherankan lagi, kain seprai dan sarung bantal tempat tidurnya tampak sudah bersih dan rapi seperti baru saja diseterika. Aroma melati tercium dari arah kamar tidur itu.
Sesaat Rusdi hanya bisa bercenung heran menyaksikan keanehan yang tampak di depan matanya itu. Lebih-lebih di rumah kontrakannya itu ia tinggal sendirian. Lantas, siapa yang telah merapikan tempat tidurnya? Mungkinkah ibu pemilik rumah kontrakannya yang sekali ini ingin berbaik hati padanya? Sekali lagi Rusdi geleng-geleng kepala dan tak menemukan jawab atas pertanyaannya.
Namun yang jelas, tak terlihat tanda-tanda adanya orang masuk ke rumah. Bukankah setiap kali hendak keluar rumah Rusdi selalu mengunci pintu dan jendela kamarnya? Maklum, rumah kecil yang baru satu bulan dikontraknya itu letaknya agak terpencil dari rumah penduduk lainya.
Diam-diam, Rusdi memiliki prasangka lain: "Jangan-jangan semua ini ulah bangsa siluman atau makhluk halus?" Bersamaan dengan munculnya pikiran ini bulu kuduk Rusdi tiba-tiba berdiri meremang.
Anehnya, bersamaan dengan itu pula lamat-lamat Rusdi mendengar suara kecipak dan guyuran air dari arah kamar mandi. Dengan heran dan penasaran Rusdi lalu memberanikan diri melangkah menuju kamar mandi. Letak kamar mandi itu memang menyatu dengan dapur dan hanya dibatasi dinding penyekat yang terbuat dari bilik bambu.
Semakin dekat ke kamar mandi semakin jelas suara kecipat dan guyuran airnya. Seperti suara orang yang tengah mandi? Pikir Rusdi sambil melangkah mengendap mendekati bilik kamar mandi itu.
Ia lalu mencari celah lubang bilik bambu itu. Dan betapa terkejutnya Rusdi manakala dari celah-celah bilik bambu itu, ia bisa melihat seorang gadis tengah asyik mandi. Gadis itu mandi dengan posisi berdiri agak menyamping. Sebentar mata Rusdi menjilati lekuk-lekuk tubuh telanjang si gadis. Tapi sebentar kemudian degup dadanya tiba-tiba mengencang, bulu kuduknya meremang dan lututnya bergetar manakala melihat wajah gadis yang tengah mandi itu.
Sunguh sulit di percaya! Wajah gadis dengan hiasan tahi lalat di atas bibirnya itu mengingatkan Rusdi pada wajah gadis korban tabrak lari yang beberapa hari lalu mayatnya ia bahwa ke rumah sakit.
"Ja...jad...jadi...dia...dia...han...hantuuu...!?" tak sadar Rusdi berteriak saking takut dan terkejutnya.
Tanpa pikir lagi Rusdi lalu melompat berlari ke luar dari rumah. Tapi aneh, langkah kakinya seperti digerakkan oleh suatu kekuatan yang menyeretnya malah masuk ke kamar. Dan di dalam kamar Rusdi hanya bisa ternganga, matanya membelalak ketakutan melihat gadis itu tahu-tahu sudah duduk di sisi tempat tidurnya.
"Kamu tak perlu takut melihatku. Aku datang dengan maksud baik!" ucap gadis itu pelan dengan nada memohon. "Aku sendiri yang telah menyalakan lampu-lampu di rumah ini dan merapikan kamar tidurmu," tambahnya dengan suara lembut.
"Tap...tap...tapi bukankah kamu sudah meninggal?" tanya Rusdi dengan suara gemetar karena ketakutan.
"Yang meninggal itu hanya jasadku. Tetapi arwahku tidak!" tukas gadis itu seperti ingin meyakinkan. Lalu, dia bercerita dengan suara yang terdengar sangat perih:
"Bagiku, lebih baik mati jadi korban tabrak lari, daripada harus hidup menyusui tiga sosok tuyul peliharaan orang tuaku! Kamu tahu? Sudah dua tahun lebih orang tuaku mendapatkan harta dengan cara tidak halal, menyuruh tuyul-tuyul itu mencuri uang dari rumah tetangga. Gilanya, ibuku malah bersedia menjadi ibu asuh tiga sosok tuyul itu. Setiap malam Selasa dan Jum'at dia bersedia menyusui makhluk itu. Sampai suatu hari, ibuku ditemui pingsan karena kekurangan darah di tubuhnya. Sejak itulah aku tahu bahwa orang tuaku memelihara tuyul di rumah. Dan sejak itu pula ayahku memaksa agar aku mau menyusui ketiga tuyul itu. Katanya, aku harus rela melakukan ini sampai utang-utang orang tuaku lunas! Namun aku lebih memilih minggat dari rumah, daripada menuruti perintah gila ayahku itu!"
Rusdi hanya terdiam mendengar ceritanya yang aneh dan menyakitkan itu. Pikirannya benar-benar kacau: Aneh, heran, bingung dan takut. Semuanya seakan menyatu di dalam dada laki-laki yang masih hidup membujang ini.
"Sebenarnya, dalam peristiwa tabrak lari itu adalah aku yang salah. Waktu itu, aku memang sengaja membiarkan tubuhku ditabrak mobil! Tapi sudahlah, semuanya sudah terjadi. Yang penting di malam ke tujuh ini aku ingin berterimah kasih padamu," ucap gadis itu sambil merubah posisi duduknya jadi setengah merebah. Kaki kanannya tampak terangkat menginjak tempat tidur, sementara kaki kirinya dibiarkan tetap dilantai.
Karena posisi si gadis yang demikian, cahaya lampu listrik di kamar itu seperti langsung menerobos belahan atas sepasang kakinya. Lekuk-lekuk indah tubuh gadis itu pun tampak jelas karena terbungkus gaun putih yang transparan.
"Kurasa, selama ini ungkapan terimah kasihku belum cukup. Jujur saja, sejak kamu bermurah hati mau mengantarkan jasadku ke rumah sakit, arwahku sudah tertarik padamu! Malam ini aku ingin mewujudkan rasa cinta dan terima kasihku. Kuharap kamu mengerti maksudku. Biar arwahku tenang mengembara di alam nun jauh di sana," desah si gadis itu dengan senyum dan tatap mata menggoda.
Aneh, senyum dan tatapan mata gadis itu seperti mengundang suatu kekuatan yang bukan hanya mampu menumpulkan kesadaran Rusdi, tetapi juga telah membangkitkan gairah birahi laki-laki yang masih bujangan ini. Untuk beberapa waktu lamanya ia tetap coba berdiri di sudut ruangan. Namun, sorot matanya mulai berubah nanar melihat keindahan yang terpampang di hadapannya.
"Ayolah, tak baik terus menerus berdiri di situ!" desah si gadis lagi sambil melambaikan tangan mengajak Rusdi duduk di sampingnya.
Degup di dada Rusdi kian mengencang, gejolak birahinya makin meronta manakala sudah duduk disamping gadis itu. Apalagi dalam waktu sekejap bibir dan tangan si gadis langsung menggerayangi setiap jengkal tubuhnya.
Beberapa detik kemudian, dua tubuh telanjang berlainan jenis dan alam itu telah menyatu dalam lagu dan gerak cinta yang menghanyutkan. Lama mereka saling memacu hasratnya. Hingga akhirnya keduanya sama-sama tergolek lemas bersimbah keringat.
Esoknya ketika pagi menjelang, saat terbangun Rusdi tak melihat lagi gadis itu terbaring indah di sampingnya. Dia telah pergi. Kemana gadis itu pergi? Pikir Rusdi sambil melihat-lihat keadaan seputar kamarnya.
Sesaat Rusdi merasakan dirinya baru terjaga dari sebuah mimpi indah namun terasa asing baginya. Kemudian ingatannya melayang pada kejadian aneh yang dialaminya semalam.
Buru-buru Rusdi memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan tempat tidur. Ketika itulah secara tak sengaja Rusdi melihat ada bercak-bercak darah di kain seprei tempat tidurnya.
Darah perawan gadis itukah? Ya Tuhan, kenapa semua ini bisa terjadi dan menimpaku? Batin Rusdi tak habis pikir. Ia semakin tak mengerti dengan kejadian yang telah dialaminya. Haruskah ia bahagia, atau malah mengutuki ketololan dirinya?
Hari itu Rusdi libur mengemudikan mobil angkotnya. Laki-laki ini memutuskan untuk pulang dulu ke kampung halamannya di Garut. Tiba di Garut Rusdi lalu menemui seorang Ajengan dan menceritakan kejadian aneh yang dialaminya itu, sekaligus minta perlindungan dari gangguan dan godaan bangsa makhluk halus.
Bagaimana pun Rusdi merasa risih jika harus berhubungan intim lagi dengan gadis yang bukan mukhrimnya itu. Apalagi gadis bertahi lalat itu juga tidak hidup sealam dengannya. Gadis itu adalah sosok arwah penasaran akibat proses kematiannya yang tak wajar.
Memang aneh dan terasa musykil sisi kehidupan yang dialami Rusdi. Tapi agaknya begitulah bagian lain dari perpaduan kehidupan nyata dan gaib. Penuh teka-teki dan rahasia yang tak mudah diterjemahkan dengan nalar.
"Alhamdulillah, setelah minta petunjuk dan amalan dari Ajengan, saya tak lagi mengalami kejadian menyeramkan sekaligus menjijikan seperti yang saya alami malam itu," kisah Rusdi kepada Misteri.
Ia mengaku telah melacak kebaradaan gadis itu ke rumah sakit. Sayang, pihak rumah sakit tak bisa memberikan banyak keterangan tentang jatidiri gadis itu, dan siapa yang telah menebus mayatnya.
"Setiap usai sholat, saya selalu mengirimi dia doa. Ya, semoga saja arwahnya bisa mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah," cetus Rusdi, tulus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar