Rabu, 20 Februari 2008

TERBEBAS DARI CENGKRAMAN JIN KAFIR

Penulis : ITONG R. HARIADI


Pengalaman mistis dan menyeramkan ini dialami langsung oleh seorang dai di daerah, yang berkenan disamarkan namanya sebagai Nok Tiyah....

Malam itu Nok Tiyah yang baru pulang mengaji. Ia sedikit merinding ketika melewati pohon waru di pinggir kali. Sembari membaca beberapa ayat suci Al-Qur’an, Nok Tiyah berusaha menenangkan hatinya. Tapi selang beberapa langkah, tiba-tiba di hadapannya ada sebuah asap, yang semakin lama semakin menebal. Dan saat itulah, telah berdiri di hadapan Nok Tiyah, sesosok makhluk yang mengerikan.
Melihat pemandangan tak lazim di hadapannya, Nok Tiyah berusaha menenangkan dirinya dengan kembali membaca ayat suci. Tapi mulut mungilnya seolah terkunci, tak bisa berbuat apa-apa.
“Tenang saja, gadis ayu, aku tidak akan mengganggumu. Aku hanya ingin kenalan denganmu,” ujar makhluk itu sembari tertawa.
Di tengah kebingungan yang melanda, tanpa disadari Nok Tiyah, wajah seram itu berubah wujud menjadi seorang kakek berjenggot panjang. Lelaki tua itu mengenakan jubah panjang berwarna putih. Dia mengatakan bahwa Nok Tiyah bisa memanggilnya dengan sebutan Ki Warudinata, jika gadis itu membutuhkan sesuatu. Setelah mengucapkan kata-kata, kakek berjubah putih tadi menghilang.
Nok Tiyah yang terpaku, kemudian langsung ambruk ke tanah.
Aneh, ejak mengalami peristiwa di pinggir kali itu, Nok Tiyah sering terlihat melamun. Karena itulah ia memutuskan untuk sementara waktu menghentikan kegiatan mengajinya.
Pada suatu hari Nok Tiyah sedang asyik duduk di teras rumahnya. Ia melihat Sarwanti, gadis tetangganya yang lumpuh akibat tertabrak sebuah angkot. Gadis itu sedang berjemur di depan rumahnya. Melihat keadaan tetangganya yang memelas, timbul rasa iba di hati Nok Tiyah. Saat itulah Nok Tiyah teringat akan ucapan mahkluk halus penunggu pohon waru yang siap membantunya kapan saja. Nok Tiyah ingin membuktikan ucapan kakek tua yang mengaku bernama Ki Warudinata.
Nok Tiyah berniat menyembuhkannya. Sambil berkomat-kamit dia memanggil Ki Warudinata untuk membantunya menyembuhkan penyakit yang diderita Sarwanti.
Ketika Nok Tiyah memejamkan mata, Sarwanti merasakan ada sebuah kekuatan aneh seperti sengatan listrik yang mengaliri seluruh tubuhnya. Dengan sigap, Nok Tiyah menempelkan telapak tangannya pada kedua kaki Sarwanti. Setelah setengah jam menempelkan tangannya, Nok Tiyah mengatakan bahwa Sarwanti sudah bisa berdiri. Aneh, ternyata memang benar.
Seiring dengan perkembangan waktu, kejadian yang menimpa Sarwanti segera tersebar ke seluruh penjuru Desa Sukajadi. Tak bisa dibendung lagi, semakin banyak orang yang ingin minta pertolongan Nok Tiyah.
Yang terjadi kemudian, dari hari ke hari, tamu yang datang ke rumah Nok Tiyah seperti air yang mengalir. Dengan semakin banyaknya tamu yang datang, perubahan demi perubahan terjadi. Nok Tiyah telah mampu membangun rumah di sisi halaman rumah orang tuanya yang miskin. Nok Tiyah yang dikenal gadis lugu yang pemalu, kini telah berubah menjadi gadis cantik yang lumayan berada.
“Kalau dibiarkan saja akan jadi petaka bagi Nok Tiyah sendiri. Dia telah terpengaruh oleh jin. Anak kalian akan terus menjadi budaknya. Selamanya Nok Tiyah akan terus percaya kepadanya dan melupakan Allah,” jelas Kiai Maksum kepada kedua orang tua Nok Tiyah yang telah menjelma menjadi dukun parewangan itu.
Mendengar perkataan Kiai maksum, orang tua Nok Tiyah jadi ketakutan, sebab mereka tidak mau anak semata wayangnya menjadi budak setan. Keduanya langsung meminta bantuan pada sang Kyai untuk segera memusnahkan semua ilmu yang dimiliki Nok Tiyah.
Malam itu, setelah sembayang Isya berjamaah, tanpa banyak bicara, Kyai yang berusia setengah abad itu langsung mengajak salah satu santrinya untuk pergi ke rumah orang tua Nok Tiyah. Ketika sampai di halaman rumah Nok Tiyah, betapa terkejutnya sang Kyai. Secara tiba-tiba, Nok Tiyah yang duduk di teras ruang tamu langsung menyerangnya dengan sebilah belati. Untuk dia bisa dibekuk dan langsung diikat di sebuah kursi. Ketika itulah dari tubuh Nok Tiyah keluar asap yang kemudian menjelma menjadi sosok makhluk menyeramkan. Kecuali Kyai Maksum, semua yang hadir segera mundur ketakutan.
"Aku paling tidak suka urusanku dicampuri oleh orang lain!” geram mahkluk menyeramkan itu sambil menyerang sang Kyai.
Mendapat serangan mendadak seperti itu, sang Kyai hanya berkelit sedikit. Bahkan dengan tasbihnya dia menyerang balik. “Allahu Akbar!” pekik Kyai Maksum sambil terus memukulkan tasbihnya ke arah makhluk hitam itu. Persis ketika biji tasbih menyentuh tubuhnya, makhluk halus itu langsung menjerit histeris.
Bersamaan dengan itu Nok Tiyah jatuh pingsan. Setelah siuman, Kyai Maksum mengatakan bahwa Nok Tiyah sekarang bukan lagi sebagai budak jin penunggu pohon waru. Ia harus seperti dulu, kembali menjalankan perintah agama dan giat mengaji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar