Penulis : Firmansyah Sahri
Tidak disangka, di dasar Danau Griya yang terlihat tenang dan nyaman itu, ada penghuni gaib yang sangat berbahaya bagi kehidupan. Sudah 10 nyawa mati dibinasakan Siluman Buaya Putih di danau itu...
Danau Griya letaknya di desa Suradita, kecamatan Cisauk, kabupaten Tanggerang. Danau in adalah bekas galian pasir yang dikelola tahun 80-an lalu oleh pemilk tanah setempat, sebutlah Haji Naim. Karena galian cukup dalam, sampai 20 meter, maka galian itu terus berair hingga sekarang. Walau musim kemarau panjang sekalipun, air tetap menggenang di bekas galian seluas lima hektaran itu dengan warna kehitam-hitaman ditutupi oleh tumbuh-tumbuhan air semacam kiambang petak enam.
Selain dipenuhi ikan dan burung-burung berkaki panjang sejenis kuntul, danau ini ternyata berpenghuni makhluk siluman. Orang-orang yang tinggal di dekat danau menamakan siluman yang dimaksud adalah Si Uwak atau Siluman Buaya Putih. Siluman Buaya Putih itu hingga sekarang sering muncul ke permukaan dan mencari korban manusia yang masuk ke areal itu. Korbannya selalu anak-anak di bawah umur dan orang-orang tua yang kurang wasapada.
Bila Buaya Putih itu akan muncul, biasanya diikuti oleh cuaca yang mendung. Matahari tertutup awan dan hari menjelang petang. Lain dari itu, ada juga semacam kode khas, yaitu bunyi petir dan geledek dari arah barat dengan menumpahkan air lokal di permukaan tengah danau. Nah hal itu menjadi pertanda gaib, bahwa akan ada korban nyawa yang akan dibinasakan Siluman Buaya Putih. Hingga artikel ini ditulis, tidak kurang 10 orang sudah jadi korban dan meninggal di dunau itu sejak tahun 80-an hingga 2004 sekarang.
Pada hari Kamis bulan Januari 1985, Ujang, 12 tahun, bersama tiga temannya main-main di Danau Griya. Karena hari itu begitu terik, mereka main ketapel ke bibir danau untuk menembak burung sekalian mencuci muka karena panas. Dari tengah danau, tiba-tiba terlihat sosok seseorang yang mirip ibu Ujang yang seakan-akan memanggil si anak agar mendekat. Melihat ibunya menggapai-gapai dari tengah danau, Ujang tentu saja mendekati dan masuk air berjalan ke tengah. Pada saat di pinggir, dari danau itu mampu dijejaki kaki Ujang, hanya berkedalaman sekitar 30 sentimeter. Tapi makin ke tengah, ternyata danau itu sangat dalam dan Ujang tenggelam. Bersamaan dengan tubuh Ujang tenggelam, sesekor reftil berbentuk buaya berkepala putih, melompat dan menyeruduk ke arah tubuh Ujang. Sejak itu Ujang menghilang dan tidak lagi muncul ke permukaan danau.
Sesampainya di tengah danau, pada saksi mata teman Ujang, ternyata melihat, Si Ibu Ujang, Nyonya Karsiyah. 56 tahun, berubah ujud menjadi seekor buaya berkepala putih. Saat itulah Ujang ditangkap oleh buaya itu dan dimasukkannya ke dasar danau. Teman-teman Ujang tidak bisa melakukan apa-apa saat melihat kenyataan itu. Mereka berlari meninggalkan danau dan melaporkan perisitiwa itu kepada warga setempat. Ayah dan ibu Ujang ternyata ada di rumah dan mereka kalang kabut di pinggir danau.
Penduduk pun berkumpul ke danau menolong Ujang. Tapi semua itu menjadi terlambat karena tubuh Ujang sudah masuk ke dasar danau yang dalamnya ternyata l0 meter itu. Upaya pencarian pun dilakukan, di antaranya menurunkan perahu dan melibatkan beberapa orang paranormal setempat. Tapi sayang upaya itu sia-sia, karena Ujang tidak diketemukan juga.
Pada hari ke empat, sosok tubuh Ujang mengapung di permukaan danau dengan kepala yang berlobang. Menurut Ki Agung Waskita, 68 tahun, paranormal yang bermukim di wilayah itu, bahwa Ujang telah menjadi korban siluman Buaya Putih penghuni Danau Griya. Siluman Buaya Putih itu adalah buaya jejadian yang berkepala putih yang suka memaksa manusia dan menyantap secara rakus otak yang ada di dalam batok kepala. “Siluman itu sangat berbahaya bagi manusia dan selalu meminta korban,” ujar Ki Agung.
"Kepala Ujang yang bolong itu karena otaknya dimakan oleh Buaya Putih penghuni danau. Otak itu digunakan untuk mensbailkan eksistensi kehidupan siluman itu. Makin banyak otak yang dimakan, makin kokohlah kehidupannya!" kata Ki Agung Waskita pada Misteri.
Hal ikhwal Buaya Putih penghuni danau ini ternyata sudah ada sejak tanah itu masih berbentuk bukit. Pada abad l6 lalu, Siluman Buaya Putih yang tadinya bernama Karingga Hitam itu sudah mukim di dasar bukit. Ada bolongan air di tanah yang berpasir yang terus menghubungkan daerah itu ke Banten Selatan. Karingga Hitam itu adalah berasal dari ujud Moyang Jin Ifrit penguasa bukit yang menguasai jalur Cisauk-Rangkasbitung. Karena habitatnya diganggu manusia dengan menghabisi pasir di wilayah itu, maka Raja Ifrit itu marah dan mencari korban. Jin Ifrit berubah wujud untuk menunjukkan eksistensinya dan melakukan aksi balas dendam. Caranya adalah dengan wujud monster buaya putih penghuni Danu Griya dan membinasakan korban warga setempat setempat yang dibutuhkannya.
Setelah membinasakan 10 warga, sejak peristiwa Ujang tahun 85 yang lalu hingga perisitiwa Maryam tahun 2001 lalu, maka siluman Buaya Putih itu berhenti beraksi. Ki Agung menggantikan manusia dengan kepala kerbau yang dilemparkannya ke permukaan danau setiap satu tahun satu kepala. Ki Agung mengambilkan kepala kerbau itu dari pemotongan hewan itu di daerah Pandeglang, Banten, lalu meritualnya dengan nama-nama manusia yang hidup, yang jadi target gaib dari Siluman Buaya Putih.
"Saya sudah melakukan ritual penjinakan siluman Buaya Putih dengan cara itu. Sekarang ini, Insya Allah siluman itu tidak mengganggu lagi!" ungkap Ki Agung Waskita.
Dadau Griya yang terletak di belakang perumahan Suradita, Cisauk, Banten ini, memang terlihat angker. Walau dekat dengan kompleks, tapi danau itu tidak pernah didekati oleh warga karena takut. Jangankan mandi di danau yang bening itu, memancing ikan pun, tidak ada yang berani. “Kalau ada yang berani, adalah orang-orang tertentu saja, yaitu mereka yang tidak tahu kalau danau itu angker atau yang tahu angker tapi dia menguasai ilmu tertentu penangkis serangan Buaya Putih!” desis Abu Jalal, 45 tahun, warga Jalan Ratu Kuning, 800 meter dari danau.
Belakangan, ada sas sus bahwa ada beberapa paranormal yang datang dari daerah Bandung untuk menjumpai Siluman Buaya Putih untuk meminta nomor toto gelap. Kabarnya paranormal dari timur itu berhasil mendapatkan angka jitu, yang tertulis di selembar daun kiambang yang sebelumnya sudah ditelan oleh Buaya Putih. Tapi Ki Agung membantah, tidak ada seorang pun yang akan mendapatkan nomor dari Siluman Buaya Putih. Malah saya yakin betul, siapapun yang bertemu siluman itu, akan dimakannya, bukan diberinya nomor. “Siluman Buaya Putih itu tidak bisa didayagunakan oleh siapapun, kecuali pencipta-Nya, Allah Yang Maha Kuasa!” tutup Ki Agung
Tidak disangka, di dasar Danau Griya yang terlihat tenang dan nyaman itu, ada penghuni gaib yang sangat berbahaya bagi kehidupan. Sudah 10 nyawa mati dibinasakan Siluman Buaya Putih di danau itu...
Danau Griya letaknya di desa Suradita, kecamatan Cisauk, kabupaten Tanggerang. Danau in adalah bekas galian pasir yang dikelola tahun 80-an lalu oleh pemilk tanah setempat, sebutlah Haji Naim. Karena galian cukup dalam, sampai 20 meter, maka galian itu terus berair hingga sekarang. Walau musim kemarau panjang sekalipun, air tetap menggenang di bekas galian seluas lima hektaran itu dengan warna kehitam-hitaman ditutupi oleh tumbuh-tumbuhan air semacam kiambang petak enam.
Selain dipenuhi ikan dan burung-burung berkaki panjang sejenis kuntul, danau ini ternyata berpenghuni makhluk siluman. Orang-orang yang tinggal di dekat danau menamakan siluman yang dimaksud adalah Si Uwak atau Siluman Buaya Putih. Siluman Buaya Putih itu hingga sekarang sering muncul ke permukaan dan mencari korban manusia yang masuk ke areal itu. Korbannya selalu anak-anak di bawah umur dan orang-orang tua yang kurang wasapada.
Bila Buaya Putih itu akan muncul, biasanya diikuti oleh cuaca yang mendung. Matahari tertutup awan dan hari menjelang petang. Lain dari itu, ada juga semacam kode khas, yaitu bunyi petir dan geledek dari arah barat dengan menumpahkan air lokal di permukaan tengah danau. Nah hal itu menjadi pertanda gaib, bahwa akan ada korban nyawa yang akan dibinasakan Siluman Buaya Putih. Hingga artikel ini ditulis, tidak kurang 10 orang sudah jadi korban dan meninggal di dunau itu sejak tahun 80-an hingga 2004 sekarang.
Pada hari Kamis bulan Januari 1985, Ujang, 12 tahun, bersama tiga temannya main-main di Danau Griya. Karena hari itu begitu terik, mereka main ketapel ke bibir danau untuk menembak burung sekalian mencuci muka karena panas. Dari tengah danau, tiba-tiba terlihat sosok seseorang yang mirip ibu Ujang yang seakan-akan memanggil si anak agar mendekat. Melihat ibunya menggapai-gapai dari tengah danau, Ujang tentu saja mendekati dan masuk air berjalan ke tengah. Pada saat di pinggir, dari danau itu mampu dijejaki kaki Ujang, hanya berkedalaman sekitar 30 sentimeter. Tapi makin ke tengah, ternyata danau itu sangat dalam dan Ujang tenggelam. Bersamaan dengan tubuh Ujang tenggelam, sesekor reftil berbentuk buaya berkepala putih, melompat dan menyeruduk ke arah tubuh Ujang. Sejak itu Ujang menghilang dan tidak lagi muncul ke permukaan danau.
Sesampainya di tengah danau, pada saksi mata teman Ujang, ternyata melihat, Si Ibu Ujang, Nyonya Karsiyah. 56 tahun, berubah ujud menjadi seekor buaya berkepala putih. Saat itulah Ujang ditangkap oleh buaya itu dan dimasukkannya ke dasar danau. Teman-teman Ujang tidak bisa melakukan apa-apa saat melihat kenyataan itu. Mereka berlari meninggalkan danau dan melaporkan perisitiwa itu kepada warga setempat. Ayah dan ibu Ujang ternyata ada di rumah dan mereka kalang kabut di pinggir danau.
Penduduk pun berkumpul ke danau menolong Ujang. Tapi semua itu menjadi terlambat karena tubuh Ujang sudah masuk ke dasar danau yang dalamnya ternyata l0 meter itu. Upaya pencarian pun dilakukan, di antaranya menurunkan perahu dan melibatkan beberapa orang paranormal setempat. Tapi sayang upaya itu sia-sia, karena Ujang tidak diketemukan juga.
Pada hari ke empat, sosok tubuh Ujang mengapung di permukaan danau dengan kepala yang berlobang. Menurut Ki Agung Waskita, 68 tahun, paranormal yang bermukim di wilayah itu, bahwa Ujang telah menjadi korban siluman Buaya Putih penghuni Danau Griya. Siluman Buaya Putih itu adalah buaya jejadian yang berkepala putih yang suka memaksa manusia dan menyantap secara rakus otak yang ada di dalam batok kepala. “Siluman itu sangat berbahaya bagi manusia dan selalu meminta korban,” ujar Ki Agung.
"Kepala Ujang yang bolong itu karena otaknya dimakan oleh Buaya Putih penghuni danau. Otak itu digunakan untuk mensbailkan eksistensi kehidupan siluman itu. Makin banyak otak yang dimakan, makin kokohlah kehidupannya!" kata Ki Agung Waskita pada Misteri.
Hal ikhwal Buaya Putih penghuni danau ini ternyata sudah ada sejak tanah itu masih berbentuk bukit. Pada abad l6 lalu, Siluman Buaya Putih yang tadinya bernama Karingga Hitam itu sudah mukim di dasar bukit. Ada bolongan air di tanah yang berpasir yang terus menghubungkan daerah itu ke Banten Selatan. Karingga Hitam itu adalah berasal dari ujud Moyang Jin Ifrit penguasa bukit yang menguasai jalur Cisauk-Rangkasbitung. Karena habitatnya diganggu manusia dengan menghabisi pasir di wilayah itu, maka Raja Ifrit itu marah dan mencari korban. Jin Ifrit berubah wujud untuk menunjukkan eksistensinya dan melakukan aksi balas dendam. Caranya adalah dengan wujud monster buaya putih penghuni Danu Griya dan membinasakan korban warga setempat setempat yang dibutuhkannya.
Setelah membinasakan 10 warga, sejak peristiwa Ujang tahun 85 yang lalu hingga perisitiwa Maryam tahun 2001 lalu, maka siluman Buaya Putih itu berhenti beraksi. Ki Agung menggantikan manusia dengan kepala kerbau yang dilemparkannya ke permukaan danau setiap satu tahun satu kepala. Ki Agung mengambilkan kepala kerbau itu dari pemotongan hewan itu di daerah Pandeglang, Banten, lalu meritualnya dengan nama-nama manusia yang hidup, yang jadi target gaib dari Siluman Buaya Putih.
"Saya sudah melakukan ritual penjinakan siluman Buaya Putih dengan cara itu. Sekarang ini, Insya Allah siluman itu tidak mengganggu lagi!" ungkap Ki Agung Waskita.
Dadau Griya yang terletak di belakang perumahan Suradita, Cisauk, Banten ini, memang terlihat angker. Walau dekat dengan kompleks, tapi danau itu tidak pernah didekati oleh warga karena takut. Jangankan mandi di danau yang bening itu, memancing ikan pun, tidak ada yang berani. “Kalau ada yang berani, adalah orang-orang tertentu saja, yaitu mereka yang tidak tahu kalau danau itu angker atau yang tahu angker tapi dia menguasai ilmu tertentu penangkis serangan Buaya Putih!” desis Abu Jalal, 45 tahun, warga Jalan Ratu Kuning, 800 meter dari danau.
Belakangan, ada sas sus bahwa ada beberapa paranormal yang datang dari daerah Bandung untuk menjumpai Siluman Buaya Putih untuk meminta nomor toto gelap. Kabarnya paranormal dari timur itu berhasil mendapatkan angka jitu, yang tertulis di selembar daun kiambang yang sebelumnya sudah ditelan oleh Buaya Putih. Tapi Ki Agung membantah, tidak ada seorang pun yang akan mendapatkan nomor dari Siluman Buaya Putih. Malah saya yakin betul, siapapun yang bertemu siluman itu, akan dimakannya, bukan diberinya nomor. “Siluman Buaya Putih itu tidak bisa didayagunakan oleh siapapun, kecuali pencipta-Nya, Allah Yang Maha Kuasa!” tutup Ki Agung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar