Penulis : GOENAWAN WE
Di komplek pemamakan keramat Pangeran Panembahan Jogoboyo terdapat rumpun pohon bambu sakti yang salah satunya ampuh untuk gantung jodoh....
Kisah cinta mereka berlanjut hingga SMA, bahkan hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayangnya hubungan mereka harus kandas di tengah jalan karena perbedaan agama.
Setelah 2 tahun berpisah dengannya, Sry menikah dengan pemuda pilihannya. Sedang Masyanto belum dapat melupakan kenangan indah yang pernah dia rengkuh bersama Sry.
Sejak Sry menikah dengan pemuda lain, hati Masyanto seakan telah mati. Dia telah menutup dirinya untuk cinta. Namun, ketika jiwa Masyanto beku, tiba ada seorang gadis yang menaruh hati padanya. Dia adalah Alin.
Meski Alin amat mencintainya, Masyanto menganggapnya hanya sebagai teman. Tak ada getar-getar cinta sedikitpun di hatinya. Bahkan ketika suatu senja Alin bilang terus terang padanya, kalau dia ingin menjadi pengganti Sry, maka dengan halus Masyanto menolaknya.
Alin sakit hati, dan menganggap Masyanto telah mempermalukannya. Dia merasa terhina. Alin, gadis pesisir yang manis ini terluka begitu dalam menurut pikirannya sendiri. Di saat terpuruk inilah datang setan dengan bujuk rayunya. Dia mulai menghembuskan hasutan dalam hati Alin.
Rupanya hasutan itu berhasil. Alin menceritakan kepedihan hatinya pada sang Ibu yang sangat menyayanginya. Tanpa memberi nasehat yang bijak, si ibu malah langsung ikut-ikutan membenci Masyanto yang dianggap telah melukai putri kesayangannya.
Hingga di suatu kesempatan, sang ibu mengajak Alin pergi ke daerah Yogya. Tepatnya, di sebuah makam tua yang dikenal sebagai makam Pangeran Panembahan Jogoboyo. Makam ini terletak di Dukuh Mbadan Dusun II Karangwuni, Wates, Kulonprogo.
Ternyata dimakam tua ini tanaman magis yang dikenal dengan sebutan Pring Larangan, yaitu sebuah rumpun bambu yang tumbuh di makam Penembahan Jogoboyo. Dikenal keampuhannya untuk pagar rumah dan sering digunakan untuk mencelakakan saingan hidup. Karena hal inilah, maka rumpun bambu ini pernah dimusnahkan oleh jurukunci makam. Namun, tak berapa lama, di sekitar kompleks makam justru tumbuh lagi dengan suburnya.
Kabarnya, hanya dengan mengambil sepotong ranting bambu ini, dan disowankan ke makam Panembahan Jogoboyo, maka bambu itu sudah bertuah untuk menjadi senjata penghancur.
Siapa Panembahan Jogoboyo itu? Tak jelas asal usulnya. Ada yang bilang dia masih trah Majapahit, yang setelah masuk Islam dan dikenal sebagai Kyai Mursid. Dia dianggap sebagai cikal bakal warga Kulonprogo, Yogyakarta.
Semasa perjuangan melawan Belanda, bambu yang tumbuh di makam Panembahan Jogoboyo ini banyak digunakan untuk bambu runcing. Keampuhan bambu runcing dari sini sudah banyak kaum sepuh yang membuktikannya. Salah satunya, konon bisa berubah menjadi seekor naga bila digunakan untuk bertempur.
Setelah revolusi usai, maka bambu ini kemudian sering digunakan untuk tumbal rumah. Sayangnya, tumbal ini hanya berlaku seumur orang tersebut. Selanjutnya bambu ini akan jadi bencana bagi keturunan si pemilik rumah sebab akan mati satu persatu.
Dan yang lebih parah lagi, bambu ini juga dapat digunakan untuk menyingkirkan saingan hidup. Tampaknya Alin dan ibunya datang ke sini untuk keperluan negatif tersebut. Dia dengan fasih mampu mengelabui juru kunci makam dengan pura-pura bambu itu akan digunakan untuk kebaikan.
Setelah selesai ritual dia mohon diri. Dan sesampainya di rumah, sang ibu mengambil foto Masyanto yang hampir menghiasi seluruh dinding kamar Alin. Satu foto itu diikat bambu Larangan dan digantungkan di wuwungan rumah. Ibi dan anak itu kemudian berdua berdoa pada setan, agar Masyanto tidak laku kawin dan menderita sakit-sakitan seumur hidupnya.
Masyanto tak menduga sama sekali akan mendapat serangan halus yang pelan-pelan akan mematikannya. Dan itu sudah dimulai sejak awal 1994. Benar, dalam rentang waktu yang panjang itu, hampir tak ada wanita yang mendekati Masyanto. Selalu saja ada hal yang menjauhkan dirinya dengan lawan jenisnya.
Kalau dia naksir, maka wanita itu pergi dengan sendirinya tanpa sebab yang jelas. Kalau dia ogah-ogahan, wanita itu justru mengejar-ngejarnya. Benar-benar tergantung dan tak punya kepastian. Juga hampir setiap tahun, dia selalu didera sakit yang luar biasa yang hampir mematikannya.
Tanpa terasa hampir 10 tahun dia menjadi korban santet gantung jodoh dan gantung hidup. Awal tahun 2004, Masyanto mulai mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dan baru di bulan ke 3, dia mendapatkan jawaban dari doanya yang panjang.
Tiba-tiba dia diberi tahu seorang teman agar datang ke tempat seorang pewaskita bathin (dia tak mau disebut Paranormal dimaksud).
Setelah berkonsultasi dengan si paranormal, dikatakan bahwa, "Kamu selain dikerjain orang, kamu sendiri yang menutup batinmu. Oleh karena itu setelah aku bersihkan batinmu dari pengaruh luar dan dalam yang negatif itu, kamu harus semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta."
Saat ini Masyanto sedang memulihkan kembali kepercayaan dirinya yang telah runtuh dan hancur luluh. Di usianya yang ke 35, sebagai lelaki tentunya masih ada kesempatan untuk memulai jalan hidup baru. Semoga jalan cerah terbentang. Dan setiap perbuatan hina dan nista seperti yang dilakukan Alin dan ibunya, pasti akan mendapat balasan yang setimpal dariNya.
Menurut Gustarto, sang juru kunci, Proklamator RI Ir Soekarno, Ndoro Jatun (Sri Sultan HB IX), Eyang Purbo, Mbak Tutut, pernah sowan di tempat ini. Bahkan seorang Perwira Tinggi AD yang tak disebutkan namanya, telah memugar pelataran kompleks pemakaman ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar