Senin, 18 Februari 2008

DUA PUSAKA PENCABUT NYAWA

Penulis : HESTI INDRA


Kisah tentang keris pusaka yang membawa kutukan dan pencabut nyawa bukanlah cerita klise semata. Kisah-kisah mistis berikut ini membuktikannya....

Pedang Luwuk menjadi amat terkenal semasa terjadi perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Ratu Ayu Kenconowungu (Majapahit). Perang yang menghancurkan Majapahit ini dalam sejarah dikenal dengan sebutan Paregreg.
Ribuan nyawa terbantai karena ambisi kekuasaan dan keegoan para pemimpin ketika. Dan salah satu pusaka yang paling ditakuti pasukan Majapahit kala itu adalah Pedang Luwuk, sebuah pedang yang bentuknya sederhana, hitam legam, dengan ciri khas di bagian yang tajam ada gambar matahari terbelah yang jumlahnya "ganjil" (satu, tiga, atau lima). Keampuhan pedang ini sangat luar biasa.
Dinamakan Pedang Luwuk, karena dibuat oleh seorang Empu yang bernama Ki Luwuk. Dan dalam proses pembuatannya untuk menyepuh digunakan bisa (upas) ular Luwuk yang racunnya terkenal sangat mematikan. Siapa pun akan membiru dan mati dengan sangat menyakitkan.
Bila orang yang menggerakan Pedang Luwuk ini mampu menguasai ilmu Postipnotis, maka sekali watek saja, musuh yang jumlahnya ratusan akan terkena perbawa Pedang Luwuk dan keracunan semua. Dalam perang Paregreg, pasukan Majaphit banyak sekali yang mati karena Pedang Luwuk ini.
Sedangkang Pedang Luwuk yang khusus untuk pejabat tinggi, proses pembuatannya juga agak istimewa dibagian "pamor" matahari terbelahnya setelah disepuh harus ditempelkan pada vagina perawan suci yang baru mendapatkan haid pertama kali. Sehingga pedang khusus ini selain memiliki bisa yang luar biasa, juga punya daya pekasih yang tinggi.
Pemegang Pedang Luwuk khusus ini akan banyak dicintai kaum wanita. Konon, gadis yang habis ditempeli pedang ini, keesokan harinya akan mati, dan atsma-nya berpindah dalam Pedang Luwuk. Ciri khusus Pedang Luwuk yang satu ini, warangkanya pasti terbuat dari perak, ukirannya juga perak murni.
Sekitar tahun 2002 awal bulan Suro, seorang rekan Penulis yang tinggal di Banjarmasin yang memiliki Pedang Luwuk ini menjamaskannya pada tukang jamas pribadinya. Seperti biasa, setiap 1 Suro jamasan Pedang Luwuk ini harus khusus yaitu dimandikan dengan darah ayam cemani jantan.
Kebetulan, bersamaan dengan itu, ada seorang dokter yang juga memiliki Pedang Luwuk sama dengan milik rekan Penulis, Nur Ilham. Diapun juga menyerahkan satu ayam cemani jantan untuk penjamasan.
Pak Ode, si tukang jamas ini merasa merasa sayang menyembelih 2 ekor ayam untuk menjamas 2 pusaka Pedang Luwuk tersebut. Karena itu hanya satu saja yang disembelihnya untuk jamasan 2 pusaka ttersebut.
Sesaat setelah jamasan memang tidak terjadi apa-apa. Namun, satu minggu setelah itu, Pak Ode jatuh sakit dan harus diopname. Padahal dia belum pernah sakit selama ini.
Hanya tiga hari sakit Pak Ode langsung meninggal dunia. Tubuhnya yang semula pucat pasi seperti kehabisan darah, menjadi kebiru-biruan.
Kejadian ini baru diketahui oleh Nur Ilham, saat ia melayat ke rumah Pak Ode. Ilham terkejut sebab ternyata di belakang rumah Pak Ode masih terdapat seekor ayam cemani jantan miliknya. Saat ditanyakan kepada salah seorang putra almarhum, barulah terkuak misteri aneh itu. Ternyata untuk penjamasan mandi darah ayam cemani hanya disembelih satu ekor ayam saja.
Menyimak penjelasan ini, apa mungkin khodam Pedang Luwuk yang bersamayam di pusaka milik Nur Ilham dan dokter itu menjadi murka dan marah lalu menyerang Pak Ode yang dianggap tak jujur?
Sukar sekali dijelaskan dengan fakta yang ada. Namun kata tenaga medis, Pak Ode terkena racun ular berbisa yang mematikan. Ketika datang ke RS sudah dalam keadaan sangat akut, sehingga nyawanya sulit tertolong. Anehnya, Pak Ode tak pernah dipatuk ular sebelum jatuh sakit.
"Dua hari setelah Pedang Luwuk saya jamaskan ditempatnya Pak Ode, malam harinya saya ditemui dua perwujudan seperti munyuk (orang hutan). Mereka tampak marah dan ingin segera pulang. Kalau yang pakai jamang saya, kenal, dia khodam pusaka saya yang sudah sering saya jumpai. Tapi yang lebih besar dan agak liar aku tak kenal. Mungkin khodam pusaka dokter itu," cerita Nur Ilham kepada Misteri.
Nasi sudah menjadi bubur. Keteledoran yang sepele saja harus ditebus dengan nyawa. Itulah kalau main-main dengan alam halus, apalagi penghuni jagad lelembut itu yang memiliki pemberang seperti khodam Pedang Luwuk. Alangkah baiknya bila tak memahami seluk beluk pusaka, lebih baik tak usah menyentuhnya.

TUMBAL PUSAKA KYAI NOGO PASUNG
Kisah tentang keris pusaka yang membawa kutukan dan pencabut nyawa bukanlah cerita klise semata. Seperti Keris Mpu Gandring yang melegenda karena mencabut 7 nyawa ksatria utama. Juga Keris Setan Kober yang menggegerkan intrik kekuasaan Demak Bintoro.
Meski tak sebesar kedua keris pencabut nyawa tersebut, di era millenium ini, masih banyak pusaka yang juga haus darah. Pusaka berornamen seekor naga berlekuk 9 ini mencabut beberapa nyawa tak berdosa. Oleh pemiliknya, pusaka kutukan ini diberi nama Kyai Nogo Pasung.
Bermula dari seorang pedagang tosan aji yang bermukim di Polokarto, Miclas Prijanto. Kebetulan dia ditawari agar memahari sebilah pusaka oleh seseorang yang merasa tak kuat ditempati pusakanya.
Setelah dilihat ternyata pusaka itu ber-ornamen seekor naga berlekuk 9. Pemiliknya minta agar dimahari 3,5 juta rupiah.
Setelah terjadi tawar menawar harga, akhirnya disepakati dan dilepas dengan mas kawin 1.250.000 rupiah. Dan jadilah pusaka itu menjadi milik Michlas Prijanto. Karena dia pedagang, maka segera saja ditawarkan pada para pelanggannya. Memang banyak yang meminatinya untuk dijadikan koleksi maupun diambil tuahnya.
Dan yang paling getol mengejar adalah Pak Madi, penggemar tosan aji dari Semarang. Kala itu dilepas dengan mahar 2 juta rupiah. Anehnya, baru dua bulan pusaka itu dibawa Pak Madi, dikembalikan lagi ke kios Michlas Prijanto. Wajah Pak Madi tampak kurus kering, kelihatannya habis sakit yang cukup kritis.
"Pak Michlas, pusaka ini saya kembalikan. Terserah Bapak, mau mengembalikan mahar saya berapa," kata Pak Madi lirih sambil menyerahkan pusaka Kyai Nogo Pasung.
"Memangnya kenapa tho, Pak Madi?" tanya Michlas ingin tahu.
Tadinya Pak Madi tak mau menceritakan kisah tragis yang menimpa keluarganya. Setelah ketempatan tosan aji ini, hanya dalam kurun waktu 2 bulan, ia kehilangan 2 anaknya yang disayangi, akibat sakit yang aneh dan kecelakaan lalu lintas. Dan dirinya mulai didera sakit-sakitan. Anehnya, setiap malam Jum'at, Pak Madi selalu mimpi melihat seekor naga hanya kepalanya saja, menghisap darah manusia.
Mendengar hal itu, Michlas merasa kasihan. Ia hanya memotong 10 persen dari total pembelian dahulu. Pusaka itu kembali jadi milik Michlas. Dia lalu membawa pusaka Nogo Pasung ke rumahnya. Anehnya, hanya dalam waktu satu bulan saja, istrinya sakit parah dan harus opname di rumah sakit. Sejak ada pusaka itu Michlas pun mengaku selalu kacau pikirannya, bahkan beberapa kali ia terjatuh dari sepeda motornya. Lalu ia mulai mengkait-kaitkannya dengan Nogo Pasung.
Beruntung, dalam waktu tak lama ada orang dari Temanggung yang menanyakan Kyai Nogo Pasung. Orang itu sayangnya hanya berani menawar 1 juta rupiah saja. Karena Michlas ketakutan dengan Kyai Nogo Pasung, segera saja diberikan. Legalah dia sejak pusaka kutukan pergi, keluarganya normal kembali seperti sedia kala.
Tiga bulan berlalu dengan damai. Dan di suatu siang, tiba-tiba orang dari Temanggung yang pernah memahari pusaka Kyai Nogo Pasung datang lagi. Hati Michlas deg-degan tak karuan. Ia menduga pasti pusaka kutukan itu akan dikembalikan lagi. Dugaannya ini memang benar.
Menurut cerita pembeli terakhir ini kepada Michlas, kejadian yang dialaminya jauh lebih tragis lagi. Rumahnya kebakaran dan habislah harta bendanya. Anehnya saat terjadi kebakaran, meski almari tempat menyimpan pusaka ini jadi abu, kotak penyimpanan Kyai Nogo Pasung hanya gosong saja, dan pusaka dan warangkanya utuh.
Hanya dalam tiga bulan menyimpan pusaka ini, tujuh kali dia mengalami musibah serius. Meski tak sampai meminta tumbal korban jiwa. Sang pemilik terakhir mendesak Michlas agar mau mengambil kembali pusakanya ini, atau paling tidak dititipkan untuk dimaharkan ke orang lain.
Michlas si pedagang tosan aji ini benar-benar serba ketakutan dengan pusaka ini. Beruntung saat itu ada Engkong, seorang suhu keturunan Thionghoa yang katanya tinggal di Jakarta (Tebet). "Orang-orang tosan aji hanya tahu nama beliau Engkong saja," cerita Michlas.
Engkong sangat tergiur pada pusaka itu. Michlas segera saja menyerahkan pusaka itu pada Engkong. Dan waktu itu oleh Engkong hanya dimahari 750 ribu rupiah saja. Dengan teliti Engkong mengamati bilah pusaka tersebut. Tampaknya dia sangat memahami getar-getar gaib yang tersimpan di dalam bilah pusaka sangar ini.
Menurut Engkong, tangguh pusaka ini dibuat zaman kerajaan Pajang. Dapurnya biasa disebut Nogo Nowo atau biasa dinamakan Kyai Nogo Pasung. Pembawaannya sangat keras dan kasar. Bila tak mampu mengendalikan perangainya pusaka ini akan membawa bencana, bahkan sampai tumbal nyawa. Hanya cocok digunakan oleh orang yang bergerak dalam bidang kemiliteran. Perbawanya, akan membatasi ruang gerak musuhnya atau lawan politiknya.
Bila dibawa ke medan pertempuran dan dilepas dari warangkanya, akan tampak terlihat seekor naga hitam yang sangat besar seperti mengamuk.
Kebetulan waktu itu Penulis ada dilokasi tempat transaksi pemaharan itu berada. Dan sebelum dibawa Engkong, pusaka Kyai Nogo Pasung dapat diabadikan terlebih dahulu.
Memang, sebaiknya berhati-hati dengan bilah pusaka. Bila tak paham lebih baik tak usah menyentuhnya. Apalagi mengoleksinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar